Download App
Sin Vs Sinners Sin Vs Sinners original

Sin Vs Sinners

Author: kinantiauliadwi

© WebNovel

Aletha Anindia Purnama

"Bahagiaku sederhana. Cukup dengan kalian vote dan comment cerita ini sebanyak-banyaknya. Makasih."

***

Happy Reading_ 🍁

°°°

Siapa yang tak mengenal Aletha?

Sebagian semua cowok apa yang Aletha lakukan merupakan hal yang tidak boleh di lewatkan. Apalagi saat Aletha menebar pesona kecantikan dan keseksianya, yang membuat para cowok begitu asik menonton aksinya.

Dua kancing atas seragamnya sengaja dia buka, rok bermotif kotak-kotak berwarna hitam dan merah yang dia lipat sampai jauh di atas lutut. Bahkan setiap hari dia menggunakan lipstik warna merah dan rambut di cat berwarna pirang, yang jelas-jelas melanggar peraturan sekolah. Walau kadang Aletha sering di tegur dengan guru karena cara berpakaianya tidak mematuhi peraturan sekolah. Aletha hanya sekedar membalas dengan memutar bola matanya.

Di jam istirahat kali ini, Aletha dan kedua sahabatnya duduk pada satu meja dekat dengan penjual bakso.

"Girls, gue mau bilang sesuatu."

Kedua sahabatnya yang semulanya sibuk dengan handpone, secara tiba-tiba langsung mendekat, dan menatap Aletha dengan tatapan penuh penasaran. "Sesuatu apaan bitch?"

Perlahan-lahan raut wajah Aletha yang semulanya datar, perlahan mengembang. "Gue mau putusin Daniel, sekarang."

Alice yang sedang meneguk segelas jus jeruk, langsung menyemburkan jus jeruk tersebut tepat di wajah Aletha.

Aletha menahan emosinya yang kini kian memuncak, kedua matanya menatap Alice dengan tatapan sangar. "OMG! Alice!"

Alice menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, dirinya tak berani menatap Aletha yang kini sedang menatapnya dengan tatapan seram. "Ups, sorry," katanya meringis, lantas mengecilkan volume suaranya.

Aletha mendengus kesal saat melihat rambutnya dan seragamnya yang lepek dan lengket, akibat semburan dari Alice yang berisi jus jeruk. "Ahh, rambut gue yang indah ini, seketika di rusak sama anak dajjal."

Mendengar ucapan Aletha, Aghata langsung tertawa terbahak-bahak, membuat semua orang yang ada di kantin menoleh ke arahnya.

"Maaf Let, gue ga sengaja."

"Ahh, pokoknya lu bersihin rambut sama seragam gue!"

Alice mengeryitkan dahi, perlahan menghembuskan napas panjang dan tangannya mulai meraih sepuluh lembar tissue. Aletha juga ikut membersihkan rambut dan seragamnya yang basah.

Sekitar sepuluh menit, pada akhirnya rambut dan seragam Aletha mulai mengering.

"Yeayy! Udah kering!" girang Aletha, tapi Aletha masih sebal dengan Alice, untuk kesekiaan kalinya dirinya menjadi korban atas semburan Alice.

Entah kenapa Alice kalau sedang minum, lalu mendapatkan kabar baik maupun buruk, dirinya selalu menyemburkan air yang dia minum. Mungkin dia terlalu terngiang-ngiang terhadap lagu yang berjudul 'Mbah dukun' dari Didi kempot.

Setelah terjadi sebuah pertikaian kecil antara Alice dan Aletha, memori Aghata memutar kembali ucapan Aletha beberapa detik sebelum terkena semburan Alice.

"Let,"

"Hmm, kenapa?" tanya Aletha, "sebentar, jangan-jangan lu mau nyembur gue? Ouh tidak!"

Aghata menggelengkan kepalanya, tangan kananya mulai memijat-mijat keningnya yang tiba-tiba terasa pening melihat tingkah laku kedua sahabatnya."Ya enggak lah, emangnya gue Alice yang selalu nyembur orang."

