Download App
29.76% SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 25: BENCI LAGI

Chapter 25: BENCI LAGI

" Maafkan aku! Tolong maafkan aku!" tiba-tiba Brian berlari dan memeluk kaki Fatma.

" Apa yang Habib lakukan? Berdirilah! Kamu tidak bersalah! Akulah yang bersalah!" kata Fatma menarik kedua tangan Brian untuk berdiri.

" Tidak! Dosaku terlalu besar padamu, Qolbi!" kata Brian menatap nanar Fatma.

" Apa kau bilang?" tanya Fatma tidak percaya.

" Qolbi! Cintaku! Ummi dari anak-anakku! Maafkan Abimu yang brengsek ini!" kata Brian. Seketika Fatma menutup bibir Brian dengan jari tangannya. Dia sudah lupa jika mereka sudah bukan lagi suami dan istri. Harun yang melihat hanya bisa menahan sesak di dadanya lalu dia pergi meninggalkan rumah itu tanpa sepengetahuan keduanya.

Bibir Harun kelu, dia ingin mengucapkan talak kepada Fatma, tapi bibirnya serasa membeku.

" Aku baru tahu semua kebohongan Vero!" kata Brian membimbing Fatma duduk di sofa.

" Apa maksudmu?" tanya Fatma tidak mengerti.

" Kejadian di toilet! Semua hanya akal-akalan Vero agar aku marah dan jijik padamu! Maafkan aku! Aku benar-benar menyesal!" kata Brian jujur.

" Siapa yang..."

" Seminggu yang lalu aku di datangi Asisten Harun!" kata Brian mulai bercerita.

" Ustadz Harun?"

" Iya! Dia menunjukkan semua bukti mulai percakapan ponsel hingga video juga pengakuan dari sahabat Vero yang sengaja memfitnahmu saat di toilet!" tutur Brian penuh penyesalan.

" Ustadz...Harun?" tanya Fatma lagi masih tidak percaya.

" Iya! Aku mau kita kembali!" kata Brian menggenggam tangan Fatma.

" Maafkan pria bodoh ini! Aku sudah mendaftarkan perceraianku ke pengadilan dan menalak Vero!" kata Brian dengan mata berkaca-kaca.

" Apa? Secepat itu?" tanya Fatma kaget.

" Kamu tahu aku tidak suka basa-basi. Saat aku tahu, aku sangat marah pada Vero dan langsung menalaknya! Aku tidak suka wanita pembohong!" kata Brian marah.

" Lalu anak kalian?" tanya Fatma kasihan.

" Dia akan merawatnya, karena aku tidak mau memisahkan anak dengan ibunya! Tapi aku tetap akan menanggung semua biaya hidupnya!" kata Brian tegas.

" Iza! Aku kangen banget sama dia!" kata Fatma.

" Dia ada bersama mommy! Kamu ingin kesana?" tanya Brian.

" Boleh?" tanya Fatma yang sangat merindukan buah hatinya itu.

" Tentu saja! Ayo!" ajak Brian antusias.

" Tunggu! Ustadz..."

" Dia bilang tugasnya sudah selesai! Tinggal memberikanmu surat cerai! Kita harus berterima kasih pada dia!" kata Brian lagi.

Harun yang sedang bersedih pergi ke sebuah taman, dia seperti hilang arah. Hidupnya terasa hancur karena kenyataan yang baginya sangat menyakitkan ini. Hahaha! Aku benar-benar seorang pecundang! batin Harun. Dia terus berjalan dan tanpa dia sangka, langkahnya terhenti di sebuah area syuting.

" Kak Harun!" panggil seseorang.

" Fira?" ucap Harun.

" Kakak sedang apa disini?" tanya Safira yang melihat Harun duduk di Taman dekat tempatnya syuting.

" Kamu sedang apa?" tanya Harun balik.

" Aku sedang syuting!" kata Safira.

" Boleh aku melihat?" tanya Harun tiba-tiba.

" Tentu saja! Aku sangat senang kalo Kakak mau melihat!" kata Safira lalu bergelayut manja di tangan Harun. Dan Safira terkejut karena Harun tidak menolak saat disentuhnya. Harun duduk di kursi Safira dan Safira melakukan syuting.

Safira syuting hingga larut malam dan Harun seperti orang linglung hanya duduk melamun seharian bahkan dia melewatkan waktu makan dan shalatnya.

" Ayo, Kak! Sudah selesai!" ajak Safira.

" E...sudah?" tanya Harun.

" Iya!" kata Safira.

" Kita kemana?" tanya Harun, tubuhnya terasa panas lagi.

" Ke apartementku, ya!" kata Safira.

" Apa? Tidak! Aku pulang saja! Istriku..."

" Istri Kakak kenapa?" tanya Safira.

" Tidak ada!" jawab Harun.

" Ini minum dulu kalo gitu!" kata Safira menyodorkan segelas teh hangat.

