Download App
1.36% Sajadah Merah / Chapter 3: Episode 3: Bukan maskawin

Chapter 3: Episode 3: Bukan maskawin

Sajadah merah episode 3: Bukan mas kawin ( mahar )

Sebuah gubuk reot tinggallah seorang wanita 40 tahunan bersama dua anak perempuan, semenjak suaminya meninggal si sulung yang bertugas yang mencari uang untuk keperluan sehari-hari karena sang ibu tak mampu memenuhi nafkah keperluan keluarga, sejak suaminya meninggal, hati wanita itu seakan ikut bersama sang suami, meski berulang kali diingatkan tetapi hingga sekarang wanita itu masih seperti orang setres.

"Ibu, aku pulang." Si sulung dengan ceria membuka pintu rumahnya dan menghampiri ibunya, gadis kecil itu mengambil tangan sang ibu lalu diciumny.

"Ibu, hari ini aku bertemu dengan seorang pria yang sangat rupawan, dia sangat baik. Aku diberinya uang, ibu. Mungkin ini karena bentuk tanggung jawabnya seorang suami kepada istrinya." Gadis itu mulai mengatakan hal-hal yang mengakibatkan kesalah pahaman lagi.

"Fira, siapa pria baik hati itu? Kau terlihat sangat menyukainya." Wanita itu mulai merespon ucapan putrinya.

"Namanya, Ivan Maulana Rizky. Aku akan selalu mengingat namanya, besok dia mau mengajakku ketemuan lagi, bu." Dengan wajah berseri-seri gadis kecil itu menceritakan dengan pria rupawan bermata biru.

Wanita 40 tahunan itu tersenyum lembut, ia tidak menyangka ternyata sekarang putri sulungnya telah berpikir tentang pernikahan padahal usianya masih 8 tahun, hatinya merasa sangat bersalah karena kesedihannya dia telah melupakan kewajibannya sebagai seorang ibu.

"Fira, apakah dia memberimu uang banyak melebihi orang-orang yang telah memberimu selama ini?"

Fira mengangguk, ia pun menunjukkan lembaran ratusan ribu pada ibunya,"Ini, uang ini diberikan suamiku padaku."

"Fira, pria itu bukan suamimu, kau ini masih kecil, jangan memikirkan tentang perkawinan dulu." Wanita itu membelai lembut puncak kepala putri sulungnya tersebut, ia semakin gemas melihat gadis itu merengut bahkan bersedekap dada hanya karena dirinya melarang memikirkan tentang perkawinan.

"Ibu, ibu sama saja seperti suamiku itu. Dia juga bilang kalau dia bukan suamiku, tapi aku suka menyerahkan diriku padanya, jadi dia adalah suamiku." Fira tidak terima mendengar perkataan ibunya, dia malah mengatakan kalimat yang lebih membuat manusia salah paham.

"Baik-baik, kamu jangan marah lagi. Coba ibu hitung berapa uang yang kamu bilang dari"suami"mu itu." Wanita itu memutuskan untuk mengalah daripada berdebat dengan putri sulungnya tersebut, ia tercengang melihat uang lembaran ratusan ribu dengan jumlah sangat banya, ketika dihitungnya ternyata jumlahnya adalah 5 juta, dia menjadi sangat penasaran dengan seorang pria yang begitu dermawan hingga bersedia memberikan putrinya itu uang dengan jumlah sangat besar.

"Fir, besok ibu ikut denganmu ya? Ibu ingin ketemu dengan "menantu"ibu."

"Baiklah, sekarang Fira mau makan dulu, aku sudah sangat lapar." Gadis kecil itu berjingkrak- jingkrak menuju tempat makan, dengan hati riang ia membuka membuka penutup makanan hanya terlihat sebuah nasi dan gorengan tempe tidak ada yang lain lagi, tapi dia tetap bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan padanya.

للَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

Gadis kecil itu mengangkat kedua tangannya lalu berdoa sebelum makan setelah itu mulai menyantap makanan.

**

Sebuah hunian berlantai 27 terletetak di pinggiran kota, sengaja berada di tempat sepi karena menurut pemilik rumah itu terasa lebih menyenangkan,"Assalamualaikum, putraku."

