Lapangan basket kali ini begitu ramai, pasalnya di situ ada Langit yang tengah bermain basket bersama teman-teman sekelasnya. Kaum hawa mendominasi kursi penonton kali ini. Termasuk Ana dan Ambar yang duduk di tengah. Sebenarnya Ana tidak tertarik untuk menyaksikan, walaupun ada Langit. Lagipula ia belum ada rasa pada cowok tukang marah itu. Ini ulah Ambar, cewek itu yang memaksa untuk menonton.
"AAAA KAK LANGIT UWUUU BANGET SIH! "
Teriakan cewek di belakang Ana membuat ia menoleh. Dia salah satu fans Langit, Ana hanya menggelengkan kepalanya.
"FIX KAK LANGIT PACAR GUE AAAAA! "
Kini teriakan di sebelah kanan Ana, ia lagi-lagi menggeleng kan kepalanya. Mengapa kaum hawa di Yudistira begitu menyukai Langit?.
Ana ikut bertepuk tangan kala Langit berhasil memasukan bola ke Ring. Kemudian mata Langit menatap kearahnya dan menaikan satu alisnya ke atas membuat Ana segera memalingkan wajah.
Ambar yang di sebelah Ana menyenggol bahunya. " Astaga Ana itu lo di notice kak Langit. "
"Hmm, "
"ih dasar aneh. "
"Balik ke kelas yuk, Bar. Bosen di sini. "
Prittt!
Peluit di bunyikan tanda pertandingan selesai, Ana mengalihkan pandangannya pada lapangan di sana Ada Ratu yang menghampiri Langit. Terlihat Ratu memberikan selamat atas kemenangan tim Langit.
"Na, cemburu ya?. "
Ana Buru-buru menggeleng. "Nggak sama sekali. "
"Liat dong Kak Ratu deketin Kak Langit, plis lo harus banget peduli kali ini, bisa-bisa Kak Langit di embat. "
"Gue harus bilang berapa kali sih kalo gue tuh gak ada rasa. "
"Tap-"
Ucapan Ambar terhenti kala Langit tiba-tiba duduk di sebelah Ana. Sontak Ana menoleh kaget.
"Kok diem aja?, " Kata Langit dengan wajah datarnya.
"maksudnya, Kak?. "
"Pacarnya abis main basket ya di bawain minum kek atau apa kek. "
Ana tersenyum bingung. "eh Maaf, "
"Nih elapin ," Langit memajukan wajahnya membuat Ana sedikit gugup namun tak urung mengelap keringat Langit dengan tissu. Demi apapun Langit ganteng gak ngotak. Ana berkali-kali menelan salivanya.
Melihat adegan itu Ambar memilih pergi saja.
"Aku menang," Kata Langit setelah kegiatan Ana selesai.
Ana tersenyum. "Selamat ya, Kak. Kakak emang hebat. "
Langit mengangguk dan mengusap kepala Ana pelan. "Buat kamu, " Langit memberikan uang tiga ratus ribu kepada Ana.
"Kak, buat apa?. "
"ini hadiah tadi, buat kamu aja. " Langit menarik tangan Ana dan menaruh uang itu di atas telapak tangannya.
"Pokoknya aku gak mau terima ya, Kak. "
"Gak mau denger alesan, buat kamu sayang. " Langit mengecup kening Ana kemudian berlalu.
Siapapun tolong, Ana meleleh.
...
Sore ini Langit tengah berada di markas Veliente, lengkap dengan semua anggotanya. Tidak ada acara khusus sih hanya nongkrong biasa saja.
Tiba-tiba Aksara berlari ke arah Langit dan mengumpat di belakang punggung cowok itu.
"lo apa sih?. "
"Gue di kejar saquil, "
Tak lama saquil datang dengan wajah marahnya. "Balikin Hp gue!. "
"Gak mau!. "
Saquil berdecak kesal. "Balikin bangke!. "
"ih Mas Saquil garang, Aksara gak suka. " Aksara memasang wajah so ngambeknya lalu memberikan ponsel itu.
"Eh pengumuman nih, Saquil punya cewe!. " Aksara berkata dengan lantang, sontak semua orang menggoda saquil.
"siapa pacarnya?." Kata Wiliam sambil mendekat.
"Gak tau pokonya tadi gue liat sekilas namanya ndut pake emoticon love item dua!. "
"waaaah!, " Lentera mendekat ia menepuk bahu saquil. "cerita lah, temen macam apa lo diem aja. "
"Siapa tu ndut?. " Wiliam mencolek bahu saquil yang di hadiahi pelototan tajam.
"Di sematkan pula, duh Saquil sweet ya?. " Kata Aksara kemudian tertawa.
"Berisik ah!, " Saquil memilih pergi membuat yang lain meneriakinya.