"Terus lu mau nanya apa?"

"Lu beneran mau putusin Daniel?"

Aletha tersenyum, dirinya sempat lupa dengan niatnya membuat heboh satu sekolah untuk kesekian kalinya. "Yaps! By the way, thanks yah, tadi gue sempet lupa."

Aletha memundurkan bangkunya kebelakang, dirinya beranjak berdiri dari duduknya. Melangkahkan kakinya ke meja yang berada di depannya.

"Pergi!"

Salah satu murid SMA Budi mulia yang tengah sibuk menyantap sebuah makanan dari jepang, yaitu takoyaki, seketika pergi saat Aletha datang dan mengusirnya. Aletha lantas naik ke atas meja dengan sudut bibir yang tak berhenti-hentinya tersenyum.

Meja adalah suatu benda yang selalu menemani Aletha, setiap melakukan aksinya untuk menebar pesona dan membiarkan semua para siswa lelaki Smk Budi mulia bertekuk lutut kepadanya.

Semua para siswa lelaki yang semulanya sibuk mengantri memesan makanan, langsung memadati meja yang Aletha taiki. Sorak-sorak dan tepuk tangan mulai meramaikan suasana istirahat untuk kesekian kalinya.

"Aletha, kasih goyang bor."

"Aletha, kasih goyang gergaji."

"Ayok Let! Buruan!"

Aletha mengibaskan rambut indah miliknya selayaknya brand ambassador shampoo yang tengah mempromosikan produk shampoo. "Oke, hari ini gue lagi ga mau tebar pesona atas kecantikan dan keseksian gue."

"Yah,"

Semua lelaki langsung membalas sebuah kata 'Yah', kata yang sering mereka keluarkan saat kecewa tak mendapatkan aksi dari sang biang onar, Aletha.

Aletha terdiam sebentar, menarik napas panjang-panjang kemudian ia hembuskan. Kedua tangannya ia lipat di depan dada, menimbulkan sikap tegas dan sangar. "Gue mau ngomong sama Daniel!"

Orang yang mempunyai nama 'Daniel' perlahan melangkahkan kakinya ke arah meja yang Aletha taiki. Daniel berjalan dengan kedua tangan sengaja dia tenggelamkan ke dalam saku celananya.

Aletha mengeryit, kemudian memutar bola matanya muak melihat gaya Daniel. "Daniel! Bisa buruan ga lo!" ujar Aletha.

Mendapat teriakan dari Aletha, Daniel mempercepat langkahnya untuk sampai ke meja yang di taiki Aletha.

"Mau ngomong soal apa baby?" tanya Daniel dengan raut wajah yang tak pernah berhentinya tersenyum saat di dekat Aletha.

Aletha turun dari atas meja ke bangku, tangannya menyentuh secara lembut pipi kanan Daniel. Daniel terdiam saat Aletha menyentuh pipinya, raut wajah Aletha juga tak berhenti-hentinya tersenyum.

Dan secara tiba-tiba.

Pluakkk

Tangan kanan Aletha berhasil melayang tepat di pipi Daniel. "Kita putus!"

Daniel mendongak, mengeryitkan dahinya, otak dan telinganya masih belum bisa mencerna ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Aletha. "Coba ulangin sekali lagi." pinta Daniel, dengan hati berharap kalau tadi dia hanya salah dengar.

"Mulai. Sekarang. Kita. Putus!" Kata Aletha yang setiap katanya menekan, dan berakhir tajam.

Raut wajah Daniel seketika berubah, dirinya merasa tengah di terpa angin topan. Daniel menggelengkan kepala, menatap Aletha tak percaya.

Aletha melihat raut wajah Daiel yang terlihat begitu terkejut, membuat dirinya puas dan dirinya semangat untuk kembali melanjutkan aksinya.

"Let, kamu bercandakan?" tanya Daniel, yang masih belum bisa menerima kenyataan, bahwa sekarang dia sudah putus dengan Aletha.

