Fatma dan Harun langsung menuju ke resto tempat Zabran tadi makan.
" Assalamu'alaikum!" sapa Harun.
" Wa'alaikumsalam!" balas security yang membukakan pintu mobil.
" Dimana pria yang bernama Zabran berada?" tanya Harun.
" Zabran?" ulang security tersebut mengerutkan dahinya.
" Ba! Mana dia tahu kalo cuma tanya nama saja!" bisik Fatma di telinga suaminya.
" Astaughfirullah!" ucap Harun ambigu.
" Maksud saya pria yang pingsan di toilet!" kata Harun.
" Ooo...pria yang mencoba memperkosa seorang wanita di toilet?" tanya security itu.
" Astaughfirullahaladzim! Jangan memfitnah anak saya, ya! Bisa saya tuntut kamu!" teriak Harun marah.
" Lho, kok, marah! Memang dia mau memperkosa, kalo nggak percaya, ayo, ikut saya!" kata security itu.
Jelas saja dia tidak percaya kalo Zab akan melakukan hal hina itu, karena dia sangat menghormati seorang wanita. Tubuh Fatma terhuyung mendengar ucapan security itu, matanya berkunang-kunang dan jika saja Harun tidak menahannya, dia akan terjatuh.
" Ummi!" panggil Harun khawatir.
Harun memeluk tubuh istrinya yang lemah, dia langsung mengangkat tubuh Fatma dan membawanya masuk ke lobby Hotel, setelah security tadi membukakan pintu. Dia membaringkan istrinya itu di sofa lobby.
" Ummi! Ya, Allah, Ummi! Jangan membuat Aba khawatir!" ucap Harun lembut sambil mengusap pipi istrinya.
" Ustadz!" sapa seorang pria bertubuh kekar.
" Abdul! Cari Zab dan selesaikan semuanya, aku harus menunggui istriku!} kata Harun pada Abdul.
" Iya, Ustadz!" sahut Abdul.
" Dimana komandan securitymu?" tanya Abdul.
" Kalo bapak nyari pria pemerkosa itu..."
" Jaga mulut kamu!" hardik Abdul mencengkeram kerah security itu dengan sangat kuat.
Security itu terlihat sedikit ketakutan melihat tatapn tajam mata Abdul.
" Dia dibawa ke rumah sakit tidak jauh dari sini!" kata security itu.
" Abdul! Lepaskan dia!" perintah Harun yang melihat sikap kasar Abdul.
" Maaf, Ustadz!" balas Abdul melepaskan security itu.
" Ummi!" panggil Harun sambil mengoleskan minyak di hidung istrinya.
Perlahan Fatma menggerak-gerakkan kepalanya dan membuka kedua matanya.
" A...ba!" panggil Fatma lirih.
" Alhamdulillah! Ummi sudah sadar!" kata Harun.
" Zab?" tanya Fatma.
" Zab ada di rumah sakit!" kata Harun lagi.
" Kita kesana, Ba!" kata Fatma mencoba bangun.
Harun membantu istrinya untuk bangun dan memeluk bahunya.
" Dimana...korbannya?" tanya Fatma dengan bibir bergetar pada security itu.
" Mereka semua ada di rumah sakit! Mungkin untuk di visum!" jawab security itu.
" Astaughfirullah, Zab!" ucap Fatma memejamkan kedua matanya.
" Lebih baik kita kesana dulu untuk mengetahui cerita yang sebenarnya!" kata Abdul
" Iya! Ayo!" balas Harun menuntun istrinya keluar hotel.
Mereka bertiga langsung menuju ke rumah sakit terdekat seperti yang diberitahukan oleh security Hotel.
" Selamat Sore!" sapa Fatma pada petugas penetima tamu saat telah sampai dan masuk ke lobby rumah sakit.
" Selamat sore!" balas petugas itu.
" Apa ada pasien bernama Ahmad Zabran Manaf?" tanya Harun.
" Kapan masuknya?" tanya petugas itu menatap layar komputer.
" Baru saja! Dari Indonesia!" jawab Harun.
" Ada di ruang IGD! Disebelah!" jawab petugas itu menunjuk pintu di sebelah mejanya.
" Terima kasih!" ucap Harun yang langsung pergi bersama dengan Fatma ke pintu yang ditunjuk.
Harun menggenggam tangan istrinya, sedangkan Abdul membukakan pintu penghubung tersebut. Harun menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan.
" Ummi duduk dulu, Aba mau nanya kesana!" ucap Harun pada Fatma dibarengi dengan anggukan Fatma.
Harun berjalan ke arah meja petugas, sementara Fatma melihat ke kursi tunggu.
" Yasmin?" panggil Fatma yang berjalan mendekati seorang gadis.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan terkejut melihat Fatma.
" Tante Za...hirah!" ucapnya lirih.
" Apa kamu yang mengantar Zab kesini?" tanya Fatma.
Dibenak wanita itu sudah terdapat bermacam-macam pikiran buruk yang dicoba untuk dihilangkannya.
" Sebenarnya..."
" Yas, ini kamu minum dulu!" panggil seorang wanita sambil memberikan sebotol air mineral pada Yasmin.
