Lucifer sangat gelisah. Seharusnya ia tak mengucapkan sepatah kata pun meski Yena memaksanya sampai menangis-nangis. Sangat bohong jika wanita mengatakan dia tidak akan marah.
Sudah malam hari, namun Yena belum juga beranjak dari tempat tidur. Lucifer sudah membujuknya untuk makan, tetapi dia bahkan tidak mau bicara.
Hari ini ia kembali tidur membelakanginya.
"Sampai kapan kau akan begini? Katanya kau tidak akan marah." Lucifer menatap punggung perempuan itu dengan tak berdaya.
"Aku bilang kecuali kalau rahasiamu itu tentang mencintai wanita lain. Tolong pergilah keluar. Aku ingin sendiri," usir Yena.
Lucifer tentu tidak mau patuh. Ia malah merapatkan dirinya dengan punggung Yena dan memeluk perempuan itu.
"Tidak penting dulu aku menyukai siapa, yang terpenting sekarang aku menyukaimu," ucapnya.
Yena tersenyum pahit. Omongan pria ini tak bisa dipercaya. Yena melepas lingkaran tangan Lucifer paksa.