Download App
9.13% Starting From Today / Chapter 19: Chapter 19 : How to Be A Good Person

Chapter 19: Chapter 19 : How to Be A Good Person

Lareina, Radithya, dan Mama Lareina menikmati acara sinetron malam yang ditayangkan di TV sembari mengunyah popcorn sisa yang ia beli di bioskop tadi siang. Hanya sepupu dan Mamanya yang menikmati acara sinetron tersebut, sedangkan Lareina masih disibukkan dengan lamunannya.

Alur cerita sinetron yang mereka tonton ini dipenuhi dengan perselingkuhan yang dilakukan oleh tokoh pria utama. Cerita Sinetron ini lah yang membuat Lareina memulai lamunannya mengenai Devin yang menyelingkuhinya.

Gadis itu disibukkan dengan kehidupan sekolah barunya sehingga tidak sempat memikirkan hubungannya yang telah kandas karena perselingkuhan.

Lareina menenggelamkan dirinya dalam ingatan mengenai hubungannya dengan Devin semasa mereka masih bahagia dan saling mencintai. Ia ingat bagaimana Devin sering memberinya acara kejutan yang romantis, menemaninya untuk menonton film bahkan ketika pria itu kelelahan seusai seharian berlatih sepak bola, dan melamarnya dengan 1000 bunga mawar di awal tahun 2022.

Walaupun tidak bisa membenarkan perselingkuhan Devin dengan alasan apapun, Lareina tidak bisa membenci pria itu sepenuhnya. Di masa-masa sulitnya saat bertransisi dari atlet senam ritmik menjadi aktris, Devin lah yang membantu dan menemaninya.

Meskipun Lareina terkenal dengan sikap dinginnya, gadis itu mengembangkan senyum tercerahnya di hari ketika Devin melamarnya. Gadis itu benar-benar bahagia karena sosok yang Devin lah yang memenuhi hatinya yang sangat kosong kala itu. Namun, semua kebahagiaan itu hanya dapat menjadi kenangan yang berakhir menyedihkan bagi Lareina.

Radithya menyadarkan lamunan Lareina dengan bertanya mengapa wajah sepupunya itu terlihat murung. Lareina hanya menggeleng lalu kembali melanjutkan tontonannya.

Pikiran Lareina yang sebelumnya dipenuhi dengan kenangannya bersama Devin teralihkan dengan nasib proyek film dan keadaannya di tahun 2022. Apakah ia masih melakukan adegan pingsan di UKS? Atau ia sedang berada dalam kondisi koma di rumah sakit sebagaimana keadaan tokoh cerita perjalanan waktu yang ditulis oleh Moezza?

Gadis itu menghela nafasnya dengan berat. Ia benar-benar tidak tahu nasibnya di masa depan. Bisa saja gadis itu mati tanpa alasan yang jelas dan dilempar ke masa lalunya yang berada dimensi lain. Lareina tidak bisa memahami bagaimana cara kerja semesta ini.

Meskipun terlihat seperti sudah bisa beradaptasi, Lareina tetap ingin kembali ke tempat ia berasal. Kehidupan serba mudah dan mewah tidak bisa ditukarkan dengan masa sekolah penuh kesulitan yang ia jalani sekarang.

Lareina sadar bahwa belakangan ini, ia terlalu sibuk mendekati Sean untuk memenangkan persaingan dengan Aradia. Ia melupakan tujuan awalnya untuk kembali ke kehidupan aslinya sesegera mungkin.

Lareina teringat dengan obrolannya dengan Moezza mengenai alasan tokoh utama melakukan perjalanan waktu. Penyesalan dan berubah menjadi orang baik adalah kandidat yang memungkinkan. Gadis itu bahkan tidak menyesal karena telah berhubungan dengan Devin meskipun ia diselingkuhi. Kemungkinan terakhir adalah mengubah sifatnya yang terkenal buruk dan acuh tak acuh menjadi orang yang lebih baik.

"Woy," sahut Lareina lalu duduk di kursi Yohan, teman sebangku Sean.

Sean yang merasa dipanggil pun menoleh. "Apa?"

"Cara jadi orang baik gimana sih?" tanya Lareina yang membuat Sean kebingungan.

"Hah? Orang baik gimana? Random banget sih lo, Rei."

"Ya orang baik. Gue perhatiin lo tuh kesan awalnya kayak cuek, tapi kalo temen-temen sekelas butuh bantuan, lo langsung sigap bantu. Bahkan, orangnya belom ngomong aja lo udah nawarin bantuan. Itu apa kalo bukan orang baik?" jelas Lareina.

