"Jie, bisa bicara? Tentu saja aku mau." Yena bergumam-gumam. Dia melihat Jie yang meringkuk di depannya kemudian tersenyum sumringah.
"Aku pasti tidak akan kesepian lagi kalau kau bisa bicara. Aku sangat merindukan suaramu. Apakah suaramu masih sama? Pasti sama, sih." Yena membelai-belai mahluk kecil itu.
"Yena, kau belum tidur?" Hwa Joon berdiri di ambang pintu.
"Ya? Ada apa? Masuk saja."
Hwa Joon masuk dan duduk di kursi di samping tempat tidur. Ia menatap Yena dan Lucifer Kecil dalam pelukannya sejenak tanpa mengatakan sepatah kata pun.
"Ada apa? Aku lihat kau jadi pemurung akhir-akhir ini. Ah tidak, sejak bertemu lagi sifatmu sudah banyak berubah. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Ceritalah padaku," kata Yena.
Hwa Joon tersenyum singkat.
"Kau sangat perhatian. Aku baik-baik saja. Sepertinya aku hanya rindu pulang. Bukankah semuanya sudah selesai? Mari kita lanjutkan perjalanan berikutnya. Aku merasa tidak nyaman tinggal di sini."
"Kenapa?"