Aletha melipatkan kedua tangannya di depan dada, memancarkan senyum licik saat setelah selesai melakukan aksinya, yaitu mencampakkan para lelaki secara begitu saja. "Lo kira gue bercanda? Gue serius, gue ga punya waktu buat nge-prank cowok kayak lo."

"Please let, jangan putus." ujar Daniel yang tidak malu dengan posisinya sekarang, bertekuk lutut kepada Aletha. Daniel memohon agar Aletha menarik ucapannya, ucapan yang membuat hatinya terasa sakit.

Aletha menghembuskan napas berkali-kali, dirinya merasa puas untuk kesekian kalinya melihat para lelaki bertekuk lutut pada dirinya di hadapan banyak orang.

Aletha turun dari atas bangku, kakinya sekarang berada di lantai. Tangannya mengusap bahu Daniel, bibir Aletha mendekat ke telinga Daniel. "Tapi maaf, lo cuman jadi korban dalam permainan gue."

Kata demi kata yang di lontarkan Aletha, seakan membuat hati Daniel terdapat luka yang amat mendalam. Daniel juga di buat bungkam bukan main, hatinya masih belum terima di putuskan oleh Aletha dan di permalukan di depan banyak orang.

"Girls, cabut!"

Aghata dan Alice yang sedang asik-asiknya menyantap cireng isi ayam buatan mbak Martijah, langsung menyantap dua cireng sekaligus. Membuat kedua pipi mereka terlihat bergelembung.

Aletha menoleh kebelakang, menggelengkan kepala melihat kedua temanya yang terlihat seperti seseorang yang belum makan selama seabad. "Aghata, Alice, buang nggak cirengnya. Jangan malui-maluin deh,"

Aghata dan Alice mengeluarkan cireng dari dalam mulutnya, membuang cireng tersebut ke tempat sampah.

"Ya udah yuk! Cabut!"

Belum saja Aletha melangkah, tangannya di cegah oleh Daniel. Aletha melepaskan genggaman Daniel yang terasa amat kuat. "Daniel! Lepasin!"

Daniel menghela napas, dengan berat hati dia melepaskan pergelangan tangan Aletha dari genggamannya.

Aletha segera melangkahkan kakinya keluar dari kantin, disusul oleh Aghata dan Alice yang mengekori dari belakang.

°°°

Jakarta masih terang dan gemerlap meski waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi. Jadi, jangan heran seandainya ada yang menjuluki Jakarta sebagai kota yang tak pernah tidur. Di salah satu kelab malam yang menyumbang gemerlap itu, Aletha dan Alice duduk di salah satu sofa tak jauh dari pintu masuk, hanya di temani sorotan lampu yang menembak penuh warna- warni, menyinarkan seluruh rasa kantuk dari para pengunjung.

Aletha dan Alice menikmati setiap tegukan yang membuat mereka merasa terbang, dan mereka menikmati surga dunia.

"Gimana asik? Ga salahkan gue ajak lo kesini?" teriak Alice di telinganya. Aletha balas teriak. "Lo emang selalu tau kesenangan gue, Lice."

Ajakan dari kedua sahabatnya untuk datang ke kelab malam, langsung di balas anggukan oleh Aletha. Dirinya merasa sudah nyaman ketempat ini, tempat yang biasa mereka datangi saat mempunyai banyak masalah.

"Turun yuk!" ajak Aletha. Alice mengikuti, sedangkan Aghata sudah pergi entah kemana bersama pacarnya. Mereka menari. Mengangkat kedua tanganya, seolah-olah meminta alunan musik di mainkan lebih cepat. Cewek berpakaian dress model sabrina, berwarna hitam tak sungkan berdansa dengan siapapun.

"Capek, Let. Gue minum dulu." Ujar Alice lalu kembali ke meja mereka. Aletha masih menggerakkan tubuhnya, meliuk-meliukkan tubuhnya mengikuti alunan lagu yang semakin lama semakin energik.

"Sendirian?" ucap seorang cowok yang begitu dekat di telinganya. Aletha mendongak menatap ke arah cowok tersebut.

