Download App
0.76% Sleep Tight, Honey / Chapter 3: Ketika Datangnya Pagi

Chapter 3: Ketika Datangnya Pagi

"AAAAARRRHHHHH!!!"

Kedua mata itu terbuka lebar bersamaan dengan teriakannya tadi. Deru napasnya terdengar memburu, seakan dirinya baru saja dipaksa berlari. Sama halnya dengan kedua mata yang dengan nyalang melihat ke sekitar.

Honey mengerang kencang sambil mengacak rambutnya. Perlahan mulai merasa lega karena pagi telah kembali datang dan dirinya kembali ke alam nyata. Kembali ke kamarnya.

"Semalam itu mimpi apa? Rasanya sangat aneh. Terasa begitu nyata," keluh gadis itu masih dengan deru napas yang masih terengah.

Gadis itu mengalihkan pandangannya menjelajahi seisi kamar yang sangat dikenalnya. Tempat tinggalnya memang jauh dari kata mewah, namun setidaknya tempat ini adalah tempat terbaik di hidupnya. Satu-satunya yang teraman.

"Semoga aku tak akan pernah memimpikan hal seperti itu lagi. Cukup sekali aku merasakan kengeriannya." Honey mendesah sambil memiringkan posisi tidurnya ke kanan. Kembali memejamkan mata. "Sejujurnya mahluk aneh tadi malam wajahnya begitu tampan. Sangat tampan malah. Sejujurnya kalau saja bukan mimpi berlatar seram, aku pasti akan sangat bahagia. Bayangkan kalau dia jadi pacarku atau semacamnya—"

"Terima kasih atas pujiannya."

Kedua mata Honey langsung terbelalak lagi.

Suara ini… tentu saja Honey belum melupakannya. Ini adalah suara mahluk aneh yang semalam ditemuinya di dalam mimpi, bukan? Dia ingat itu.

Tapi, kenapa Honey masih dapat mendengarnya bahkan ketika dirinya sudah terbangun? Apa jangan-jangan… dia belum sepenuhnya terjaga? INI MASIH BAGIAN DARI BUNGA TIDUR!?

Honey langsung duduk dan celingukan memeriksa sekitar. Napasnya langsung tercekat begitu menemukan sosok yang tak asing itu tengah berdiri di salah satu sudut kamarnya. Lagi-lagi mengumbar senyuman tipis kepada dirinya.

"Selamat pagi, Miss Honey Araneta."

"Arrh!!"

Honey berteriak cukup kencang. Bahkan karena panik dia sampai mundur secara tidak sadar, sehingga hilang keseimbangan. Jatuh dari tempat tidur ke lantai.

"Aww…" keluhnya kesakitan.

Suara tawa malah terdengar dari arah lain. Hal itu membuat Honey seakan dipaksa kembali ke realita. Didudukkannya tubuhnya kembali, menatap tak percaya pada sosok itu.

"K-Kau? K-Kenapa kau ada di sini?" Honey memberanikan diri mengeluarkan suara yang bergetar dan parau.

Honey kembali seperti kehilangan arah. Apa yang sebenarnya terjadi? Di mana dirinya berada? Apa jangan-jangan ini juga bukan dunia nyata?

'Tapi bekas jatuh tadi terasa sakit. Bagaimana mungkin ini tidak nyata lagi?'

"Tentu saja kita memang berada di alam nyata. Apa lagi?"

Ucapan sosok itu terdengar seperti petir di siang bolong. Berhasil membuat Honey melirik padanya lagi dengan tak percaya. Tampak sedikit memelas, berharap agar ucapan barusan bukanlah kesungguhannya.

'Tak mungkin. Tak mungkin.'

Honey menampar pipinya untuk meyakinkan diri. Rasa ngilunya terasa. Namun karena belum yakin dia mencobanya lagi dengan lebih kuat, kali ini membuatnya meringis merasakan sakitnya.

Jadi ini nyata? Ini benar-benar bukan mimpi? Dan mahluk ini… mahluk ini benar-benar ada di depannya?

"Karena aku mengikutimu ke alam nyata," kata mahluk itu yang mendadak berteleportasi lagi tepat di depannya.

"KYYAAAAAA-mmmphhh…"

"Berhenti berteriak. Berisik!" seru mahluk itu dengan ekspresi wajah bosan setelah dengan lancangnya membekap mulut Honey.

Honey dengan cepat menepis tangan itu, kembali berusaha untuk bergeser menjauh darinya.

'B-Bagaimana b-bisa? Tak mungkin.' Honey bermonolog sambil mengghelengkan kepala.

"Bagaimana kalau berhenti dulu menepis kenyataan, lalu mulai berusaha menerimanya? Dan berhentilah bicara di dalam hati. Aku tetap bisa mendengarnya.

Honey melotot lagi padanya. "K-Kau benar-benar mampu membaca isi pikiranku?

