*BAB 31*
Malam ini keluarga Hampton akan melakukan makan malam bersama di salah satu ruang makan yang ada di mansion ini. Mansion ini memiliki beberapa tempat ruang makan, mulai dari yang indoor dan outdoor.
Para chef dan pelayan sudah menyiapkan makan malam ini dengan sangat antusias, karena mereka juga antusias karena mansion ini kedatangan tamu yang sangat spesial. Mereka sangat penasaran seperti apa wajah Tuan mereka, hanya beberapa dari pelayan saja yang sudah pernah bertemu dengan Xander. Terutama para anak buah dan pelayan yang sudah bekerja di mansion ini sebelum kedatangan Nyonya mereka yang baru.
Sore tadi Xander mendapat kabar jika ia harus ikut gabung acara makan malam yang dilakukan oleh Daddynya, Xander langsung menolak keinginan itu. Namun ia tetap dipaksa untuk turun ke bawah dan hadir dalam makan malam tersebut. Untung saja makan malam kali ini hanya dilakukan oleh keluarga kecilnya saja.
Dengan setengah hati, Xander berjalan keluar dari kamarnya. Ia hanya menggunakan pakaian semi formal, namun tetap terlihat rapi dan tampan.
Dari kejauhan Xander dapat melihat dua orang pria dan wanita yang sudah duduk di tempatnya masing-masing, di dekat meja makan itu terdapat beberapa chef serta pelayan mansion.
Namun ada sesuatu yang membuat Xander menjadi penasaran, seharusnya ia bertemu dengan anak dari wanita itu. Tetapi semenjak Xander menginjakkan kaki di mansion ini, ia belum bertemu dengan gadis itu.
"Silahkan Tuan." Salah seorang pelayan menarik kursi dan mempersilahkan Xander untuk duduk di tempatnya.
"Daddy pikir kau tidak akan gabung makan malam bersama kami." Celetuk Jimmy, awalnya Xander juga menolak untuk bergabung bersama mereka. Namun berkat paksaan dari Jimmy, akhirnya Xander menyetujui ajakan Jimmy.
"Terserah." Jawab Xander dengan acuh, ia bahkan enggan menatap ke arah Jimmy dan Annita. Tatapannya lurus ke depan, namun terlihat kosong.
Mendengar jawaban ketus Xander, Annita lantas mengusap lengan Jimmy dengan penuh kasih sayang.
"Tak apa." Ucap Annita dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh suaminya.
"Dimana Violette?." Tanya Jimmy setelah membalas ucapan Annita dengan senyuman hangat. Seharusnya gadis itu sudah turun dan bergabung di meja makan ini.
"Mungkin dia sedang bersiap-siap, kau tahu ini adalah pertemuan mereka setelah sekian lama." Jawab Annita, kemudian memberi perintah kepada salah satu pelayan untuk memanggil Violette.
Sedangkan di lantai yang berbeda dan di dalam sebuah kamar. Seorang gadis tengah mematut dirinya di depan cermin, ia terlihat sedang menggunakan lipstik untuk mempercantik bibirnya. Violette menggunakan dress simpel berwarna putih yang di padukan dengan kalung berlian di leher jenjangnya.
Tok . . Tok. .
"Nona Vee." Panggil pelayan itu dari arah depan pintu kamar Violette. Kamar ini dilengkapi dengan fitur yang sangat canggih, Violette dapat melihat dan mendengar siapa orang yang berada di depan pintunya.
Mendengar pelayan memanggil namanya, menandakan jika dirinya sudah ditunggu di ruang makan. Tanpa menunggu lebih lama, Violette langsung bergegas keluar dari kamarnya.
"Ada apa?." Tanya Violette, pelayan itu masih berdiri di depan pintu kamar nya.
"Anda sudah di tunggu di ruang makan, Nona.'' Jawab pelayan itu.
"Baiklah. Aku akan turun sekarang." Balas Violette.
Dengan perasaan gugup, Violette menaiki lift mansion yang akan membawanya ke lantai satu. Entah kenapa bertemu dengan saudara laki-lakinya membuat Violette merasa gugup dan cemas. Seharusnya Violette merasa senang dan antusias.