Aletha mengerjapkan matanya, berusaha membuyarkan pandanganya yang kabur akibat pengaruh dari sebotol wiski yang tadi dirinya minum.

"Lo?" ucap Aletha lirik, dirinya berusaha mengenal cowok yang berada di hadapanya.

Daniel!

Aletha berhasil mengenal cowok itu melalui bau parfum, dan sentuhan yang dia buat. "Daniel?"

"Iya sayang, ini gue." ucap Daniel memeluk Aletha erat, seolah dirinya tak ingin kehilangan Aletha.

Aletha terasa sesak saat Daniel memeluknya secara erat, di tambah ruangan yang pengap dan banyaknya asap rokok. Aletha berusaha melepaskan pelukan Daniel, dirinya bahkan sampai mencakar dan mencubit tangan Daniel supaya melepaskan pelukanya.

"Lepasin anjing!" teriak Aletha di tengah kerumunan banyak orang, semua orang tak peduli dengan teriakan Aletha. Mereka semua hanya menikmati surga dunia, dan terus tertawa, menertawakan suatu hal yang lucu maupun tidak.

Daniel bergelayut dalam pelukan Aletha, bibirnya tak pernah berhenti tersenyum. Tanganya menyentuh dagu Aletha manja, "gue gak bakal lepasin, sampai lu tersentuh, dan jadi milik gue selamanya."

Aletha menepis tangan Daniel dari dagunya, dirinya sudah tidak kuat lagi dalam pelukan erat Daniel.

"TOLONG!"

Bruak...

Dirinya terjatuh akibat dorongan entah darimana, Daniel pun terjatuh. Aletha mendongak dan menatap cowok menggunakan jaket jeans warna hitam. Cowok itu mendekat ke arahnya. Aletha hanya pasrah, mungkin malam ini dirinya menjadi bahan pelampiasan hasrat para lelaki.

Cowok tersebut melingkarkan kedua tanganya ke pinggang Aletha, menggendong Aletha ala bridal style.

"Woi! Aletha!"

Aletha berusaha mencerna teriakan dari seseorang yang barusan memanggilnya. "Berhenti, sebentar."

Cowok tersebut memberhentikan langkahnya, ketika cewek yang berada di gendonganya menyuruhnya untuk berhenti.

Aghata membantu membopong Alice yang tengah mabok parah, akibat lima botol yang Alice teguk. Aghata juga meminumnya, namun hanya segelas, dirinya lebih asik untuk menari bersama pacarnya di tengah kerumunan banyak orang.

Aghata menghampiri Aletha dengan napas terengah-engah, dadanya naik turun berusaha mencari oksigen agar dirinya dapat bernapas. "Lo kenapa?" tanya Aghata. Aghata mendongak, dan lantas pandanganya teralih pada sosok cowok yang kini menggendong Aletha. "Lo siapanya Aletha?"

"Oii, buruan kita pulang, kepala gue rasanya mau pecah." ucap Alice dengan nada sedikit bergoyang, dan dengan tawanya yang terus mengglegar.

"Aletha, ini siapa?" tanya Aghata sekali lagi, "Lu kenal dia? Dia siapanya lo?"

Cowok itu menjulurkan tangan, "gue Arkan, gue juga sekolah di Smk Budi mulia. Gue nolongin dia, karena dia tadi hampir ajah di lecehin sama Daniel."

Aghata mengangguk, "thanks yah."

"Ya udah, kita langsung bawa mereka berdua ke dalam mobil." ucap Arkan. Dirinya kembali menggendong tubuh Aletha yang ringan, sampai ke parkiran.

Sesampainya di parkiran, satu tangan Arkan tenggelam pada saku celananya, mengambil kunci mobil. "Mereka nginep di rumah lu dulu, gimana?"

Aghata mengangguk, "ya udah."

Arkan membuka pintu sebelah pengemudi, sedangkan Aghata dan Alice duduk di belakang. Arkan meletakkan Aletha, memasangkan sabuk pengaman. Arkan menutup pintu mobil, dan berjalan masuk melalui pintu pengemudi. Arkan segera melajukan kendaraanya pergi meninggalkan kelab malam.

