"Mari bergegas, aku akan menggendong Sophia-san dan Henry-san akan mengendong istrinya Anya-san."ucapku lalu berjongkok untuk bersiap menggendong Sophia.
Sophia yang melihat ku berjongkok kemudian dia melihat ke Anya dan Henry lalu menggaguk dan mendekatiku.
"William-kun apakah kamu kuat menggendong aku?"tanya Sophia dengan khawatir.
"Tidak apa-apa Sophia-san naik saja, aku cukup kuat kok."
Mendengar perkataanku, Sophia lalu menaiki punggungku dengan sedikit khawatir.
Pada saat Sophia menaiki punggungku, aku mulai mual dan merasa seperti dinaiki seekor kecoa yang besar dengan perut yang buncit.
Aku kemudian menahan rasa menjijikan itu dan menggunakan [Body Enchanment] untuk memperkuat fisik ku.
"Henry-san mari bergegas, ikuti aku dari belakang."ucapku dengan berkeringat dingin menahan perasaan menjijikan.
Aku berlari menuju ke jalur rahasiaku bersama Henry yang mengangkut Anya dibelakangnya.
Sophia yang merasakan punggungku basah karena berkeringat dingin dan mukaku terlihat pucat bertanya dengan khawatir.
"William-kun apakah kamu baik-baik saja?, apa aku terlalu berat?"
"Aku tidak apa-apa, Maaf tapi aku sedang fokus dengan sihirku, jadi tolong jangan ajak aku bicara."jawabku dengan muka pucat.
'Ugh... sangat pusing dan mual rasanya, karena begitu menjijikan seperti membawa kecoak hamil. Ughh! kutukan kurang ajar ini!!'pikirku berlari sambil membawa Sophia.
'Untungnya jalur rahasiaku tidak jauh dari sini.'pikirku menyeringai dan lari dengan agak terburu-buru.
Selama perjalanan Sophia,Henry, dan Anya mengikuti dengan tenang tanpa banyak bertanya.
Kemudian aku berhenti di sebelah batu yang aku taruh di atas pintu masuk jalur rahasiaku. Lalu aku menendangnya karena tergesa-gesa dan menggunakan sihir Tanah untuk melebarkan jalur rahasianya.
"Ayo lewat sini."kataku memasuki jalur rahasiaku dan mengajak Henry dan Anya untuk mengikuti.
Henry dan Anya yang sedikit terkejut terdiam sejenak lalu dengan cepat mengikuti karena aku yang dengan cepat sudah memasuki jalur rahasiaku.
'Uhhh..., aku harus cepat-cepat mengantar mereka ke penginapan terdekat, aku sudah hampir tak kuat lagi menahan rasa menjijikan ini.....'pikirku lalu mulai berlari dengan kecepatan yang aman.
Lalu aku sudah keluar dari jalur rahasiaku dan langsung menuju arah pusat desa yang memiliki penginapan dengan Henry dan Anya yang mengikuti dari belakang.
Dekat Pintu Masuk Penginapan
"Di...sini su..dah sampai di salah satu pengi..napan di desa, kalian bisa meng....inap di sini semen...tara wak...tu."
Ucapku dengan terengah-engah dan bermuka pucat sambil menurunkan Sophia yang berada di punggungku dengan lembut.
Sophia,Henry, dan Anya yang melihatku bermuka pucat dan terengah-engah bertanya dengan khawatir.
"William-kun apakah kamu baik-baik saja?, mukamu pucat sekali."
"Keringat mu juga banyak sekali."
"Ya, istirahatlah dulu di dalam penginapan."
"Aku..tidak..apa-apa, aku... harus segera...pulang."jawabku dengan terengah-engah.
Kemudian pandanganku menjadi kabur lalu kakiku menjadi tak bertenaga dan aku jatuh tak sadarkan diri di depan pintu penginapan.
Melihat William yang tak sadarkan diri Henry dengan cepat menangkap William sebelum terjatuh ke tanah dan memeriksa kondisi tubuhnya.
"Henry!, Bagaimana Kondisi William-kun!?" tanya Sophia dengan khawatir.
"Sepertinya dia hanya kelelahan."ucap Henry yang sedang menggendong William.
"Sebaiknya kita bawa dia kamar dulu untuk diistirahatkan."saran Anya.
Mereka berempat kemudian masuk kedalam penginapan dan menuju ke meja resepsionis.
"Halo, Selamat datang di Penginapan Noir. Ada yang bisa saya bantu?"sambut gadis resepsionis itu dengan senyum bisnisnya.
"Halo, kami ingin menyewa 2 kamar dengan double bed untuk 4 orang."ucap Henry.