"Kau harus tenang Vee.'' Violette memberikan semangat untuk dirinya sendiri.
"Hufttt. . " Violette menghembuskan nafas kasar, kemudian menarik nafas dalam-dalam.
Langkah Violette semakin terasa berat, ketika ada sepasang mata yang menatapnya dengan tatapan intimidasi. Pria yang sedang duduk di depan meja makan menatap Violette dari atas rambut sampai ujung kaki. Ia menatap Violette tanpa berkedip sedikit pun, seperti melihat sosok bidadari yang tengah berjalan di hadapannya.
Menyadari hal itu, sebisa mungkin Violette bersikap lebih rileks.
"C'mon Violette, ini adalah acara makan malam bersama keluarga mu. Kau tak perlu merasa gugup." Gumam Violette, ia terus melangkahkan kakinya hingga berada di depan meja makan. Posisi duduk Violette tepat berada di depan pria itu.
"Silahkan Nona." Pelayan mempersilahkan Violette untuk duduk.
Untuk sesaat Xander dan Violette saling tatap satu sama lain. Violette terpana melihat wajah tampan dari seorang Xander Hill Hampton, rahang tegas, kemeja hitam yang memperlihatkan bentuk otot badannya, serta memiliki sorot mata yang tajam.
Dia memiliki wajah yang mirip seperti Daddynya.
"Kenapa kau lama sekali nak?." Suara Annita membuyarkan tatapan mereka.
"Yaaa?." Violette menoleh seperti orang yang linglung, ia terlalu fokus menatap wajah tampan Xander. Hingga mengabaikan sosok kedua orangtuanya.
"Dia pasti berdandan sayang." Jawab Jimmy dengan kalimat manisnya.
"Cih." Xander muak mendengar omong kosong itu. Ia sampai memalingkan wajahnya karena enggan melihat adegan mesra keduanya.
"Maafkan aku dad."
"Pasti kalian sudah menunggu ku lama.'' Balas Violette merasa bersalah.
"Tak apa nak." Jimmy dan Annita memberikan senyuman hangat nya.
"Kau membuang waktu berharga ku." Celetuk Xander dengan kalimat pedasnya. Xander tidak menyukai seseorang yang menyepelekan waktu. Karena Xander adalah tipe orang yang tepat waktu.
Jimmy dan Annita saling melempar pandang, mereka harus mengalihkan pembicaraan ini dengan segera jika tidak ingin ruang makan ini menjadi berantakan.
"Violette apa kau ingat pria yang ada di hadapan mu saat ini?."
"Dia adalah Xander, saudara laki-laki mu. Mulai hari ini dia akan tinggal di mansion ini bersama kita."
"Jika kau ingat, kalian pernah bertemu disaat kau merayakan ulangtahun mu yang ke sembilan tahun."
"Dan setelah hari itu, Xander harus belajar ke luar negeri."
"Daddy harap hubungan kalian akan baik-baik saja." Jimmy kembali memperkenalkan Xander kepada Violette, sama seperti yang dia lakukan sembilan tahun yang lalu.
"Omong kosong." Suara Xander di dengar oleh seluruh orang yang ada di ruang makan ini, termasuk para pelayan yang berada di dekat meja makan.
"A-aku mengerti dad." Violette menatap Xander dengan tatapan sedikit takut. Ternyata apa yang ia takutkan benar-benar terjadi. Xander seperti tidak menyukai keberadaannya.
"Sebaiknya kita segera makan. Mommy sudah lapar." Annita kembali mengalihkan pembicaraan. Sedari tadi ia tidak mengalihkan tatapannya dari Violette dan Xander secara bergantian.
Kekhawatiran Annita semakin menjadi ketika dua orang itu kembali dipertemukan di satu meja makan ini. Pikiran yang tidak-tidak memenuhi isi kepala Annita.
Chef yang bekerja di mansion ini mulai menyajikan makanan yang sudah ia masak. Makanan ini terbuat dari bahan-bahan segar dan pilihan yang baru di antar ke mansion. Mulai dari hidangan pembuka dan penutup, semua dibuat oleh chef profesional.