"Hanya orang tak memiliki pekerjaan yang membicarakanku," sahut Kanzia acuh tak acuh.
"Haish! Sayang, kamu ini dokter. Mengapa kamu percaya dengan mitos seperti itu, sih?" Gathan berkomentar menatap sang kekasih. Ditatap seperti itu Nayara hanya mengekeh lalu meraih sepotong steik daging spesial buatan sang kekasih ke dalam mulutnya.
Ghatan lalu menatap adiknya. "Dan kau Zi, kau juga seorang dokter. Harus bisa menjaga kesehatan dirimu dengan baik."
"Apa menurut Kak Gath dokter tidak boleh bersin-bersin? Dokter tidak boleh sakit?" Kanzia mengangkat sebelah alis menatap dingin pada Gathan. Ia tak suka dengan perkataan kakaknya itu.
Gathan mengembus napasnya pelan, menjawab pertanyaan sang adik, "Ya boleh, Zi."
"Baguslah. Jadi aku tak perlu merasa berdosa jika sedang sakit," sahut Kanzia meraih pisau dan garpu steiknya. Dengan cepat potongan daging itu telah lenyap di dalam mulut.
"Makan juga punya Kakak." Gathan tersenyum melihat Kanzia yang memakan steiknya begitu lahap.
Hai! Author menyapa. Apa kabar semua yang masih mengikuti cerita ini? Mohon maaf sebesar-besarnya karena lelah menunggu cerita Rey yang jarang update. Selain menulis, saya sibuk dengan pekerjaan di dunia nyata. Jadi harap maklum dengan pembaruan cerita yang tidak konsisten. Semoga yang membaca dilapangkan hatinya agar dapat memaafkan saya. Jangan lupa dukung dengan komentar dan batu kuasa ya. Saya tunggu!