" Tante, ini...Tante Zahirah!" kata Yasmin.
" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma mencoba tersenyum dan mengulurkan tangannya.
" Wa'alaikumsalam! Saya Hanum, Tante Yasmin!" balas Hanum membalas uluran tangan Fatma.
" Apa Zab sudah bangun?" tanya Hanum.
" Belum, Tan!" jawab Yasmin pelan.
" Apa orang tuanya belum datang? Apa..." tanya Hanum lagi.
" Saya Umminya Zab!" potong Fatma.
" O, jadi ini Umminya! Bagus kalo begitu!" kata Hanum ketus.
" Tante!" tahan Yasmin yang tidak ingin ada keributan.
" Ada apa sebenarnya, Yas?" tanya Fatma pelan.
" Zabran sudah mencoba memperkosa Yasmin!" cerocos Hanum.
" Tante!" teriak Yasmin menahan tangan Hanum.
" Astaughfirullah! Ap...apa benar, Yas?" tanya Fatma gemetar.
" Tentu saja benar! Tapi Yasmin ini memang baik hati, dia tidak akan menuntut Zabran, tapi saya mau mereka menikah setelah Zabran sembuh!" tutur Hanum yang membuat jantung Fatma serasa mau copot.
Bagaimana akan menikah, sementara Yasmin akan menikah dengan Zib! batin Fatma.
" Tapi Yasmin akan menikah dengan Zib!" ucap Fatma.
" Apa maksud ibu?" tanya Hanum menahan kesalnya.
" Zib sudah mengkhitbah Yasmin dan sebentar lagi akan menikah!" kata Fatma.
" Tapi Yasmin telah disentuh oleh Zabran! Apa kata orang jika Yasmin menikah bukan dengan pria yang telah menodainya?" tanya Hanum tegas.
Fatma luruh di kursi tunggu, matanya kerkaca-kaca, Yasmin mendekati Fatma dan memegang kedua tangan calon mertuanya itu.
" Yasmin harus menikah dengan Kak Zab, Tante! Kak Zab telah menyentuh Yasmin!" ucap Yasmin membuka khimarnya dan menunjukkan bekas bibir Zab.
" Astaughfirullah!" teriak Fatma pelan, saat melihat kulit Yasmin yang mulai berwarna keunguan dan Fatma tahu bekas apa itu.
" Kamu akan membuat dua bersaudara berselisih, nak!" ucap Fatma dengan airmata yang luruh di kedua pipinya.
" Maafkan Yasmin, Tante!" balas Yasmin pelan.
" Ummi!" panggil Harun.
" Aba!" balas Fatma dengan wajah basahnya.
" Ada apa?" tanya Harun yang langsung memeluk istrinya.
" Yasmin? Kamu..."
" Anak-anak kita, Ba!" ucap Fatma dengan kedua bahu naik turun akibat menangis.
" Astaughfirullah! Ya Allah, berikan kami ketabahan dalam menghadapi semuanya!" ucap Harun.
" Maafkan Yasmin, Om!" ucap Yasmin.
" Tidak, nak! Tidak ada yang salah, ini adalah takdir yang Allah berikan untuk kita!" kata Harun bijak.
Fatma semakin mengeraskan tangisannya. Harun hanya bisa mengusap punggung istrinya.
" Kenapa Zib harus kesana?" tanya Zib marah saat Harun memberitahu kalo dia harus pergi ke Jerman untuk mewakili Harun.
" Karena Kakakmu sedang tidak sehat, Zib!" kata Harun datar.
" Aba?" tanya Zib.
" Ummimu sedang kurang sehat, jadi Aba nggak mau terjadi sesuatu pada Ummimu!" kata Harun mencari alasan.
" Kenapa mendadak, Ba? Kemarin-kemarin Zib nggak mendengar ada meeting di Jerman!" kata Zib curiga.
" Ini mendadak, Zib! Ada yang sedang bermain-main dengan perusahaan kita!" kata Harun.
Pemuda itu terdiam sambil menatap keluar jendela kantor Abanya.
" Kalo Zib nggak mau?" tanya Zib.
" Aba akan mengambil alih semua yang kamu punya!" kata Harun tegas.
" Aba nggak adil!" teriak Zib marah.
" Zib! Kamu sedang bicara dengan Abamu!" teriak Harun marah.
Harun sebenarnya tidak tega melakukan semua ini, karena dia takut akan menyakiti hati putranya itu. Harun sangat menyayangi Zib, disamping karena kekurangannya, karena Zib selalu mendampinginya kemanapun mereka pergi. Zib bergidik, dia takut saat Abanya sudah marah, lalu dia terdiam dan duduk di sofa.
" Zib akan pergi, tapi begitu pulang, Zib mau langsung menikah dengan Yasmin!" kata Zib.
" Baik!" jawab Harun.
Zib berangkat ke Jerman keesokan harinya dengan diantar oleh Fatma dan Harun. Fatma menangis tersedu saat putranya telah masuk ke dalam pesawat.
" Apa kita sudah melakukan hal yang benar, Ba?" tanya Fatma.