" Trima kasih!" kata Harun lalu meminumnya.

Safira tersenyum smirk melihat Harun menghabiskan minumannya. Tidak berapa lama Harun merasa kepalanya pusing.

" Ayo, Kak! Aku antar pulang!" kata Safira.

" Dia pulang sama saya!" ucap sebuah suara.

Safira melihat ke arah suara tersebut, wajahnya berubah tidak suka.

" Zahirah?" panggil Harun.

" Kita pulang! Saya mau bicara!" kata Fatma.

Sial! batin Safira. Gagal semua rencanaku! Darimana dia tahu jika Kak Harun disini? tanya batin Safira lagi. Fatma menggamit lengan Harun dan mengajaknya pergi. Setelah bertemu dengan putrinya, Fatma diantar Brian pulang, tapi dia tidak menemukan Harun di rumah. Fatma membiarkan Brian menemui Zabran dan zibran. Seperti biasa Zabran sangat datar terhadap Brian, apalagi setelah tahu jika Brian menikah dengan wanita lain. Tapi demi membuat Umminya senang, Zabran menahan semua sakit hatinya. Sedangkan Zibran tidak mau dengan Brian karena tidak mengenalnya dan itu membuat Brian sedih.

Saat Fatma sedang makan malam dengan Brian dan anak-anak mereka, Fatma mendapatkan kiriman pesan dari pegawainya jika dia melihat Harun di sebuah Taman. Seandainya pegawainya tidak menyebut seorang artis mantan tunangannya, Fatma tidak mau susah-susah menjemput Harun. Setelah mengantar Brian kembali ke rumahnya, Fatma melajukan mobilnya menuju ke Taman yang di sebut pegawainya tadi.

" Trima kasih sudah menyatukan kami lagi!" ucap Fatma memecah kesunyian dalam mobil.

" Sama-sama!" jawab Harun.

Harun merasa gelisah, ada sesuatu dalam tubuhnya yang memberontak ingin keluar. Tubuhnya terasa panas luar dalam. Harun menatap Fatma dengan pandangan aneh. Dia menelusuri Fatma dari wajah hingga ke bawah. Fatma yang merasa sudah di tatap, merasa tidak nyaman.

" Ada apa?" tanya Fatma.

" Entahlah! Tubuhku terasa panas!" kata Harun.

" Apa kamu sakit lagi?" tanya Fatma.

" Bisa kamu cepat sedikit?" tanya Harun.

Fatma menekan gas mobilnya karena jalanan sedikit lengang. Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah Harun dan tanpa menunggu lagi, Harun turun dan langsung naik ke kamarnya. Fatma terkejut melihat sikap suaminya. Dia mematikan mesin mobil dan keluar menyusul Harun.

" Ustadz!" panggil Fatma mencoba memanggil suaminya, tapi tidak ada sahutan.

Fatma merasa sedikit khawatir, karena Harun sudah berjasa kepadanya dengan menyatukannya kembali dengan Brian. Fatma membuka pintu kamar Harun dan tidak melihat pria itu di ranjang. Terdengar suara air di kamar mandi.

" Apa yang dia lakukan? Apa dia mandi dalam keadaan sakit?" ucap Fatma ambigu.

Fatma dengan nekad menerobos kamar mandi dan melihat Harun yang masih dengan pakaian lengkap berdiri dibawah guyuran air shower.

" Ustadz! Apa yang Ustadz lakukan?" tegur Fatma.

" Pergilah!" bentak Harun terkejut.

Dia tidak mau berada dekat-dekat dengan Fatma, karena dia bisa lupa diri akibat reaksi tubuhnya yang aneh.

" Tapi Ustadz sedang sakit, kenapa malah mandi?" tanya Fatma penasaran.

" Saya bialng pergiiii!" teriak Harun menahan hasratnya.

" Kamu pikir kamu siapa seenaknya membentak-dan teriak-teriak!" kata Fatma marah.

Harun yang tidak tahan lagi langsung keluar dan mendorong tubuh Fatma lalu melumat bibir istrinya itu. Fatma yang tidak siap merasa terkejut melihat sikap brutal Harun.

" Ka...u! Ap...pa...yang kau....."

Harun tidak memberikan Fatma kesempatan untuk bicara, meskipun baru pertama kali Harun melakukan itu, tapi nalurinya sebagai seorang pria menuntunnya untuk melakukan semua itu. Fatma memukul-mukul dada Harun, dia memberontak, tapi Harun sudah dikuasai hawa nafsu, dipagangnya kedua tangan Fatma dan diangkatnya ke atas. Itu mempermudah Harun untuk menikmati bibir istrinya. Fatma yang tahu jika sia-sia saja tenaganya, hanya bisa meneteskan airmata. Harun terkejut karena merasakan asin di bibirnya, tapi imannya runtuh, dia kalah oleh hasrat yang tak terkendali.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C25
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login