Wiliam memilih duduk dekat Langit yang tengah merokok. Lalu menatap ketiga sahabatnya serius. "di sini ada yang punya Nenek perawan gak?. "
Aksara kontan menendang kaki Wiliam keras. "Anjir gue nanya!."
"ikan teri pake saos, Mau nete Bos?. " Tanya Aksara yang di sambut tawa yang lain.
"Mama gue perawan noh, " Kata Lentera.
"Nanti malem gua apelin ya, Len?. "
"Punya apa lo mau ngapelin Mama gue?. "
"Martabak mah ada lah buat malem, "
Lentera berpikir sejenak. "Gak jadi nyari Nenek perawan lo?. "
"Jadi, tapi emak lo dulu lah yang depan mata. "
"Okey ntar malem Gass. "
Wiliam mengangguk senang. "Gasskeunnn!. "
Langit hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sinting para sahabatnya.
...
Sekarang jam menunjukan pukul dua dini hari, dan Ana terbangun karena haus. Tak lama ponselnya berdering, Langit menelfonnya.
"Hallo, Kak. "
"emm Hallo. " kata Langit dengan suara Khas bangun tidur.
"Ada apa, Kak?. "
"Kangen... "
Ana menggigit kukunya gugup. "eh, "
"Kamu gak bobo hmm?. " kata Langit dengan manja.
Astaga Kaki Ana bagai tak bertulang. Suaranya berdamage.
"Ke-kebangun, Kak. "
Terdengar suara Langit menguap. "kenapa bisa kebangun, Yang?. "
Ana menahan napasnya. Apa barusan? 'Yang? '. Langit memanggilnya sayang?!.
"haus Kak. "
"besok Aku jemput, no debat!. "
Ana menghela napasnya kasar." Gak mau nanya persetujuan aku?."
"Nggak, besok Aku jemput fix. "
Ana memutar bola matanya malas. "pemaksa. " cibirnya yang jelas di dengan Langit.
"ngomong apa hm?. "
"Gak ada. "
"kenapa sih? Jemput doang salah?. "
"Nggak, tapi lain cerita kalo jemput Aku. Aku gak kayak cewek lain, Kak!. "
Pip!
Ana mematikan sambungan telepon membuat Langit terdiam. Mencerna kalimat Ana barusan. Sepertinya Ana tidak baik-baik saja.
•••
Setelah usai menelepon Ana, Langit mendadak tidak bisa tidur lagi. Pikiriannya di penuhi dengan Ana. Kenapa cewek itu tidak suka jika di jemput?. Langit yakin sekali Ana tidak baik-baik saja.
Drtt drtt
Ponsel Langit berdering, menampilkan nama Natala di layarnya. Dengan malas Langit mengangkatnya.
"Langit!, astaga kamu ini kemana aja?!. "
Langit menghela napasnya. "Sibuk, "
"sibuk apa?, jangan bohong. Awas kamu ada cewek lain aku terbang ke indo langsung. "
"Apa sih anjir!, "
"Aku serius, Mau aku laporin Mami kalo kamu gak pernah kabarin Aku?. Mau kamu pernikahan kita di percepat?. "
Langit meraup wajahnya kesal. "Bacot!, jangan bawa-bawa Mami, ini soal kita!. "
"Makanya kamu ini harus nurut apa kata Aku. Apa susahnya ngasih kabar?. Aku bakalan bener-bener kasih tau Mami. "
"Iya!, ribet banget jadi cewek. Yang penting kan gue masih ada kabar!. "
"Tapi jarang Langit!, kita udah tunangan inget!. "
Langit melempar bantalnya asal dan meremas ponselnya. "Hidup gue bukan cuma lo doang!. "
"Gak ada alesan, kamu harus bisa chat Aku terus gak mau tau!. "
"Nyari kesibukan lain gih selain spam Chat gue dan gangguin gue, risih tau gak!. "
"gak perduli Aku sama omongan kamu, oh iya. Aku udah pilih beberapa desain pernikahan kita loh."
Langit memejamkan matanya sejenak, rahangnya mengeras. Langit tidak mencintai Natala, sampai kapanpun. Bagi Langit, kebiasaan Natala sudah tidak bisa di wajari. Langit tidak suka cewek yang rusak seperti Natala, maka tidak ada ruang sekecil apapun bagi Natala di hatinya. Jangan harap!.
"Gue belum lulus!, lo apaan sih?!. "
"sebentar lagi, cuma tinggal beberapa bulan. Nanti aku kirim contoh desainnya. Aku tutup ya, Aku mau ke salon. Dah!. "
Tut!
Detik itu juga Langit melempar ponselnya kesembarang arah!.
— New chapter is coming soon — Write a review