Qiana tak langsung bangun mengetahui jika suaminya sudah ada di depannya. Dia justru menarik tangan Davie dan memeluknya. Davie hanya mengikuti saja dan kemudian berjongkok lebih dekat. Jika ada yang melihat, posisi mereka intim sekali. Tapi mereka tak melakukan apapun.
"Pindah yuk!" akhirnya Davie berbicara. Mata Qiana terlihat masih mengantuk karena itu terlihat betapa perempuan itu memaksa matanya agar tetap terbuka.
"Ngantuk aku."
"Biar Aku gendong." Qiana sadar dia tak boleh melakukan itu. Kamar mereka ada di lantai dua, dan tak mungkin membiarkan Davie menggendongnya sampai sana.
Kemudian Qiana bangun dan kepalanya langsung menyender pada lengan kiri Davie. "Kenapa lama?" gumamnya. Lelah sepertinya menggerogoti tubuh Qiana. Bahkan untuk berbicara saja terlihat malas. "Udah makan kan?"