Usman sudah terbiasa mendengar permintaan yang tidak-tidak dari sang istri. Semata-mata hanya untuk memancingnya saja. Namun Usman sekarang harus mulai terbiasa. Walau belum ia coba untuk terbiasa dengan Farisha. Ini berada di alam, tidak ada penutup seperti rumah. Kalau melakukan sesuatu seperti yang dikatakan Farisha, tidak akan bisa.
"Maafkan aku, Tante ... di sini nggak bisa pijit ke depan." Meskipun ia juga menelan salivanya karena pikirannya yang mulai kotor. Tapi sebisa mungkin ia menahannya agar tidak kebablasan. "Kalau mau pijat ke depan, kita pulang saja dulu. Nanti aku akan pijitin anunya Tante ...."
"Anunya apa, Man? Orang di bagian depan, ya perut sama tangan. Juga kepalaku yang bagian depan. Pasti pikiran kamu yang ke mana-mana," ujar Farisha, menyunggingkan senyum senang karena berhasil membuat Usman salah paham. Seperti itu saja sudah membuat Farisha cukup senang mengerjai lelaki itu.