Budayakan Vote & Comment
Sorry For Typo
200220
Jimin berjalan dibawah teriknya matahari, ia baru saja mengantarkan Jungmin ke sekolah, sejak kejadian yg buruk beberapa waktu yg lalu membuat Jimin semakin membenci suaminya.
Jimin sudah berdiri didepan pengadilan, apa sekarang saatnya ia mengurus berkas perceraiannya dengan jungkook, apa benar ini jalan akhir dari pernikahan yg mereka bina selama 6 tahun belakang?
Dengan langkah berat jimin menguatkan hati dan memantapkan fikiran bahwa perpisahan adalah yg terbaik dari pada ia harus menahan sakit selama sisa hidupnya.
Jimin mengambil nomor antrean dan menunggu di bangku yg telah di sediakan, antreannya panjang sekali bahkan ia mendapatkan urutan ke 105 sedangkan sekarang masih urutan 53, namja mungil itu masih harus bersabar.
Sambil menunggu giliran jimin memilih untuk ke toilet karena sedari tadi menahan hajat akibat sengatan matahari
Brugh
"Aduh..."
"Mian, gwenchana?"
Jimin mencoba bangkit dari jatuhnya yg tidak elit sama sekali, tubuh mungilnya terpental karena menabrak seseorang yg saat ini berdiri di hadapannya.
"Jimin?"
"Nde?? Nugu?? Ommo... Tae-hyung-ie?"
"Jinjja?? Kau benar jimin?"
Mereka saling tatap tanpa melakukan pergerakan apapun, jimin mengumpat dalam hati kenapa harus bertemu dengan mantan kekasihnya itu di saat yg tidak tepat.
"Apa yg kau lakukan jim?"
"Aku?? Aku menemani teman yg ingin mengurus beberapa berkas"
"Oh begitu"
"Kau sendiri tae? Kenapa disini?"
"Aku bekerja disini jim"
"Mwo?? Kau pengacara? Jaksa??"
"Aku hakim jim"
"Daebak, sudah lama sekali tidak bertemu. Apa kabar?"
"Aku sempurna, bagaimana dirimu? Sudah menikah?"
Jimin menunduk mendapatkan pertanyaan yak terduga dari taehyung, jimin sedikit bersalah kepada taehyung karena di masa lalu ia pernah mengkhianati taehyung demi menjalin rumah tangga bersama jungkook
"Nde.. aku sudah punya anak"
"Selamat jim, aahh sayang sekali aku sedikit terlambat"
"Terlambat untuk??"
"Mencuri hatimu dari pria beruntung yg mendapatkan jimin-ku"
"Masih penggombal seperti dulu"
"Hanya kepadamu"
Mereka saling melemparkan senyuman, jimin melupakan antreannya untuk mengurus berkas perceraiannya dengan jungkook karena taehyung mengajaknya untuk makan bersama.
Taehyung dan jimin duduk disalah satu restauran ternama di dekat area pengadilan, mereka menyantap hidangan yg di sajikan pelayan. Sesekali mereka saling menggoda mengingat masa lalu
"Jadi siapa suamimu?"
"Harusku beritahu?"
"Tidak bolehkah?"
"Nama anakku jungmin"
"Hahaha sangat menggemaskan Park Jimin, aku bertanya suamimu tapi kau memberikan nama anakmu"
"Agar kau segera menutup mulut Kim"
Acara makan tersebut menjadi hangat dengan canda tawa mereka, taehyung masih singel ternyata, ia menghabiskan waktu untuk belajar menjadi seorang hakim hingga ia lupa berkencan dan tak ingat usia jika sudah saatnya ia berumah tangga.
Wajah tampannya tak berubah sejak jimin mengencani pria tertampan di kampusnya kala itu, jika mengingat masa itu maka itu adalah masa kejayaan Jimin karena menjadi rebutan namja tampan, jika saja ia tidak terlena oleh rayuan jungkook mungkin saat ini jimin sudah memiliki anak dengan taehyung.
"Mau ku antar pulang Jim?"
"Tidak keberatan tae?"
"Tidak jika itu untuk mu"
"Aku tersanjung"
Taehyung membukakan pintu mobilnya mempersilahkan Jimin menaiki mobil sport mewahnya, jimin memberikan senyum manisnya karena perlakuan hangat taehyung.
Sepanjang perjalanan mereka seperti kembali ke masa 9 tahun yg lalu, taehyung masih sangat hangat seperti dulu. Tatapannya kepada jiminpun tak berubah, mata itu bisa membius jimin tersipu malu.
★★★★★★★
"Terima kasih taehyung"
"Ini rumahmu?"
"Iya"
"Bagus, lain kali ayo kita bertemu lagi"
"Jika tuan hakim tidak sibuk"
Taehyung mengedipkan matanya kepada jimin dan mengacak surai lembut jimin sebelum akhirnya taehyung berpemitan untuk kembali ke pengadilan.
Senyum manis terpatri di wajah jimin sedikitnya perasaan kalut jimin terangkat setelah menemukan moodbosternya. Jimin memasuki rumah yg sudah di sambut dengan tatapan mematikan dari Jeon Jungkook
"Darimana?"
