tak tak tak
suara stilleto baru yang dikenakan Mayang melangkah pasti masuk ke dalam sebuah gedung perkantoran ternama di kota J.
Wajah ayu, kulit putih mulus, tubuh yang proporsional dengan tinggi badan diatas standar wanita asia, dan jangan lupakan bibir yang sedikit tebal dengan warna merah yang menggoda, hemm dapat dipastikan semua mata akan tertuju padanya.
Suasana perkantoran itu cukup ramai karena baru mulai masuk jam kerja, mayang melangkah menuju resepsionis untuk menanyakan dimana ruangannya tempat ia akan bekerja.
"Permisi mba, saya mayang sekertaris baru."
"Oh, Mayang Larasati?" Mayang mengangguk.
"Mba naik ke lantai 10, disana hanya ada ruangan para direktur, dan ruangan CEO, Ruangan anda berada di dalam ruangan CEO, silahkan anda kesana, karena pak firman sudah menunggu anda."
"Firman itu siapa ya mba?"
"Dia Pak CEO, namanya Pak Firman, yang gagahnya ngalahin gatot kaca." Kata Resepsionis dengan nada centil, Sedangkan mayang hanya mengendikkan bahu tak peduli, setelah mengucapkan terimakasih pada sang resepsionis yang centilnya nauzubilah.
Sepanjang dia melangkahkan kaki banyak pegawai pria yang menatapnya dengan tatapan lapar.
'Kayak ga pernah lihat perempuan aja.' gumamnya. Mayang terus berjalan menuju lift, ketika sampai di dalam liftpun pemandangan tak jauh berbeda, ada dua laki-laki yang masuk dengannya ke dalam lift dan satu wanita, lagi-lagi kedua pria itu menatapnya tanpa berkedip. dan wanita yang berdiri disebelah nya pun menjadi risih dan sekaligus iri, bagaimana tidak, sebelum mayang masuk dikantor itu bisa dikatakan dia karyawan paling cantik di sana, Wanita itu bernama Sarah.
"Hai, kamu karyawan baru ya?" Sarah bertanya dengan nada cukup ramah pada Mayang.
"Iya, saya karyawan baru."
"Bagian apa?"
"Sekertaris, kamu?"
"Aku direktur keuangan disini. Namaku sarah." Sarah mengulurkan tangannya pada Mayang.
"Mayang."
"Senang berkenalan sama kamu, kita bakalan sering ketemu karena kita satu lantai."
"Oh ya, Aku juga senang berkenalan denganmu, jarang-jarang lho seorang direktur mau menyapa bawahan."
"Ah, kita kan sama-sama kerja disini."
Ting
"Kita sudah sampai, yuk keluar, aku tunjukin ruangan CEO."
Mayang mengangguk.
"Pak CEO itu orangnya baik kog, kamu ga usah tegang, cuma sedikit rewel."
Lagi-lagi Mayang mengangguk dan tersenyum ramah, bagaimanapun wanita yang sedang bersamanya ini adalah salah satu direktur dikantornya, berarti termasuk jajaran para atasannya.
"Ini ruangannya, kamu masuk aja, kayaknya Pak CEO udah datang deh."
"Trimakasih mba Mayang."
"Sama-sama, itu ruangan aku paling pojok, kalau ada perlu kamu tinggal datang aja ke ruanganku." Kata Sarah sambil menunjukkan ruangannya, kemudian dia pergi meninggalkan Mayang di depan ruangan sang CEO.
Setelah kepergian Sarah, Jantung Mayang berdebar hebat, bagaimanapun ini kali pertama dia bekerja sebagai sekertaris CEO, sebelumnya dia hanya sekertaris direktur utama di anak cabang perusahaan itu, dia ditarik ke kantor pusat di kota J karena sekertaris terdahulu resign karena akan melahirkan.
Mayang mengetuk pintu perlahan, setelah beberapa kali mengetuk, terdengar suara bariton yang menyuruhnya masuk. Engsel pintu ia dorong perlahan, kemudian tanpa suara dia masuk kedalam ruangan CEO, terlihat seorang laki-laki berkaca mata dan berjambang tipis sedang sibuk dibelakang meja kerjanya.
"Silahkan duduk." Kata Sang CEO bernama Firman tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas di hadapannya.
Mayang menarik kursi didepan meja kerja Firman perlahan, dan ketika Firman mendongakkan wajahnya, seketika runtuh senyum manis yang sedari tadi dia siapkan untuk sang CEO yang katanya tampan tak ketulungan.
