Download App
36.36% Teman tapi menikah / Chapter 4: lupakan yang terjadi

Chapter 4: lupakan yang terjadi

satu bulan semenjak Awan putus dengan Rio. hidup Awan jadi tidak aman. seperti di teror tiap hari. kali ini bahkan detik ini juga, salah satu temannya mengatakan kalau pacar Awan telah menunggu. semua tahu kalau Rio adalah pacar Awan di kantor ini.

"Pergi temui dia Wan," ujar salah satu teman Awan yang bekerja sama dengan satu jabatan dengan Awan.

untuk apa? pikir awan. "aku tidak akan menemui dia lagi!" kata Awan menjawab.

"setidaknya bicarakan baik-baik. kalian pacaran baik-baik, maka putus juga harus baik-baik." tegornya.

"Oke, baiklah. aku akan menemui bajing an itu kali ini!"

"Itu baru awan yang aku kenal. satu lagi Wan. kalau kamu memang udah gak suka sama dia. katakan! lebih baik jujur dari pada kamu Pendem sendirian. aku juga risih kalau tiap hari di datangi!"

"thanks."

Awan lalu begitu saja meninggalkan ruangnya menuju pintu belakang. keluar dari mana biasanya karyawan keluar. kebetulan lagi istirahat siang, Awan memilih menemui Roi terlebih dahulu.

"akhirnya kamu datang Wan, aku bahkan sudah lelah menunggu mu dari tadi,"

Awan memilih buang muka tidak mau menatapnya. "aku tidak menyuruh mu menunggu kan Rio?"

"Ya, tapi aku selalu berharap kau akan menemui aku Wan. akan kulakukan apapun yang kamu inginkan agar kita kembali kayak dulu lagi!"

tersenyum sinis, awan menatap mantan pacar nya itu. "Gak perlu ngelakuin apapun. kita udah berakhir. end. lalu apa lagi yang mau di kembalikan kayak dulu?" tanya Awan. "Sebaiknya lupakan semuanya."

"Wan, aku---"

"Rio, maaf aku harus pergi!"

"Tunggu Wan."

Awan berhenti.. menatap Rio dengan pandangan mencemooh. tidak ada kata kembali lagi pada dirinya. sekali penghianat, maka akan terus menjadi penghianat. awan tidak mau terjebak kedua kalinya. tidak untuk sakit hati lagi dengan orang yang sama.

maka awan putus kan meninggalkan Rio di sana. meski pria itu memanggil dirinya, Awan menulikan atau tidak ingin mendengar apapun dari mulut pria itu.

***

Awan terburu-buru masuk ke kantornya. usai makan siang, dirinya cukup terlambat kali ini. belum lagi sepatu high hills yang di pakainya patah. sungguh Awan merasa kalau hari ini adalah hari yang paling sial untuk nya.

beruntung Awan punya teman yang baik semua. salah satu dari mereka memberikan pinjaman sepatu yang ukuran kakinya sama dengan Awan. setelah bergegas mengganti sepatu yang terpaksa Awan pakai menyebrang dengan tinggi sebelah, kini Awan sudah berada di kubikelnya. melanjutkan tugasnya.

jam empat sore karena pekerjaan mereka santai kali ini. Awan dan teman-temannya sempatkan untuk membahas masalah film Korea yang mereka tonton.

rata-rata dari teman Awan menyukainya. termasuk penyanyi dari BTS. bahkan mereka mengilai para penyanyi dari negeri ginseng tersebut. Awan biasa saja. suka, tapi tidak terlalu.

di tengah pembicaraan mereka ponsel Awan berbunyi. ada pesan dari Lin.

Lin : aku pulang lumayan lama Wan. gak apa kan nunggu?

Awan langsung membalasnya.

Awan: emang jam berapa pulangnya? kalau satu jam dua jam aku bisa nunggu. tapi kalau lama sekali aku bisa naik taksi.

awan mengirim pesan.

Lin: tidak lama paling sekitar satu jam. ini hanya membahas projek pembangunan tower.

Awan: oh, ya sudah aku tunggu saja. kebetulan aku akan mengerjakan laporan Minggu lalu.