"Apa?"
"Siapa pria tadi?"
"Bukan urusanmu kook"
"Jim, jawab pertanyaanku"
"Aku sedang tidak ingin bertengkar kook, berhenti menekanku"
"Jimin kau selingkuh?"
"Hah? Astaga, jungkook lebih baik kau enyah dari hadapanku"
Jimin berlalu meninggalkan jungkoon yg saat ini benar-benar menahan emosinya. Jimin berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air untuk melepaskan dahaga dan mendinginkan otaknya
"Yoongi kau sedang apa?" Jimin kelihatan heran
"Aku ingin buah mangga jim, boleh?"
"Tentu saja, duduklah aku akan mengupaskannya untukmu"
Yoongi menuruti perkataan jimin, dengan sigap eomma jungmin itu mengupas mangga separuh matang yg diinginkan yoongi, walau bagaimanapun kebenciannya kepada jungkook tapi jimin tidak bisa mengacuhkan yoongi apalagi saat ini ia tengah hamil
Jimin meletakan sepiring mangga yg telah di kupas kehadapan yoongi, wajah yoongi terlihat bahagia dan dengan lahap memakan mangga yg ada di hadapannya
"Jaga bayimu dengan baik yoongi"
"Apa kau tak membenciku jim?"
"Aku membencimu yoongi tapi tidak dengan malaikat kecil di dalam perutmu, bagaimanapun dia adalah anak jungkook"
"Maaf jim"
"Berhenti menyesal yoongi, kau habiskan semuanya, aku ingin istirahat"
"Terima kasih jimin"
Jimin tersenyum kepada yoongi lalu menaiki anak tangga menuju kamar, di dalam sudah ada jungkook dengan segala amarahnya seakan meminta penjelasan lebih lengkap kepada jimin tentang pria yg mengantar jimin pulang tadi
"Apa?? Kenapa kau menatapku begitu?"
"Siapa pria tadi jim?"
"Teman"
"Teman?? Teman mana yg mengusap kepalamu dengan lembut huh?? Menyentuhmu jim, dia menyentuhmu"
"Lalu?? Setidaknya aku tidak tidur dengannya kook"
"Ya Jeon Jimin!! Ingat kau sudah memiliki suami"
"Aku tidak lupa kook, jangan berteriak"
"Kenapa kau berubah sayang?? Kenapa??"
"Kau masih bertanya kook?? Kau yg membuatku begini"
"Aku mohon jim, aku cemburu melihatmu dengan pria lain"
"Lalu apa aku kelihatan bahagia saat melihatmu bersanding dengan orang lain?"
Jungkook dan jimin kembali bersitegang dengan situasi yg mencekam saat ini, mereka hanya saling tatap, jungkook benar-benar menahan emosinya. Jimin bisa melihat amarah jungkook dan istrinya pahan betul jika jungkook sudah mengepal tangannya maka ia menahan emosi yg amat mendalam
Jimin mendekat kearah sang suami, ia menggenggam kepalan tangan jungkook lalu memeluk suaminya dengan lembut.
"Mian jungkook-ah, aku tidak ada hubungan apapun dengannya"
"Taehyung hanya teman lama"
"Hentikan geramanmu kook, aku hanya mengujimu"
Kepalan tangan jungkook perlahan melemah, sebenci apapun jimin ia tak akan pernah bisa mengabaikan jungkook, jimin sangat mencintai suami pengkhianatnya itu apalagi jika jungkook bersikap seperti sekarang. Jungkook mempunyai kelainan mental dan hanya jimin yg mengetahui hal itu.
"Jangan tinggalkan aku jiminahh... aku takut sekali"
Jungkook menitikan air mata lalu memeluk istri pertama yg amat di kasihinya, jimin adalah segalanya bagi jungkook entah bagaiman hidupnya nanti jika benar jimin meninggalkannya.
Sikap temperamental jungkook susah untuk di obati, dan penawarnya adalah jimin sedangkan jimin juga memiliki batas kesabaran, tak selamanya ia bisa mengalah kepada jungkook apalagi dengan keadaan saat ini.
"Jangan mengecewakanku lagi kook, aku tak bisa berjanji akan selalu ada untuk mu"
"Maaf jim, aku memang bodoh"
"Bagus jika kau sadar, aku bisa meninggalkanmu kapanpun kook"
Jimin melepaskan pelukan mereka, jungkook meraih pinggul jimin lalu membawa tubuh sang istri menatap matanya, jungkook mendekatkan bibirnya menuju bibir jimin namun sang istri menepis dengan cepat
"Tidak untuk saat ini kook, aku tak akan pernah membiarkan mu menyentuhku sesuka hati"
Jimin melepaskan genggaman tangan jungkook, ia berganti pakaian dan kemudian turun ke bawah untuk memasak makanan sebagai hidangan makan malam. Jungkook mengusak rambutnya kasar, bagaimana caranya agar jimin kembali dalam pelukannya secara utuh. Saat ini istrinya itu sudah bisa membantahnya bahkan mengancam dengan kepergian yg selalu diucapkan jimin. Tentu saja jungkook akan gila jika sampai hal itu terjadi.
TO BE CONT
QaraTanjung