Pelayan datang dengan cepat sambil membawa anggur merah. Setelah menuangkan sedikit anggur di masing-masing gelas mereka bertiga, pelayan itu kemudian mundur ke samping dan berdiri menunggu.
Qiao Qing meminum sedikit anggurnya lalu berkata dengan nada serius, "Memang benar-benar harga spesial, anggurnya sedikitpun tidak manis."
"Uhuk uhuk…" Lei Lie yang telah meneguk semua anggur di gelasnya tak hentinya terbatuk.
"Maaf ya, Lei Lie, aku tidak bermaksud apa-apa." Qiao Qing bergegas menjelaskan.
"Aku hanya geli mendengar perkataanmu yang terakhir tadi, mana ada orang yang memakai tingkat kemanisan anggur untuk menentukan kualitasnya, hahaha…" Lei Lie tertawa terbahak-bahak. Wajah Qiao Qing memerah karena malu.
"Jangan menertawakan dia lagi." Lan Qianyu menegurnya.
"Iya, aku hanyalah anak dari keluarga miskin yang cuma pernah minum anggur merk Greatwall yang harganya hanya seratus sampai dua ratus yuan sebotol, mana pernah minum anggur merah yang harganya di atas ribuan yuan."
"Anak dari keluarga miskin tapi rela mengeluarkan uang begitu banyak untuk mentraktir temannya makan, kamu benar-benar hebat." Lei Lie menggodanya.
"Tentu saja, Qianyu adalah teman terbaikku, asal dia gembira, aku bahkan rela menjadi miskin." Qiao Qing menepuk dadanya dengan bangga.
Lan Qianyu merasa sangat terharu, "Gadis bodoh, hari ini kamu hampir saja benar-benar menjadi miskin. Kalau biaya hidupmu untuk sebulan benar-benar habis di sini, bulan depan bagaimana kamu bisa makan?"
"Aku ikut makan denganmu, toh kamu juga tidak mungkin tidak memedulikanku." Qiao Qing tertawa, "Aku pintar kan, di depan sepertinya aku yang mentraktirmu, tapi sebenarnya aku yang ingin menumpang makan padamu."
"Kita berdua saling bergantung, kalau aku ada makanan pasti tidak akan membiarkanmu kelaparan." Lan Qianyu tertawa dengannya.
Lei Lie menghela nafas terharu, "Persahabatan kalian benar-benar membuat orang menjadi iri."
"Jangan iri, bukankah kamu juga sahabat kami?" Lan Qianyu mengedipkan matanya kepada Lei Lie.
"Kau membuatku terharu." Lei Lie memegangi wajahnya dan berpura-pura kagum.
"Haha…" Qiao Qing tertawa keras.
"Ayo kita bersulang untuk persahabatan kita."
Lan Qianyu mengangkat gelasnya. Mereka bertiga pun bersulang, melupakan semua ketidakbahagiaan mereka.
Kemudian pelayan datang dan menghidangkan steak, mereka pun berbincang-bincang sambil menikmati makanan.
Beberapa saat kemudian, Qiao Qing pergi ke kamar kecil. Saat itu pelayan datang membawa beberapa makanan kecil, salah satunya adalah Escargot, yaitu masakan Perancis yang terbuat dari bekicot. Begitu mencium aromanya, ekspresi wajah Lan Qianyu langsung berubah, tangannya menutupi mulutnya seakan mau muntah. Lei Lie bertanya dengan khawatir, "Qianyu, ada apa denganmu?"
"Kamar kecil…" Ekspresi Wajah Lan Qianyu terlihat jijik.
"Di kamar kecil masih ada orang. Aku antar kamu ke lantai atas." Lei Lie bergegas membantu Lan Qianyu pergi ke kamar kecil di lantai atas. Lan Qianyu menyerbu masuk dan menutup pintu, setelah itu dia pun muntah-muntah.
Lei Lie berdiri menunggu di luar dengan cemas. Manajer restoran bergegas datang dan berkata pelan, "Maaf, Tuan Muda, saya tidak mengira akan terjadi hal seperti ini."
"Bagaimana bisa begini? Ada masalah apa dengan makanan tadi? Mengapa begitu mencium baunya temanku langsung mau muntah?" Lei Lie mengomel dengan suara rendah.
"Tuan Muda, mana mungkin kami berani sembarangan dengan teman Anda, bahan makanan tersebut semuanya baru datang pagi ini, semuanya masih segar. Mungkinkah teman Anda alergi terhadap bekicot?" Manajer itu bertanya dengan hati-hati.
"Sembarangan!" Lei Lie masih ingin mengomel, tetapi tiba-tiba ponselnya berbunyi. Begitu melihat nama peneleponnya, keningnya langsung berkerut. Dia lalu memelototi Manajer dengan pandangan dingin, "Apa kamu mengatakan kepada papaku kalau aku berada di sini?"
"Ini…" Manajer itu menundukkan kepalanya dengan takut-takut dan berkata lemah, "Tuan Lei mencari Anda kemana-mana…"
"Benar-benar merepotkan." Lei Lie memelototinya lagi dengan kesal lalu bergegas berjalan ke pinggir dan menjawab teleponnya…
**
Lan Qianyu muntah cukup banyak, wajahnya menjadi pucat seperti kertas. Perutnya terasa sangat mual dan seluruh tubuhnya terasa tidak bertenaga. Dia menekan tombol toilet kemudian hendak berdiri, namun kakinya lemah sehingga dia pun terjatuh lagi. Saat itu, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan tubuhnya dari belakang…