Sean terdiam mengangguk lalu menopangkan dagunya. "Oke. Gue emang orang baik, tapi gimana cara lo tau kalo gue selalu nawarin bantuan ke anak-anak kelas?" tanya Sean penasaran.

"Ya karena gue merhatiin lo lah."

Lareina terdiam ketika mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya sendiri. Ia juga tahu dan sadar bahwa kalimat yang ia lontarkan itu akan menimbulkan berbagai macam spekulasi dari Sean.

Sean yang mendengar jawaban itu pun menaikkan alisnya dan tersenyum curiga. "Oh… lo merhatiin gue," ujar Sean berusaha menahan tawanya.

Lareina memalingkan wajahnya dan mengumpat dalam hati karena membongkar aibnya. Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali bersikap seperti biasa.

"Kenapa? Kesenengan lo diperhatiin ama gue?"

Sean menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Pria itu tahu betul bahwa Lareina berusaha untuk tidak panik. Ia bisa melihat wanita itu secara transparan begitu saja meskipun mereka baru dekat selama kurang dari satu bulan.

"Apa sih yang ngebuat lo pengen bantu orang? Kek, yang ngedorong lo buat niat bantuin anak kelas satu-satu itu apa? Gue tahu lo ketua kelas, tapi gue gak paham aja. Gue juga suka liat lo bantuin anak kelas lain yang gak ngerti soal pelajaran. Niat baiknya tuh datang dari mana? Kan, lo gak bakal dapet benefit yang signifikan dari ngebantu orang?" tanya Lareina panjang lebar.

Sean memijat keningnya karena merasa pening dihujami dengan berbagai pertanyaan oleh Lareina. Sean sadar bahwa Lareina di kelas 12 ini terlihat berbeda. Ia memang tidak pernah satu kelas atau bahkan berada di satu kegiatan yang sama dengan Lareina sebelumnya, tetapi ia tahu betul bahwa Lareina tidak seperti ini sebelumnya. Tidak acuh tak acuh.

Lareina yang ia kenal sekarang seperti memiliki EQ yang rendah dan memiliki kepekaan yang rendah. Gadis itu terlihat seperti orang yang tidak terbiasa bersosialisasi dan sulit untuk memahami orang disekitarnya.

Sean menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan Lareina. "Pertama, pertanyaan lo kebanyakan. Gue pusing jawabnya. Kedua, lo sadar gak sih pertanyaan lo itu bisa dijawab pake logika sederhana?" jawab Sean sembari berbalik bertanya.

"Logika sederhana gimana?"

"Kalo lo berbuat baik sama orang, ya orang bakal berbuat baik sama lo. Ah, ini juga, bayangin kalo lo lagi kesusahan dan gak ada yang nolongin? Pusing, kan? Iya, itu juga yang dirasain sama orang-orang yang gue tolong. Simpelnya, empati."

Lareina memiringkan kepalanya kebingungan. "Sesusah apaan sih keadaannya sampe harus minta tolong orang? Kan, tinggal usaha sendiri. Coba selesain masalah sendiri, beres," balas Lareina yang membuat Sean mengelus dadanya.

"Sampai kapan mau mikir kalo lo bisa ngelakuin semua hal di dunia ini sendirian tanpa bantuan orang lain?" tanya Sean dengan nada lembut dan perlahan. Memastikan Lareina memahami maksud perkataannya.

"Kita ini makhluk sosial, pasti butuh bantuan orang lain. Gue tau lo independen, bisa apa-apa sendiri, tapi kira-kira sampai kapan lo bisa ngelakuin hal itu sendirian? Sekarang buktinya, bukannya lo lagi minta tolong dengan nanya ke gue?" lanjut Sean.

Lareina diam terbungkam mendengar jawaban Sean yang berubah menjadi ceramah yang menohok hatinya. Gadis itu sedikit memahami maksud dari Sean, meskipun masih sulit untuk menerimanya.

Sean menyilangkan kedua tangannya di dada dan menatap wajah bingung Lareina dengan seksama. "Gimana? Masih yakin bisa hidup sendiri dan gak minta bantuan orang lain?"

Sedangkan yang ditanya hanya dapat mengerucutkan bibirnya kesal. "Gue nanya cara jadi orang baik kok malah jadi diceramahin," gerutu Lareina yang alhasil mendapat toyoran kecil di kepalanya.

"Bukan diceramahin, gue minta lo buat pahamin korelasinya. Katanya mau jadi orang baik, gimana sih?"


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C19
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login