"Jadi, kau mau mengambil cuti dan tinggal di sini saja?" Yena merasa senang mendengar penuturan sahabatnya itu.
Rumi menyeruput tehnya.
"Benar. Aku merasa sangat rileks saat melihat bayi-bayi lucumu. Sepertinya aku sangat betah tinggal di sini."
"Ah … karena bayi-bayiku atau karena Arion?" Yena menggoda.
"Humph!" Rumi hanya memonyongkan bibirnya.
"Robin, mengapa kau tidak minum tehmu?" Rumi melirik pada Robin yang duduk bersma mereka. Ia tak mengeluarkan suara sedikit pun sedari tadi. Di sampingnya, Micele hanya memasang wajah masam. Padahal saat melihat keelokan rumah ini tadi dia tampak sangat senang. Namun, saat Arion memelototinya, dia langsung diam seribu bahasa.
Robin berdehem kecil.
"Aku …."
"Minumlah. Apa jangan-jangan kau tidak suka? Ini adalah teh terbaik yang sulit didapat di dunia manusia ini," ujar Arion.
"Baiklah." Robin tak ingin berbicara dengan mereka, jadi dia hanya bisa mengambil cawan teh miliknya.