"Yang terakhir, berarti Figo."
Mereka hening sesaat, suara Delvis membuat mereka semua kembali pada pemainan. Padahal, daritadi mereka sedang menunggu jawaban dari Delvis. Mereka pikir, saat Delvis buka suara, lelaki itu akan menjelaskan yang sebenarnya terjadi, tapi ternyata tidak. Lelaki itu sepertinya sengaja, tidak ingin menjawab.
Padahal, salah satu dari mereka sudah menegang dari tadi, takut Delvis mengatakan yang sebenarnya. Tapi, dia berhasil menutupi wajah tegangnya dengan tanpa ekpresi. Agar mereka tidak curiga padanya.
"Mau nanya apa?" tanya Figo.
"Abang, marah gak?" tanya Zalfa pada Delvis. Wanita itu tahu, dia sudah keterlaluan. Tapi, karena sudah terlanjur. Akhirnya Zalfa hanya bisa pasrah saja.
"Tidak, sudah tidak perlu dibahas. Sekarang giliran Figo."
"Maaf ya," Zalfa meminta maaf, dia merasa tdiak enak hati pada Delvis.
"Iya, gak masalah." Delvis mengusap rambut Zalfa, seolah tidak ada yang salah di sini. Zalfa akhirnya bisa tersenyum.