DEG DEG DEG
Wajah itu..
Wajah yang sangat dia kenal, walau kini rahangnya telah ditumbuhi jambang tipis yang membuatnya semakin terlihat dewasa dan karismatik, tak kan pernah melunturkan rasa kecewa dan terluka di dalam hati Mayang.
Flashback On
Hari ini adalah hari terakhir Mayang bersekolah ditempat itu, karena besok dia harus ikut orang tuanyapindah ke kota lain. Ayah Mayang yang berprofesi sebagai seorang Tentara, mengharuskan dia dan keluarganya hidup berpindah sesuai tempat tugas ayahnya.
Sudah hampir dua tahun dia memendam perasaan sukanya pada Firman, cowok famous dengan sejuta pesona yang ia miliki. Mayang sadar dia tak mungkin dapat mendapatkan Firman, gadis gendut, berpenampilan cupu dengan kaca mata tebal yang menghiasi mata indahnya, bagai remahan renginang yang nyempil disudut toples roti.
Namun begitu Mayang ingin mengutarakan perasaannya, walau entah apa respon yang akan dia dapatkan dari firman, cukup firman tahu dengan apa yang dia rasakan selama ini, itu sudah cukup bagi dia, karena setelah hari ini dia takkan melihat wajah tampan Firman lagi.
Ketika bel istirahat berbunyi, Mayang melihat firman sedang duduk sambil membaca komik kesukaannya sendirian dibarisan bangku paling belakang, mumpung situasi sepi mayang ingin menggunakan kesempatan itu untuk menyatakan perasaannya.
Dia memberanikan diri mendekati Firman, dan dengan gugup berusaha untuk menyapa firman, agar firman tau jika ada orang lain dikelas itu selain dirinya.
"Firman, gw mau ngomong sesuatu sama lo."
"Ngomong aja." Jawab firman cuek sambil tetap membaca buku komik ditangannya. Tanpa mayang tahu, bahwa Jantung dalam tubuh Firman bertalu sangat kencang, seperti hendak melompat dari tempatnya.
"Gw.. gw.. gw suka sama lo."
"Woy, temen-temen si cupu ternyata naksir Fbabang Firman, jangan ngarep lo, cupu kayak lo ga pantes jadi pacarnya si Firman." Tanpa disangka ternyata Rangga sudah berdiri di depan kelas Triakan rangga membuat semua murid yang ada di luar kelas berhamburan masuk ke dalam kelas dan menatap kearah Mayang, dengan tatapan mengejek.
Mayang hanya bisa menunduk malu, tanpa berani mengangkat wajahnya.
"Fir, jawab dong.." triak salah satu teman firman yang lain.
"Gw ga suka lo jadi pacar gw.." Firman ingin melanjutkan ucapannya, tapi Mayang tiba-tiba saja pergi mengambil tasnya dan berlari keluar dari kelas.
'Tapi gw suka lo jadi ibu anak-anak gw kelak' lanjut Firman dalam hati, karena Mayang sudah pergi meninggalkan kelas mereka yang diiringi dengan triakan dari teman-temannya.
Hati Firman sakit, tapi dia tak mampu berbuat apapun karena teman-temannya sudah mengerubunginya. Firman ingin melanjutkan ucapannya pada Mayang, namun hingga bel pulang, sosok Mayang tak pernah muncul didalam kelas.
Flash back off
"Nona Mayang, Hai Nona.. anda kesini untuk bekerja bukan untuk melamun."
Mayang gelagapan, berusaha menetralkan detak jantungnya seakan sedang ada lomba joget disana.
"Maaf Pak, Maafkan saya."
"Meja kerjamu ada dibalik dinding kaca disebelah sana." Kata Firman sambil menunjukkan sebuah meja yang tertutup dinding kaca buram di sebelah kanan meja kerja Firman.
"Saya tidak suka kamu datang terlambat, dan saya tidak suka dengan kesalahan, kamu mengerti?"
"Saya mengerti pak."
"Ya sudah, sekarang kamu boleh mulai bekerja. sudah ada beberapa berkas disana, dan segera cek email yang masuk hari ini, untuk jadwal hari ini sudah ada di buku agenda, diatas meja."
"Baik Pak, permisi."
"Ya."
