Download App

Chapter 10: Bab 10

*BAB 10*

Xander kembali ke mansion pribadinya dengan penuh emosi, ia menjadi lebih sensitif karena kejadian yang berlangsung beberapa menit yang lalu. Bahkan anak buah Xander yang tidak melakukan kesalahan tidak luput dari amukan Xander. Terutama Paul, pria itu menjadi sasaran empuk Xander. Jadi selama perjalanan menuju ke mansion, Paul lebih baik tutup mulut dan akan membahas mengenai pekerjaan mereka jika keadaan hati Xander sudah kembali membaik.

"Argh. Sialan." Xander menggebrak meja kerjanya, setelah ia berhasil memasuki kamar pribadinya, ia memutuskan untuk langsung pergi menuju ke atas, dimana ruang kerjanya berada.

Ia melepas jas mahal yang membalut tubuh kekarnya dengan kasar, lalu membuangnya asal begitu saja. Tak lupa ia melepas dasi yang terasa melilit lehernya. Keadaan ini seperti mencekik Xander dengan sangat kuat, hingga membuat dirinya tidak bisa bernafas.

"Sialan kau Jimmy." Umpat Xander, perkataan Jimmy sukses membuat Xander semakin benci kepada dirinya secara tidak langsung.

"Argh." Xander tidak bisa mengontrol emosinya lagi, ia menarik rambutnya yang masih tertata rapi hingga membuatnya tidak beraturan.

Nafasnya memburu, tangannya semakin terkepal dengan kuat, ia ingin memukul sesuatu agar bisa meredam emosinya.

Namun di tempat yang berbeda, tepatnya di depan pintu kamar milik Xander. Ada seorang wanita yang ingin menerobos masuk ke dalam kamar Xander.

"Pergi dari hadapanku. Aku ingin bertemu dengan Xander." Seru wanita itu dengan nada bicara sedikit kesal, karena kedua anak buah Xander melarang Nora masuk ke dalam kamar Xander.

"Anda tidak diizinkan untuk masuk Nona. Tuan Xander sedang membutuhkan privasi untuk saat. Ia tidak mengizinkan siapapun untuk masuk ke dalam ruangannya, termasuk anda." Jelas salah satu anak buah Xander. Mereka mendapat perintah melalui Paul untuk menjaga pintu ruang kamar Xander. Menjaga agar tidak ada seseorang yang mencoba menerobos masuk ke dalam kamarnya. Terutama Nora, karena Xander muak mendengar ocehan Nora yang membuat kepalanya semakin bertambah pusing. Wanita itu selalu saja mengganggu ketenangan Xander. Jika ia tidak memiliki sebuah rencana yang harus ia selesaikan, maka Xander sudah menendang Nora dari mansion ini. Untuk saat ini Xander mencoba bersabar dengan tingkah Nora yang sering kali membuat darah Xander mendidih.

"Tapi aku ingin bertemu dengan Xander." Nora tetap kekeh dengan pendiriannya untuk bertemu dengan Xander. Karena sedari pagi ia belum bertemu dengan Xander, dan Nora sudah merindukan pria itu.

Nora berusaha menyingkirkan kedua anak buah Xander dengan kekuatannya yang tidak sebanding dengan mereka.

"Ada apa ini?." Tiba-tiba ada suara lantang yang menghentikan kegiatan mereka. Suara itu berasal dari Paul yang berjalan mendekat ke arah mereka.

"Tuan."

"Nona Nora, memaksa ingin masuk dan bertemu dengan Tuan Xander." Sapa mereka dengan sopan kepada Paul, karena posisi Paul lebih tinggi di bandingkan mereka.

"Nona. Kumohon jangan ganggu Tuan Xander untuk kali ini saja." Ujar Paul. Karena Paul tahu bagaimana sikap yang di tunjukan Nora kepada Xander.

"Aku hanya ingin bertemu dengan dia saja. Kenapa kalian melarang ku." Dengus Nora dengan kesal. Bahkan mereka tidak mengatakan sebuah alasan mengapa dirinya tidak boleh menemui Xander.

"Tuan Xander sedang dalam keadaan hati yang buruk, dan ia berkata jika melarang siapapun yang hendak memasuki ataupun bertemu dengannya.'' Jawab Paul memberikan sebuah jawaban kepada Nora supaya wanita itu berhenti merengek ingin masuk ke dalam kamar Xander.

Nora mendengarkan jawaban Paul dengan seksama, bahkan dirinya pun tidak di izinkan untuk menemui Xander. Nora semakin bertanya-tanya di dalam hatinya, sebenarnya Xander menganggap dirinya itu siapa. Nora tidak pernah di perlakukan secara istimewa, kecuali jika mereka sedang bercinta. Itu saja Nora merasa jika dirinya hanya seorang wanita panggilan, yang melayani nafsu seorang Xander Hill Hampton.