Lin : oke see you.

"siapa sih Wan?" tanya teman-temannya penasaran dengan teman chat Awan yang membuat wanita itu tersenyum.

"Lin..." jawab Awan

"Pria yang sering antar jemput kamu itu?"

"Iya."

"Wah, dia itu tampan loh Wan!" puji teman Awan. "kenapa gak pacaran aja sih sama dia?"

lantas Awan tersenyum. "gak mungkinlah. aku sama Lin itu temanan udah lama. lagian dia kayaknya gak suka juga sama aku!" jawab Awan.

"lagian aku takut pacaran sama Lin. yang ada ujungnya gak enakan nanti, apalagi kalau udah putus. gak mau ah pertemanan Kami hilang gara-gara hanya berganti status menjadi pacar."

sesuatu memang bisa berubah kapan saja. tidak ada yang tau tentang hal itu. hubungan Lin dan juga Awan suatu saat nanti bisa berubah juga kan? siapa yang akan bisa melawan takdir jika itu memang sudah menjadi suratan.

tak terasa waktu yang telah Lin katakan telah berlalu bersamaan dengan itu dirinya telah menunggu Awan di bawah kantor gadis itu bekerja.

penampilan Lin selalu menjadi pusat perhatian. klimis, wajah tanpa kumis. pakaian yang rapi. rambutnya yang selalu di beri pomed. sungguh Lin sangat tampan dan juga berkarisma.

wanita, banyak yang dekat dengan Lin. hanya saja Lin tidak Hiraukan mereka semua. Lin asik dengan dunianya sendiri saat ini setelah patah hati terdalamnya.

beberapa saat Awan telah berada di samping nya. memakai seat beal. lalu menatap kearah Lin yang diam entah sedang memikirkan apa.

"Lin, are you oke?"

tidak ada respon yang Lin berikan. masih asik dengan pemikiran pria itu.

"LIN!!"

"Ya... ada apa Wan?" Lin sampai kaget mendengar panggilan Awan. dia tersadar dari lamunannya.

"Apa yang kau pikirkan Lin?" tanya Awan. kali ini ia menatap sahabatnya itu

"Aku sedang tidak memikirkan apapun Wan," bohong Lin.

"Oh, ayolah Lin. kita ini bukan hanya berteman satu atau dua tahun Lin. kita udah berteman sejak SMP. apa masih kurang aku mengenali dirimu, Lin?"

Lin diam. sejujurnya dua hari yang lalu ibunya kembali mengatakan kalau Lin harus menemui wanita yang telah di Carikan ibunya sebagai calon kandidat terbaik yang bisa Lin jadikan istri. Lin bingung antara mau menemui wanita itu atau tidak malam ini.

"ih, Lin kamu bengong lagi kan...."

awan sampai memberengut kan wajahnya kepada sahabat baiknya itu.

"Hm.." Lin bingung hendak mengatakan nya pada Awan. tapi pada akhirnya Lin tetap mengungkapkan nya pada Awan sahabat baiknya itu. "mama menjodohkan aku lagi. malam ini bahkan aku di suru menemui gadis yang telah dia tentukan."

alis Awan menukik. ia serius mendengar kan ucapan Lin. sebenarnya Awan sudah berapa kali dengar kalau Lin akan di jodohkan. kerap kali juga Awan di ajak ikut bahkan di jadikan kekasih pura-pura oleh Lin untuk membatalkan perjodohan dengan wanita pilihan ibunya itu.

di bilang lelah, tentu Lin lelah. tapi mau bagaimana lagi. ibunya Lin sangat berharap kalau Lin menikah tahun ini. itu sudah di targetkan.

"Jadi kamu akan menemuinya?" tanya Awan

"Tentu.... atau mama akan marah jika aku tidak menemuinya."

awan kekeh dengan kelakuan ibunya Lin. sampai Lin pun pusing untuk hadapi ibunya itu. Sebagai seorang sahabat awan hanya membantu Lin dengan dukungan penuh dan doa. apalagi yang akan lakukan selain itu?


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login