Mayang duduk dibelakang meja kerja nya, dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, tangan kanannya memegang dadanya, kemudian dia menarik napas panjang, danj menghembuskannya perlahan.
'Untung dia ga ngenalin gw, cowok brengsek, sialan, sok famous, lihat aja sampai lo jatuh cinta sama gw, gw bakal bikin lo merasakan apa yang gw rasakan.' gumamnya dalam hati dan sudut matanya melirik sinis ke arah Firman yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.
Entah sudah berapa kali Mayang bolak-balik ke pantry untuk membuatkan kopi sang bos sesuai seleranya.
'Awas aja kalau kali ini masih bilang ga enak, gw lempar nih kopi ke mukanya.' Mayang bergumam sendiri di ruangan pantry yang khusus disediakan untuk petinggi perusahaan, sebenarnya letak pantry khusus itu tidaklah jauh dari ruangannya, tapi entah sudah yang keberapa kali dia bikin kopi untuk sang bos dan berujung kegagalan, yang tidak enaklah, kurang kopinya lah, kebanyakan gulalah dan masih banyak alasan yang lainnya, sungguh membuat betis dan hatinya berdenyut-denyut merasakan pegal luar biasa.
Mayang kembali melangkah ke ruangannya dengan membawa nampan kecil berisi secangkir kopi.
"Ini kopinya, Pak."
Tak ada balasan dari bibir sang bos, membuat Mayang memutar bola matanya malas. Mayang akan kembali ke mejanya, namun suara bariton yang menurutnya sangat menjijikkan itu menyuruhnya untuk berdiri terdiam ditempat.
"Siapa yang suruh kamu pergi, duduk." Ucap sang bos seperti titah raja yang tak kan terbantahkan, dan Mayang hanya menurut dengan suruhan sang bos. dia mundur satu langkah dan menarik kursi disebrang bosnya, kemudian duduk manis dengan gaya anggun wanita berkelas.
Setelah menyeruput sedikit kopi buatan Mayang, Firman mengangguk perlahan.
"Lumayan, dari pada yang tadi."
'Ya Allah, gw bikin kopi ampe jari gw hampir keseleo karena harus bolak balik ngudek kopi, dia bilang hanya lumayan? Astaghfirullah, dasar bos rese..' Mayang merutuki bos dihadapannya, yang tentunya hanya bisa dia lakukan di dalam hati saja, bahkan ingin sekali dia melempari sang bos dengan stilleto yang dia kenakan, namun mengingat harganya yang cukup mahal jadi dia urungkan niatnya tersebut, tapi sepertinya tak mungkin dia melakukan itu pada bosnya kecuali kalau dia sudah tidak ingin bekerja ditempat itu lagi. Huh..begitulah nasib bawahan.
"Ini tolong kamu cek, ada yang tidak beres dengan dokumen itu." Ucap Firman sambil menyodorkan dokumen pada Mayang.
"Baik Pak, saya akan memeriksanya, saya permisi dulu pak." Baru saja dia akan bangkit dari duduknya namun sudah dihentikan lagi oleh bos sialannya ini.
"Besok saya ada miting di luar kota, tolong kamu siapkan keperluan saya selama disana, nanti sepulang dari kantor, kamu ikut ke apartemen saya."
"Apa itu juga merupakan tugas sekertaris?" Ucapan Jelita sontak membuat mata Firman menatap tajam ke arahnya.
"Kamu berani membantah?"
"Maafkan saya pak, masih ada lagi pak? kalau tidak ada saya akan kembali ke meja saya."
"Ya udah sana, kamu kembali ke meja kamu."
Mayang duduk kembali dibelakang meja kerjanya, meletakkan dokumen yang tadi dikasihkan oleh bosnya. Lalu Mayang membuka dokumen itu dia membacanya perlahan karena tidak ingin ada kesalahan dari pekerjaanya, walaupun dia membenci bos sialannya itu, tapi dia tetap profesional dalam melakukan pekerjaannya. Sekilas tidak ada yang salah dengan dokumen itu, namun ketika dia membaca dengan lebih teliti, ada kesalahan dalam penulisan angka-angka tersebut.
'Ternyata dia tidak berubah, tetap jeli dalam melihat sesuatu.' bisik hati Mayang.
Jam makan siangpun tiba, Sarah mengetuk pintu ruangan Firman perlahan, kemudian masuk dan bergelayut manja dipundak Firman.
"Makan Yuk, bang.."
"Kamu makan sendiri aja, abang masih banyak pekerjaan."