"Baik double bed untuk 4 or...."
Saat gadis resepsionis akan mencatat pesanan dia melihat William yang sedang digendong, dan kemudian dia menatap dengan waspada dan bertanya.
"Itu kan William-kun?, Kenapa dia bisa pingsan?, Siapa kalian?"tanya gadis resepsionis itu dengan curiga.
William di desa buena cukup terkenal karena dia anaknya Paul yang terkenal sebagai ksatria ganteng di desa dan Zenith yang merupakan healer yang ada di desa.
William sendiri sering membantu para warga desa dengan sihirnya yang membuat dia terkenal sebagai 'Magical Girl'(semua orang masih mengira kalau dia itu perempuan, padahal sebenarnya dia itu trapboy) di desa.
"Kami bukan orang mencurigakan, William-kun tadi membantu kami menunjukkan jalan, tapi sepertinya dia kelelahan dan jatuh pingsan, karena kami tidak tahu dimana alamat rumahnya kami hanya ingin mengistirahatkan dia dia dikamar lalu mencari tahu dimana orang tuanya!"ucap Henry dengan panik menjelaskan ketidak bersalahannya.
"Ya benar, apa kamu tahu dimana rumahnya William-kun?"kata Anya membela suaminya dan bertanya rumahnya William.
"Rumahnya cukup jauh dari sini, tapi kebetulan Zenith ibunya William sedang ada di dekat sini sedang mengobati pasien, akan aku coba panggilkan dia kesini untuk menjemput William-kun."ucap gadis resepsionis masih dengan ekspresi skeptis.
Gadis resepsionis itu menyuruh salah satu staff untuk memanggilkan Zenith.
Beberapa menit kemudian Zenith datang dengan tergesa-gesa dan berekspresi khawatir.
Zenith menganggap William itu anak yang gampang sakit dan tidak sekuat Rudeus yang biasanya gak pernah sakit dan selalu energik.
William biasanya saat dirumah hanya berdiam duduk sila dikamarnya (sedang me-recharge energi sihirnya)atau melukis saja di bawah pohon besar favoritnya.
Kemudian Zenith yang melihat William yang pingsan dengan wajah pucat sedang di gendong oleh Henry lalu ia dengan cepat menerjang Henry dan merebut William dari gendongan Henry.
William yang sedang pingsan kemudian digendong Zenith lalu alisnya berkerut dan sedikit mengerang.
Zenith lalu mengambil kain yang dia bawa di tasnya saat kesini, kemudian menyelimuti William dengan kain dan menggendongnya lagi.
Setelah diselimuti wajah William mulai terlihat agak cerah dan lega.
Setelah melihat William yang sudah membaik, Zenith lalu menatap dengan tajam ke arah Henry, Anya, dan Sophia.
"Apa yang kalian lakukan ke anak saya!"teriak marah Zenith ke mereka bertiga.
Henry yang mendengar itu panik lalu menjawab.
"Tidak!, kami tidak melakuk-"
"Kamu Zenith kan?"ucap Sophia memotong perkataan Henry.
"Eh..kamu....Putr-"ucap terkejut Zenith lalu ditutup mulutnya oleh Sophia.
Zenith yang dibungkam Sophia mengerti apa yang dimaksudnya lalu mengangguk.
Melihat Zenith yang mengerti, Sophia tersenyum lalu berkata.
"Ini anak kamu Zenith? cantik banget yah."
"Iya dong, dia cantik seperti ibunya."
Zenith berkata dengan penuh bangga.
Zenith kemudian melihat perut hamilnya Sophia lalu bertanya.
"Sophia..San kamu juga sudah menikah?, siapa pasangannya?"
Mendengar pertanyaan itu, Sophia, Henry, dan Anya memasang muka yang rumit.
"Zenith, kamu gak pulang?, William-kun sepertinya sudah sangat kelelahan."
Ucap Sophia mengalihkan topik.
Mendengar Sophia yang mengalihkan topik Zenith mengkerutkan alisnya.
"Iya, saya pamit dulu Tuan Putr- akhem... Sophia-san..emm"
"Saya Henry dan ini Istri saya Anya."
Ucap Henry memperkenalkan diri.
"Baik, Sophia-san, Henry-san, Anya-san saya pamit dulu, maaf jika William merepotkan."
Ucap Zenith membungkukkan badannya.
"Oh gak!, William-kun justru menolong kita."
Zenith mendengar itu tersenyum lalu pergi meninggalkan penginapan menuju rumahnya.
'Ada yang aneh tentang Putri Sophia, kenapa dia jauh-jauh ke desa ini yang jaraknya jauh sekali dari Holy Kingdom, dan bahkan pada saat dia hamil....,'pikir Zenith dalam perjalanan pulangnya.