Di perjalanan sesekali matanya melitik gadis yang berada di sampingnya tengah terlelap tertidur.

Ar, lu ga boleh yang namanya tertarik sama biang onar.

Arkan menatap kebelakang melalui kaca yang berada di depanya, menemui Aghata tengah melamun menatapi jalanan yang kian merenggang. "Lu tinggal dimana?"

Aghata mengalihkan pandanganya, menatap cowok yang berada di depanya. "Gue tinggal di apartemen Robinson, tapi gue nanti boleh minta tolong gak?"

Arkan mengangkat alis kananya yang tebal keatas. "Minta tolong apa?"

"Nanti lu tolong bantuin bawa mereka berdua, sampai ke kamar gue."

Arkan menghembuskan napas panjang, menganggukkan kepalanya pelan. "Hmm, oke."

Setengah jam Arkan tempuh untuk sampai di apartemen Robinson. Sesampainya di apartemen Robinson. Arkan membopong Aletha, sedangkan Aghata membopong Alice. Mereka masuk ke dalam apartemen yang nampak sepi, berjalan ke depan lift. Menekan tombol lift, dan menunggu sampai pintu lift terbuka. Saat pintu lift terbuka, mereka masuk dan Aghata langsung kembali menekan tombol '12'.

Ting!

Lift dengan kecepatan kilat, membawa mereka sampai ke lantai dua belas. Arkan mengikuti langkah Aghata, dan berhenti di pintu nomor '421'. Aghata menekan kode kamar apartemenya, saat pintu terbuka, dengan cepat mereka masuk ke dalam kamar Aghata.

Arkan meletakkan Aletha di atas kasur, begitupula Aghata yang meletakkan Alice ke atas kasur.

"Gue balik dulu," ucap Arkan. Aghata membalas dengan anggukan, perlahan sudut bibirnya mulai menarik membentuk lengkungan senyum.

Arkan melangkahkan kakinya, namun secara tiba-tiba langkahnya terhenti saat ada yang menahan langkahnya. Arkan membalikkan badanya, menemui Aletha yang sedang menggenggam pergelangan tanganya erat.

Aletha terbangun dengan kondisi yang masih mabok, sesekali dia tertawa menertawakan suatu hal yang tak lucu. "Jangan pergi, temenin gue disini." ucap Aletha. Aletha memeluk erat tubuh tegap Arkan, Arkan yang di peluk tidak bisa bergerak.

Aghata melihat raut wajah Arkan yang merasa tak nyaman, langsung menghampiri Aletha. "Let, ada gue disini."

Aletha mengangguk, kemudian tertawa terbahak-bahak. "Ouh ada lu, ya udah gue mau tidur lagi."

Aletha membaringkan badanya ke atas kasur, kasur Aghata di kuasai mereka berdua. Sampai akhirnya Aghata mengalah, untuk tidur di sofa.

"Makasih banyak, lu udah nolongin gue." ucap Aghata. Arkan mengangguk, dan tersenyum tipis.

"Sama-sama, tapi kalau dia nanya yang bawa dia siapa. Jangan bilang gue, oke?"

Aghata mengangguk, menarik napasnya dan kemudian dia hembuskan. "Oke,"

"Ya udah, gue pergi dulu."

Aghata tersenyum, melihat punggung Arkan berjalan semakin jauh hingga akhirnya menghilang di balik pintu.

°°°

Hai, gimana? Seru ga? Kalau seru like and comentnya yah, biar aku semangat nulisnya, biar aku cepet-cepet update lagi. Kalian ga mau kan kalau aku nulis segitu-gitu ajjah? Ya udah makanya like, gampang kok kalian tinggal klik simbol bintang. Gampangkan? Kalau ada tulisan aku yang typo atau ga jelas, kalian coment ajah kok. Semakin banyak yang kasih saran, itu semakin bagus biar tulisanya jadi rapi.

07, Juli 2020

Aulia dwi kinanti

Salam hangat dari penulis amatir


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C1
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login