"Ya sudah aku ajak sekertaris abang aja kalau gitu."
"Jangan ganggu dia, dia akan makan bersamaku disini, biasanya kamu makan bareng temen-temen kamu, kenapa hari ini kau mengajak abang mu ini, hm?"
"Aku kangen pingin makan bareng sama Abang, kan dah lama abang ga pulang ke rumah, jadi kita ga pernah makan bareng."
"Abang ga akan pulang sebelum mami mencabut acara perjodohannya itu."
"Ih, lagian apa salahnya sih bang, belum tentu cewek yang dijodohkan sama abang itu jelek kan?"
"Aku tahu, tapi aku sudah punya yang lain?"
"Abang masih mengharapkan perempuan itu, abang aja ga tau dia dimana? gimana abang masih bisa berharap sama perempuan itu coba."
Firman menghembuskan nafas panjang, meletakkan pulpen dan melepas kaca matanya, pandangannya beralih menatap pada gadis mungil yang masih bergelayut manja disampingnya.
"Abang akan berhenti mencari dia jika memang dia sudah bahagia dengan orang lain, dan abang ingin lihat dengan mata abang sendiri."
"Terserah abanglah."
Mayang yang sedari tadi memperhatikan dua interaksi kedua manusia dewasa tersebut tiba=tiba kembali merasakan nyeri di hatinya, belum hilang keterkejutannya mengetahui jika sarah adalah adik Firman bos nya, kini dia mengetahui kenyataan bahwa selama ini Firman menyukai seorang perempuan, pantas saja dulu dia menolaknya, pikiran Mayang berkelana dengan ke kepoan yang tiada tara, sungguh dia penasaran siapa perempuan yang dimaksud Firman, apakah teman mereka waktu SMU atau teman dia kuliah diluar negeri? Huh. Katanya benci tapi kenapa peduli, kepo pula... dasar kau Mayang..
Mayang melangkah menuju meja Firman untuk memberikan dokumen kerja sama dari perusahaan lain yang sudah masuk di emailnya.
"Ini dokumen kerjasama dari PT. Adhiyaksa, Pak."
"Trimakasih kamu letakkan disitu saja, nanti saya baca."
Mayang mengangguk.
"Mayang, kamu harus sabar kerja sama orang macam abangku ini, maklum jomblo akut, kurang kasih sayang dari calon bidadari surga yang masih melayang-layang entah dimana...Aduh...Sakit."
Firman mencubit pingang adiknya, siapa suruh dia mengatakan hal semacam itu pada sekertaris barunya.
"Makanya tuh mulut jangan iseng, nanti abang potong gaji kamu."
"Ih abang sukanya ngancem."
"Bos itu bebas mau ngapain aja, dah sana kamu pergi katanya mau makan, atau mau makan disini bareng sama abang biar abang pesankan lagi?"
"Ga ah, makan diluar aja, sekalian ngilangin suntuk."
"Aku duluan ya Mayang, dah abang...Muach."
Sarah pergi meninggalkan ruangan kakaknya setelah mencium pipi kakak tersayangnya, Mayang hanya tersenyum menanggapi ucapan Sarah.
"Kamu makan siang disini bareng sama saya, saya sudah pesan makanan, sebentar lagi paling juga datang."
Dan benar kata Firman tak berapa lama pintu ruangannya kembali di ketuk kini seorang office boy masuk dengan membawa beberapa bungkus kantong makanan ditangannya.
"Ini makan siangnya, pak."
"Ya kamu letakkan dimeja situ aja, Trimakasih."
"Sama-sama pak saya permisi."
"Hm."
Setelah Office boy itu pergi Firman membereskan dokumen di mejanya, meletakkan kaca mata diatas tumpukan berkas, dan bangkit dari tempat duduknya menuju sebuah wastafel di balik ruang kerjanya.
"Mayang."
"Iya, Pak."
"Sini, kita makan dulu."
Mayang mendekat ke arah Firman yang telah duduk di sofa single yang menghadap ke pintu, sedangkan Mayang memilih duduk di sofa panjang yang terletak disebelah kanan Firman.
Mayang membuka isi kotak makan dari restoran terkenal di kota ini. Dia terdiam dan hanya menatap makanan di hadapannya.
"Kenapa diam? kamu ga suka makannya?"
"Bukan itu pak?"
"Terus?"
"Saya alergi udang Pak."