'Haaah...., semoga saja gak ada masalah di desa karena hal ini.'pikir Zenith sambil menghela nafasnya, lalu Zenith Melihat William yang tertidur lelap di pelukan Zenith.
'Will dia ini kenapa sih akhir-akhir ini suka pingsan?'pikir Zenith melihat William dengan ekspresi khawatir.
Zenith selalu merasa khawatir dengan William, karena beda dengan Rudeus yang sedari kecil jarang menangis dan selalu energik.
William dia selalu menangis jika seseorang menyentuhnya(karena rasa jijik) dan selalu sakit-sakitan(si William ini stunting karena dia jarang minum asi waktu kecil, jadinya antibodinya lemah).
Walaupun Zenith terlihat seperti mengeluh, sebenarnya dia sama sekali tidak kerepotan dengan William.
Zenith mungkin lebih menyukai Rudeus karena dia lebih bersikap manis dan lucu dibandingkan William yang selalu diam(ya diam-diam menghanyutkan🤭)
Dan jika seseorang mendekat, alis dia akan berkerut dan dia dengan cepat menjaga jarak secara natural.
Walaupun dia tidak suka dekat dengan seseorang, dan suka merasa jijik dengan seseorang, dia tidak menolak orang-orang yang ada di sekitarnya dan dia juga akan membantu jika melihat seseorang dalam kesulitan.
Karena William tahu bahwa permasalahan dia merasa jijik dengan sentuhan makhluk hidup tidak ada hubungannya dengan orang-orang disekitarnya.
Walaupun seperti itu tetap saja favorit Zenith dan Paul dan yang lainnya tetap Rudeus karena apa?...karena Rudeus lebih aktif dalam berkomunikasi dibandingkan William dan Rudeus lebih berbakat dari William(ya itu William aja lagi low key).
Ya Permasalahan dari Konflik keluarga mayoritas berasal dari kurangnya komunikasi....
Kubuka mataku, aku melihat atap yang biasa kulihat saat bangun tidur.
"Haah, sepertinya aku pingsan lagi..."desahku dengan lesu melihat atap yang sangat familiar ini.
"Will-niisan sudah bangun?"tanya Rudeus yang muncul secara mendadak di depan mukaku.
"Uwahh!"kagetku lalu reflek menampar muka Rudeus.
"Aduhh, Will-niisan kenapa kamu menampar aku!"teriak marah Rudeus sambil mengelus bagian yang ditampar.
"Maaf...Reflek?"kataku minta maaf dengan nada bertanya.
"Cih!, begini perlakuan kamu ke adik yang merawat mu?"
"Ya maaf." jawabku dengan nada malas.
Mengabaikan Rudeus yang masih menatap dengan marah Aku beranjak dari tempat tidurku lalu keluar kamar menuju dapur untuk mengambil segelas air.
Pada saat aku mau turun ke lantai bawah aku melihat ke arah pintu kamar Lilia yang terbuka.
Aku melihat Lilia yang tidak pakai busana sedang membasuh tubuhnya dengan air hangat.
Aku yang melihat itu lalu langsung menegur Lilia.
"Lilia!, Pintu kamu lupa ditutup!"
Tegurku sambil menutup mataku aku menutup pintu kamar Lilia dan dengan cepat turun tangga.
Pada saat aku turun tangga aku seperti mendengar suara pintu terbuka lagi dari kamar Lilia.
Lalu dibawah aku melihat Paul yang cukup berkeringat, sepertinya dia baru selesai latihan.
"Oh Will, kamu sudah bangun."sapa Paul melihat aku yang turun tangga.
"Iya, aku haus, aku mau ngambil minum dulu di dapur."
Ucapku lalu menuju dapur, dan Paul sepertinya naik keatas untuk ke kamarnya.
Pada saat itu aku seperti mendengar suara pintu yang ditutup kencang?
Dan ada suara seperti decit tikus?
Tanyaku sambil menyeduh teh.
Halo semuanya, Long time no see.....sekarang panggilkanku jadi kaichan ya(≧▽≦)
Lebih simpel dan imut( ˘ ³˘)♥
Rencana aku mau rewrite fanfic ini, tapi aku mau baca novel mushoku dulu buat riset, tapi aku males bacanya, karena Rudeus sifatnya gak terlalu aku sukai( ̄ヘ ̄;)
Tapi tenang saja, karena pasti aku akan kembali menulis lagi.....,(walaupun kadang suka hilang (。•̀ᴗ-)✧ )
Oke itu aja, maaf ya sudah lama hilang, kali ini aku kemungkinan cepet kok kembali nulis nya?