Sosok itu hanya tersenyum miring.

Honey masih terdiam. Dengan sulit mencoba mempelajari keadaan ini. Dengan masih gamang menentukan apakah semua ini nyata atau semacam ilusi.

Kedua bola mata Honey kini mengikuti mahluk tadi yang mulai memeriksa isi kamarnya. Masih merasa kalau ini tetap sulit untuk diterima. Ini semua tak mungkin nyata.

"S-Sekarang… sebenarnya kita ada di mana?" Walau sedikit ragu, namun Honey akhirnya bersuara.

"Bukankah sudah kukatakan kalau ini adalah duniamu? Sesuatu yang kausebut sebagai dunia nyata, bukan? Dan seperti yang kau lihat sendiri, bukankah ini adalah kamar tidurmu?" Ia menyahut cuek sambil memeriksa rak buku milik Honey.

"Bagaimana c-caranya… kau berada di sini."

"Aku mengikutimu."

Suara Honey agak tercekat lagi karena kaget. Namun akhirnya bertanya, "K-Kenapa?"

Sosok itu tak lantas menyahut. Ia lagi-lagi hanya memberikan seringaian kecil, sambil meraih salah satu buku. Membolak-balikannya seperti menolak untuk menjawab.

"K-Kenapa diam? J-Jawab pertanyaanku!" Walau masih dengan suara bergetar karena takut, Honey menuntut jawaban darinya.

"Karena apa lagi. Tentu saja karena kau telah mengeluarkanku dari peti."

"H-Huh?"

Mahluk itu berhenti membalik buku dan kembali melirik Honey. "Aku masih merasa berhutang budi padamu karena kejadian itu. Sehingga itu sebabnya, kini giliranku untuk mengunjungi duniamu. Kuputuskan untuk mengikutimu kemana-mana sebagai ucapan terima kasihku."

Honey kembali terdiam. Kesusahan menerima kenyataan ini secara satu persatu.

Jadi apakah mimpi aneh semalam itu nyata? Mimpi itu benar-benar terjadi dan kini ikut mempengaruhi kehidupannya di dunia nyata?

Tak mungkin.

"T-api itu semua kan cuma m-mimpi?" tanyanya bingung.

Mahluk itu menyahut tak acuh sambil mengangkat bahu. "Tidak semua yang kaupercayai adalah kebenarannya, bukan?"

'Apa maksudnya? Omong kosong.'

"Ini bukan omong kosong." Mahluk itu protes tiba-tiba.

Honey berdeham. Walau sudah dibuktikannya beberapa kali, tapi gadis itu masih sering takjub melihat kemampuan mahluk di depannya ini dalam membaca pikiran. Karena dulu itu adalah salah satu kekuatan yang ingin dimilikinya. Hal yang tak mungkin terwujud karena dirinya hanya manusia biasa.

'Sebenarnya dia akan sangat menguntungkan kalau dimanfaatkan. Kekuatannya bisa menghasilkan begitu banyak uang—'

"Dasar manusia rendahan!"

Monolog Honey terpotong saat mendengar bentakan. Mahluk itu kini mengancungkan tangannya pada Honey.

"Bisa-bisanya kau berpikir menjadikan sosok terhormat sepertiku sebagai seorang penipu? Aku dan kekuatakanku terlalu berharga untuk melakukan itu!"

"Manusia rendahan?" Honey balas menatapnya tak terima. "Seenaknya sekali menamai orang."

"Kau kira aku tak mengenal manusia? Pada dasarnya kalian itu sama. Kalian dilahirkan dalam keadaan suci ketika dihidupkan, tapi beberapa dari kalian mulai menjadi rendahan setelah menyakiti mahluk hidup yang lain. Kalian bahkan tidak segan melakukan pengerusakan di bumi yang telah menghidupi kalian!" tambahnya dengan ekspresi datar.

Honey kehabisan kata-kata. Tak bisa menampik kenyataan itu. Mahluk ini mengatakan yang sebenarnya.

"Aku memang bukan manusia, tapi berhentilah memanggilku dengan kata mahluk. Asal kau tahu kalau aku juga punya nama, seperti dirimu." Lagi-lagi ia memamerkan kemampuannya dalam membaca pikiran Honey.

"N-Nama? M-Memangnya siapa?"

Akhirnya buku di tangannya tadi diletakkan kembali ke atas meja. Sosok itu sempat menyeringai lagi, sebelum dengan ajaibnya menghilang dari sudut ruangan. Dalam hitungan milidetik malah muncul di depan Honey lagi. Kembali mengejutkannya.

"Night. Itulah namaku."

Dengan masih menyeringai, mahluk itu berbisik. Memandang gadis itu dengan tatapan yang lebih intens dari biasanya. Lalu tak lama kemudian ia membuka mulutnya lagi. Menampakkan sepasang taring berbahaya itu lagi.

"Dan aku adalah… seorang vampir."

***


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login