Mendengar kalimat yang terlontar dari bibir seksi Mayang, Firman terdiam. Hal itu mengingatkan dia pada seseorang yang dia cari selama ini.
"Ya sudah kita tukeran, kamu makan ini aja, biar aku yang makan itu?"
"Maafkan saya pak."
"Tidak apa, makanlah habis ini masih banyak pekerjaan yang harus kamu selesaikan."
"Baik, Pak."
Mayang makan dengan perlahan, dalam hatinya sedikit bersyukur karena bosnya ini tidak semenjengkelkan tadi pagi.
Setelah selesai makan siang, Firman langsung masuk kesebuah pintu dekat dengan meja kerjanya, Mayang baru menyadari jika disana masih ada ruangan lain selain ruangan miliknya. Mayang membereskan sisa makan siang mereka, merapikan meja dan membersihkan nya. kemudian membuang sampah bekas makanan ditempat sampah di depan ruangan bosnya.
Mayang pergi ke toilet yang berada di samping pantry khusus petinggi perusahaan, mencuci tangannya, dan langsung berwudhu untuk melakukan sholat dzuhur, karena dia tidak tahu dimana letak mushola maka dia putuskan untuk sholat diruang kerjanya saja.
Ketika Mayang kembali keruangan terlihat Firman sudah duduk dimejanya dengan tampilan yang lebih segar.
"Saya permisi sholat dulu Pak."
"Masuk saja di ruangan itu, kamu bisa sholat disana." Firman menunjuk sebuah pintu yang tadi dia masuki.
"Baik, Pak."
Mayang mengambil mukena dari dalam tasnya, kemudian msuk ke dalam ruangan yang tadi di tunjukkan oleh Firman.
Mayang menatap kesegala penjuru ruangan itu, ruangan yang cukuo luas terdapat satu tempat tidur yang walau tidak besar tapi terlihat sangat nyaman, ada lemari baju kaca yang berisi deretan baju kemeja dan jas. Mayang yakin itu adalah milik Firman, namun dia juga tak yakin untuk apa baju sebanyak itu berada dilemari digedung kantornya, melihat kesisi lain kamar itu ada sajadah panjang yang tergelar di atas karpet tebal bersama tasbih dan meja kecil yang diatasnya terdapat al-quran mini, serta beberapa buku tentang agama.
Mayang tidak menyangka ternyata Firman seseorang yang religius, walau terlihat sombong dan angkuh dan sering memerintah dengan semaunya. Mayang segera menujun ke ssajadah panjang itu, kemudian memakai mukenanya bersiap untuk melaksanakan sholat.
Diluar ruangan yang ditempati Mayang, tampak Firman berdiri di dekat jendela, memandang gedung-gedung tinggi pencakar langit di sekitar gedung perkantorannya.
'Kamu dimana? sudah bertahun-tahun aku mencarimu, tapi kau bagai hilang ditelan bumi. Jika tahu waktu itu adalah terakhir kita bertemu, aku pasti sudah mengatakan apa yang kurasakan padamu, maafkan aku May.'
Mayang yang sudah selesai melakukan sholat terpaku melihat sosok yang dulu sangat dia kagumi, sedang melamun dengan raut wajah sedih.
"Permisi, Pak."
"Hm."
Jam istirahat telah usai kini mereka disibukkan dengan tumpukan dokumen yang membuat orang pusing melihatnya, begitu pula dengan Mayang, Dia tak pernah menyangka bekerja sebagai sekertaris bos besar sangatlah berat, selain harus menyusun jadwal kegiatan bos nya, sampai mensortir email-email yang masuk mana yang harus segera di respon mana yang tidak, mana yang urgen dan mana yang berisi laporan biasa, belum lagi dia juga harus memeriksa proposal dari perusahaan lain yang mengajukan kerja sama dengan perusahaan milik bos nya ini.
Benar-benar melelahkan, namun sebanding dengan gaji yang dia dapat, dia memang digaji dengan cukup besar, itulah sebabnya dia tidak menolak ketika dipindahkan ke kantor pusat, dan justru membawanya bertemu dengan seseorang yang paling dia benci.. paling di benci atau paling disayangi ya.. maklum saja antar sayang dan benci hanya berjarak sangat tipis, maka hati-hatilah jika mengatakan benci pada seseorang, karena jangan-jangan itu sebaliknya.
1555 kata untuk para pecinta babang Firman dan Nona Mayang.. happy reading guys..
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT