" Assalamu'alaikum, Ya Habibul Qolbi!" suara lembut Fatma menyapa suaminya tepat di lubang telinga sambil duduk di depan perut suaminya yang masih tertidur miring dan terlihat pulas. Tapi yang disapa masih bergeming di tempatnya dan masih dalam posisi yang sama tidak bergerak sedikitpun.
" Sudah Subuh, Habib!" kata Fatma lagi kali ini sambil mengusap lembut rambut dan rahang Brian yang sedikit berjambang.
Brian yang merasakan usapan lembut tangan halus Fatma, perlahan mengerjap-kerjapkan matanya. Ditatapnya wajah cantik istrinya yang terlihat samar-samar yang dihiasi senyum indah di bibir mungilnya.
" Pagi, Qolbi!" jawab Brian dengan suara seraknya, suara khas bangun tidur yang terdengar bagai senandung indah di telinga Fatma.
" Assalamu'alaikum!" ucap Fatma mengulang salamnya saat Brian menguap lebar dan dengan sabarnya Fatma menutup mulut suaminya itu.
" Wa'alaikum....salam, Ya Habibatul Qolbi!" Brian membalas terbata karena mulutnya yang sedang menguap lebar dan ditutup tangan lembut istrinya.
Fatma hanya tersenyum saat melihat sikap suami tampannya itu dan selalu merasa kagum sekaligus bersyukur setiap harinya karena bisa menikahi makhluk ciptaan Allah yang dimatanya terlihat paling sempurna itu. Brian merubah posisi tidurnya dengan terlentang dan masih dengan separuh nyawa yang melekat di tubuhnya setelah rahangnya diusap kembali oleh Fatma dengan bonus kecupan lembut. Cup!
" Ayo bangun, Habib! Sebentar lagi adzan subuh!" kata Fatma lagi.
" Sebentar lagi, sayang!" jawab Brian yang masih mengantuk dan perlahan memejamkan kedua matanya lagi.
" 5 menit!" ucap Fatma pelan lalu beranjak dari duduknya, namun tiba-tiba tangannya ditarik pelan oleh Brian hingga terjatuh di pangkuan suaminya. Ternyata Brian langsung bangun saat Fatma mengatakan 5 menit tadi dan duduk di pinggir ranjang.
" Astaughfirullah, Habib!" teriak Fatma kecil, lalu mengusap perutnya.
" Maaf! Humairah!" puji Brian saat menyadari jika pipi istrinya saat ini merona merah karena malu dipuji suaminya.
" Apa kamu berniat menggoda suamimu ini pagi-pagi?" goda Brian yang melihat rambut Fatma terbungkus handuk.
Terlihat beberapa tetes air membasahi tengkuk putih yang sedikit kecoklatan karena efek mengandung yang dialami Fatma saat ini. Glekk! Brian menelan salivanya melihat leher yang markable itu. ( Markable apa'an thor??? Masak nggak tau, ders...itu tu...yang kayak kissable able gitu...apa'an??? Itu lho...enak untuk ditandai...tapi hanya bagi pasangan yang sudah halal ya...xixixi)
" A...aku tidak menggodamu! Dan...dan kenapa menatapku seperti itu?" tanya Fatma terbata, dia bergidik melihat tatapan tajam suaminya ke arah lehernya.
" Aku..."
" Ingat pesan dokter!" sela Fatma saat Brian ingin mengucapkan sesuatu.
Segera saja Brian menghela nafasnya dan menatap lembut ke arah istrinya untuk beberapa saat.
" Kamu lupa, sayang! Subuh Kiss!" ucap Brian.
Dengan pelan Brian menangkup wajah Fatma lalu mengecup lembut kening istrinya. Fatma yang masih dalam keadaan terkejut langsung tersenyum lalu memejamkan kedua matanya dan dengan perlahan mengecup lembut bibir suaminya yang dibalas lembut oleh Brian. Hanya kecupan biasa tanpa ada nafsu di dalamnya. Tidak lupa Fatma mencubit pelan ujung hidung suaminya setelah adegan itu selesai seperti biasanya. Fatma memang sangat menyukai melakukan itu pada hidung mancung Brian.
" Trima kasih! Maafin Abi, ya, baby! Abis Umi kamu selalu membuat Abi..." kata Brian sambil mengusap perut istrinya.
" Stopppp!" potong Fatma sambil menutup mulut suaminya dengan jari tangannya.
Brian langsung menghentikan perkataannya dan melihat istrinya yang menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Abinya baby! Abi saat ini lagi bicara sama calon bayi lho ini!" kata Fatma.
" Astaughfirullahalladzhim! Maafin Abi, ya, sayang! Hampir saja...Abi khilaf!" kata Brian menepuk jidatnya.
" 2 menit!" kata Fatma yang telah berdiri dengan sedikit kesusahan lalu masuk ke dalam walk in closet.
Brian menguap lalu merentangkan tangannya, kemudian dia bangun dan berdiri sejenak dipinggir ranjang. Beberapa saat kemudian dia tengkurap di lantai lalu melakukan push up sebanyak 100 kali. Setelah selesai, dia mengeringkan keringatnya dengan handuk kecil yang telah Fatma siapkan di meja dekat sofa. Brian meminum air putih yang ada di meja hingga habis lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah tidak berkeringat guna mandi junub. Semalam dia telah mendapatkan keinginannya untuk mengunjungi calon bayinya di perut istrinya. Dilihatnya handuk dan pakaian dalam telah siap di lemari kecil tempat pakaian ganti biasa diletakkan oleh Fatma. Beberapa saat setelah mandi, Brian mengeringkan rambutnya sambil berjalan keluar kamar mandi.
" Apa sudah kering?" tanya Brian sambil melihat Fatma yang sedang duduk di sofa.
Glekkk! Fatma menelan salivanya saat melihat tubuh kekar suaminya yang hanya berbalut handuk dibagian pinggang hingga lutut.
" Habib! Tidak baik berkeliaran tanpa baju seperti itu!" kata Fatma kesal dengan tingkah ke PDan suaminya yang satu ini.
" Apa aku membuatmu tergoda, sayang?" goda Brian terang-terangan sambil mendekati Fatma dengan berkacak pinggang.
" Pakai pakaianmu atau kita akan kesiangan!" kata Fatma yang berdiri dari duduknya lalu meraih sarung dan baju koko suaminya.
" Ini kan di dalam kamar, sayang!" ucap Brian yang lemas saat melihat wajah kesal istrinya.
Niatnya untuk menggoda dan membantu istrinya gagal total akibat mood Fatma yang suka berubah-ubah.
" Bagaimana jika tiba-tiba anak-anak masuk dan melihatmu seperti itu?" tanya Fatma masih kesal.
" Dia akan bangga padaku! Karena tubuhku yang bagus ini!" sahut Brian sambil berlagak seperti binaraga. Isshhhh! PD kok nggak ilang-ilang! batin Fatma sebel.
" Istighfar, Habib! Itu takkabur namanya!" kata Fatma memperingatkan suaminya.
" Aku kan begini hanya di depanmu, sayang!" kata Brian cemberut sambil mengenakan kemeja kokonya setelah memakai sarung yang telah disiapkan Fatma.
" Iya! Ayo! Keburu fajar!" jawab Fatma mengenakan mukenah.
" Kenapa nggak membangunkan aku untuk mengeringkan rambutmu?" tanya Brian merajuk.
" Aku terlambat bangun, Habib!" jawab Fatma.
" Apa kamu lelah?" goda Brian. Fatma akhirnya tersenyum kecut dengan pipi merona mendapat godaan dari suaminya.
" Sedikit!" jawab Fatma pelan tanpa berani memandang pria dihadapannya itu.
" Apa dia senang karena kedatanganku semalam?" goda Brian lagi. Pipi Fatma semakin merona mendengar pertanyaan Brian.
" Sudah! Kita akan kesiangan!" sahut Fatma malu.
" Subhanallahu! Istriku sangat menggemaskan sekali!" bisik Brian di telinga Fatma. Reflek Fatma memukul pelan lengan atas suaminya.
" Auchhh! Sakit, sayang!" rengek Brian pura-pura.
" Biar saja!" sahut Fatma kesal karena terus digoda suaminya.
" Hahaha!" tawa Brian memecah keheningan kamar mereka.
Brian tersenyum mengingat kejadian semalam dimana dia membuat istrinya yang sedang hamil tua itu sedikit kelelahan. Fatma langsung tertidur setelah diserang Brian semalam setelah sebulan berpuasa.
" Tidak perlu mengingat-ingat! Habib nggak mau'kan jika mandi junub lagi?" kata Fatma seakan tahu apa yang dipikirkan suaminya itu.
" Aku tidak keberatan!" jawab Brian tersenyum dan memajukan wajahnya, tapi Fatma menjauhkan wajahnya.
" Ada wudhu!" kata Fatma.
" Ma'af! Suka amnesia!" kata Brian tersenyum nakal.
" Habib, sayang! Apakah hanya hal itu yang ada dipikiranmu saat ini?" tanya Fatma sedikit kesal walau sebenarnya itu adalah pertanyaan yang sia-sia karena dia sudah tahu apa jawaban yang akan diberikan oleh suaminya.
" Tentu saja, sayang! Sebelum aku puasa 40 hari lagi!" kata Brian dengan nada sedih.
" Hihihi! Sudah! Nanti dibahas lagi! Takut waktu subuhnya habis!" kata Fatma yang tertawa kecil mendengar keluhan suaminya.
" Kamu senang sekali, sayang, melihatku menderita!" keluh Brian.
" Habib!" tegur Fatma.
" Iya! Maaf!" jawab Brian.