Namun sejauh ini Nora bersikap baik-baik, toh tidak ada salahnya juga ia berada di tempat ini. Xander memberikan segalanya untuk Nora, kecuali perhatian pria itu.

"Hmm baiklah. Jika Xander sudah merasa lebih baik, beritahu aku." Ujar Nora, ia hanya mencoba mengerti kondisi yang di alami oleh Xander ini. Nora tidak ingin terus memaksa, ingatannya tadi malam saja masih terekam dengan jelas, saat Xander marah hanya karena Nora ingin memaksa tidur di dalam kamar pria itu. Nyali Nora ciut begitu memikirkan hal itu. Dan memilih untuk tidak mengganggu Xander.

"Baik Nona."

Setelah mendengar jawaban dari Paul, Nora berjalan meninggalkan pintu kamar Xander menuju kamarnya sendiri, kamar yang telah di sediakan oleh Xander.

"Aku sangat bosan, oh sial aku rindu dengan dunia luar." Nora mengeluh pada dirinya sendiri, pasalnya sejak ia menginjakkan kaki di mansion ini. Nora sama sekali belum pernah keluar dari tempat ini, bukan karena ia tidak ingin pergi keluar, itu karena Xander tidak mengizinkan Nora untuk pergi keluar, entah apa yang membuat Xander bersikap seperti ini kepada Nora. Namun dengan bodohnyo, Nora mengikuti seluruh perintah dari Xander.

"Tapi tak apa aku terperangkap di tempat ini. Wanita diluar sana belum tentu bisa sedekat ini dengan Xander Hill Hampton." Nora berbangga diri bisa berada di mansion ini. Menjadi wanita yang menjalin hubungan dengan Xander.

Xander memang seorang pria yang banyak di idam-idamkan oleh banyak wanita di luar sana, karena Xander adalah pria yang sangat terkenal di kalangan wanita dewasa. Bukan hanya karena ia memiliki wajah yang tampan namun juga karir Xander menjadi nilai tambah, tampan, muda dan seorang pria kaya yang sukses.

Wajahnya sering muncul di berbagai majalah serta televisi, tidak heran bukan jika Xander memiliki popularitas yang tinggi. Tetapi sejauh ini, Xander belum pernah di beritakan berkencan dengan seorang wanita. Karena Xander lebih menyukai one night stand, ia sama sekali tidak pernah berkencan dengan seorang wanita. Alasan Xander, karena ia lebih mementingkan karirnya ketimbang urusan wanita yang menurutnya tidak penting.

Xander mungkin pernah memiliki hubungan dengan seorang wanita, namun hubungan itu hanya bertahan selama beberapa bulan saja, tidak lebih dari tiga bulan. Itupun mereka tidak berkencan, hanya menjalin hubungan biasa saja. Tak sedikit dari para wanita itu yang merasa kecewa dengan Xander, karena mereka seperti sedang di permainkan. Bahkan kebanyakan dari mereka merelakan tubuhnya untuk Xander.

Hari pun semakin gelap dan larut, namun Xander bukannya tidur dengan lelap namun pria itu justru masih menikmati minuman alkohol favoritnya. Seperti biasa Xander berada di bar yang ada di pojok kamar miliknya. Padahal Xander sudah mulai kehilangan kesadarannya, namun pria itu tetap menenggak minuman keras itu tanpa henti. Entah sudah berapa banyak minuman alkohol yang masuk ke dalam perutnya. Keadaan Xander terlihat sangat kacau, rambut yang berantakan, serta raut wajah yang terlihat begitu kecewa dan memendam amarah. Kemeja yang melekat di tubuh kekarnya tadi sudah tergelatak di atas lantai, tubuh Xander hanya tertutupi oleh celana kerjanya saja.

"Argh, sialan brengsek." Teriak Xander dengan mata yang hampir tertutup. Kepalanya sudah mulai terasa berat dan pusing. Ia pun mulai kehilangan keseimbangannya, kepalanya terasa sangat berat.

"Ahhh. ." Meskipun ia sudah mulai kehilangan kesadarannya namun tidak membuat Xander berhenti menenggak minuman beralkohol itu.

"Aku akan membalaskan dendam ku kepadamu."

"Argh sialan. Kepala ku sangat pening."

"Prang. . "

Botol yang Xander pegang terjatuh di lantai, hingga membuat pecahan beling berserakan disana. Untung saja pecahan botol itu tidak melukai kaki Xander.

"Hahaha. . Mom." Xander meracau dengan menyebut mommynya.

"Tenang saja mom, aku akan membuat wanita itu hancur."

"Bruk. . " Suara tubuh Xander yang terjatuh tepat di atas kasur king size miliknya. Setelah mengucapkan kalimat itu, Xander sudah tidak memiliki kesadaran lagi. Ia tertidur lebih awal karena efek minuman alkohol.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C10
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login