Seorang wanita 45 tahun mengenakan busana muslim berjilab ungu menyambut kehadiran putranya, ia sengaja terbang dari Jerman untuk mengunjungi putranya yang ada di Indonesia setelah mendengar kabar bahwa putranya itu sedang sakit, sebagai seorang ibu dirinya sangat menginginkan kesembuhan untuk putranya tersebut karena itulah dia sendiri yang akan membawa buah hatinya tersebut untuk berobat ke Jerman.

"Walaikumussalam, ibu." Maulana tersenyum lembut melihat kehadiran ibunya, ia pun mengambil tangan sang ibu lalu mencium punggung tangannya lalu memeluk wanita tercintanya tersebut.

"Van, ibu datang kesini untuk membawamu ke Jerman. Ibu dengar kau sedang sakit, jadi ibu ingin kau berobat di sana." Wanita itu memandang putranya khawatir, tangannya terulur untuk menyentuh wajah buah hatinya yang terlihat lebih tirus.

"Iya, ibu. Rencananya aku akan berangkat ke Jerman minggu depan," balas Maulana.

"Tidak, sekarang saja." Wanita itu menolak rencana putranya, ia tidak ingin menunda lagi pengobatan untuk putranya tersebut. Maulana mengangguk, mungkin dirinya harus membatalkan niatnya untuk mengajak bocah kecil yang baru saja dia temui untuk ke toko, tapi sebagai gantinya ia akan mengirimkan sebuah hadiah untuk gadis itu dan menyuruh pelayan untuk mengantarkannya.

"Baiklah, aku akan bersiap dulu," balasnya. Wanita itu mengangguk dan membiarkan putranya untuk berkemas.

**

Seorang gadis berkepang dua dengan kaos singlet dan celana pendek sepaha berdiri dengan gelisah di tempat biasanya ia mengemis, sesekali matanya mencari keberadaan seorang pria yang telah mencuri hatinya.

"Nona."

Ia mendongakkan pandangannya ketika mendengar suara seorang pria memanggil dirinya, jas hitam, kemaja putih serta dasi hitam dan kaca mata hitam, menurutnya miri seperti pengawal di TV-TV, tapi kenapa pria itu terlihat menemuinya, mungkinkah juga tertarik dengan dirinya? Tapi sayangnya hatinya sudah memiliki pria idaman.

"Paman, maafkan aku. Aku sudah tidak bisa menerima pria lain dalam hatiku, karena aku telah punya seorang suami yang sangat tampan, namanya Ivan Maulana Rizky, jadi paman pulang saja." Dengan percaya dirinya gadis kecil itu mengumumkan statusnya.

Pria itu tersenyum tipis, ternyata benar apa yang dikatakan majikannya, gadis itu sangat percaya diri bahkan dengan seenaknya mengumumkan statusnya sebagai istri dari majikannya dan mengira dirinya akan menyatakan perasaan.

"Nona, saya kesini atas perintah tuan Maulana, beliau mengirimkan kado ini untuk anda, beliau tidak bisa menunda pengobatannya di Jerman, jadi sekarang mungkin beliau sudah berada di atas pesawat." Ia menyerahkan sebuah kotak persegi pada gadis kecil itu.

Fira mengambil kotak itu lalu mebukanya, sebuah sajadah warna merah, mukenah kecil, al qur an, dan baju muslim berukuran kecil. Di dalam kotak tersebut juga ada sebuah memo kecil, ia pun mengambilnya lalu membacanya, sayangnya gadis kecil itu tidak bisa membaca tapi pura-pura bisa membaca.

"Ternyata suamiku memberiku sebuah mas kawin, mana bagus banget lagi. Paman, sampaikan pada suamiku, aku menerimanya. Kelak nanti setelah dewasa aku akan mengingatnya dan selalu menunggunya." Gadis itu memeluk erat kado tersebut. Pengawal suruhan Maulana itu tersenyum, tidak menyangkan ada seorang anak kecil yang mengira hadiah biasa menjadi maskawin, kalau dilihat dari penampilan gadis kecil itu, sangat wajar kalau manjikannya memberi semuanya, agar gadis itu bisa lebih meningkatkan ibadahnya.

**

Dalam sebuah pesawat Maulana tersenyum, ia yakin gadis itu pasti akan menerima hadiahnya dan menggunakannya dengan baik,"Fira, kamu harus menjadi seorang gadis sholihah, paman akan mengirimkan uang tiap bulan untuk sekolahmu. Lagi pula menjagamu dan menyantunimu adalah tugas setiap muslim yang memiliki harta lebih."


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login