[Aku kira kau terlahir sebagai pria, tetapi auramu pada diri Satya terlampau samar. Aku benci ketidakpastian ini, tapi aku akan senantiasa sabar menunggu.]
[Hingga belasan tahun kemudian, kesabaranku membuahkan hasil ....]
Tangisan kencang bayi menggema hingga ke lorong rumah sakit yang agak redup.
"Mila, lihat, bayi kita perempuan, cantik sekali. Cepatlah bangun dan lihat dia." Satya menggendong bayi merah itu dan menunjukkannya pada sang isteri seolah dia yang tengah memejamkan mata itu dapat melihatnya.
Dokter bilang keadaan isterinya kritis. Dia ingin menangis.
"Sayang, cepatlah bangun. Lihat? Anak kita sudah kelaparan. Kita juga harus segera mendiakusikan nama untuk bayi cantik ini ...."
"Ye Na ... Ye Na ...."
Suara yang terdengar lumayan familiar mengejutkan Satya. Ia berpaling ke arah pintu dan melihat seorang pria rupawan yang tak asing berdiri di sana.