Sesampainya di tempat makan, Lexa memesan makan untuk dirinya dan Zico.
"Kamu pesan apa?" Tanya Lexa.
"Terserah." Jawab Zico yang sibuk dengan ponselnya.
"Baiklah." Lexa pergi memesan makanan.
Zico berpura - pura sibuk dengan ponselnya larena ingin melihat sejauh mana tingkah laku Lexa. Zico berpikir pasti ada hal sesuatu di balik ajakan makan siang ini. Lexa kemudian kembali dan duduk di depan Zico.
"Tunggu sebentar, pesanannya akan sampai." Kata Lexa.
"Baiklah." Zico ingin bertanya, apakah Lexa masih mengejar Steve atau tidak. Tapi Zico mengurungkan niatnya untuk bertanya karena ia berpikir akan menghancurkan makan siang hari ini. Tiba - tiba Lexa menghela napas, dan membuka suara.
"Dan ya, Kenapa kamu bisa segila ini mengejar orang yang pastinya tidak akan kamu dapatkan? Bukannya wanita di dunia ini banyak?"
"Karena aku mencintainya. Memangnya tidak boleh jika aku mencintainya." Jawab Zico yang agak kesal, karena Lexa menanyakan hal itu.
"Iya Zico, bukankah hal ini sangat bahkan terlihat bodoh. Lihatlah dirinya, punya wajah tampan, hidup enak dan seorang CEO. Apa kurangnya kamu?"
"Bodoh? Apa terlihat bodoh jika aku hanya mengejar wanita yang tidak dapat ku miliki?"
"Iya Zico, sangat bodoh. Seharusnya kamu sadar, kamu membuang - buang waktu yang tidak penting dengan mengejar Lyra." Jelas Lexa.
"Hm, akan ku pikirkan lagi. Dan bagaimana dengan dirimu, apa kamu masih saja kamu mengejar Steve?" Tanya Zico balik.
"Hah, begini. Memang aku masih mengejarnya, tapi sekarang aku akan berpikir lebih dewasa lagi. Steve sudah ada orang yang menempati hatinya, setiap kali aku melihatnya dan Lyra. Dada ku merasa sesak, lagi - lagi aku terluka. Pedih namun tidak berdarah. Daripada aku tersiksa, ada baiknya aku pergi dari hidupnya. Dan menjadi teman biasa." Jawab Lexa dengan mata berkaca - kaca.
Air mata Lexa pun mengalir, mengingat penolakan setiap kali Steve katakan padanya. Zico yang tidak tega dan merasa sedih melihat Lexa, langsung mengeluarkan sapu tangan dari balik jasnya dan menyeka air mata Lexa. Lexa langsung melihat kearah Zico yang sedang menyeka air matanya. Lexa dengan cepat mengambil sapu tangan dari Zico, lalu menyeka air mata nya sendiri.
"M - maafkan aku. Sapu tanganmu akan aku kembalikan nanti." Lirih Lexa. Zico hanya mengangguk mengiyakan. Makanan mereka pun tiba, mereka segera menghabisi makan yang dipesan.
"Ini enak." Puji Zico.
"Tentu saja enak." Jawab Lexa.
....
"Terima kasih traktiran nya." Kata Zico.
"Sama - sama." Jawab Lexa.
Setelah makan, mereka pulang ke rumah masing - masing.
Zico sempat memikirkan perkataan Lexa, yang mungkin ada benarnya juga.
"Kenapa aku sangat bodoh? Jika sedari dulu aku melepaskan Lyra, pasti juga aku tidak akan menderita patah hati begini." Guman Zico pada dirinya.
Lexa yang merasa sangat bersalah pada Zico karena menanyakan hal yang tidak penting di tempat makan tadi. Sebenarnya, Lexa hanya ingin membantu Zico untuk melupakan Lyra. Karena mungkin, Lexa berpikir posisi nya dan Zico itu saam - sama patah hati. Agar tidak patah hati lebih dalam lagi. Lexa berniat untuk menyadarkan Zico masih mengejar Lyra.
Lexa bisa mengatakan hal itu karena melihat Zico dan Steve berdebat di ruang rapat. Setelah Zico pergi, Lexa melihat bahwa Steve dan Lyra sangat menyayangi. Lexa berpikir tidak ada salahnya, jika melepaskan orang yang ia kejar - kejar selama ini. Lexa berpikir juga, jika dirinya terus menerus mengejar Steve. Pasti lah Steve akan menolaknya berkali - kali.
"Mungkin ini jalan yang terbaik." Guman Lexa.
....
"Semuanya tugas sudah selesai Steve, kata ketua karyawan." Kata Lyra yang sibuk bersantai memakan es krimnya.
"Oh begitu, baiklah." Kata Steve yang kemudian menutup laptopnya. Steve berjalan menghampiri Lyra.
"Makan tapi tidak bagi - bagi." Gerutu Steve.
"Siapa bilang, ambil saja. Kalau mau makan." Jawab Lyra.
"Minta sedikit...."
"Nih, ambil." Kata Lyra menyodorkan cup es krim pada Steve.
"Terima kasih ratuku." Puji Steve.
"Sama - sama." Jawab Lyra.
Lyra kemudian memegang kepalanya lalu menutup mata. Sebuah bayangan terlintas di dalam pikiran Lyra, gambaran tentang orang - orang yang sibuk membayar pajak dan melihat sebuah kalung emas terjatuh dalam hutan. Steve yang khawatir langsung menggendong Lyra menuju kamarnya. Steve membaringkan Lyra di tempat tidur.
"Lyra, kamu kenapa?" Tanya Steve khawatir.
"Aku... aku melihat orang - orang yang sibuk membayar pajak, dan sebuah kalung emas terjatuh di dalam hutan." Jelas Lyra.
"Tenang ya Lyra, semua akan baik - baik saja. Coba kamu ingat dan tebak. Kalung emas itu punya siapa?" Tanya Steve.
"Hm, sepertinya itu punya ku. Apa aku benar?"
"Benar Lyra. Itu hadiah ulang tahun yang aku berikan padamu." Kata Steve.
"Benarkah, wah. Itu kalung sangat indah."
"Dan bagaimana dengan orang - orang yang sibuk membayar pajak?" Tanya Steve lagi.
"Seperti orang - orang membayar pajak untuk ayahmu."
"Benar sekali Lyra. Sebaiknya kamu istirahat dulu. Seperti kamu terlihat kelelahan." Kata Steve.
"Baiklah."
Lyra kemudian memejamkan matanya, dan tidur. Dan tidak sadar bahwa dirinya tidur sangat lama. Hingga bangun di pagi harinya.
....
"Sepertinya aku tidur lama sekali." Lirih Lyra.
Lyra kemudian membuka matanya dan melihat Steve yang tertidur pulas menggenggam tangannya.
"Seperti Steve menungguku bangun dari semalam." Guman Lyra.
Lyra mengelus - elus rambut Steve pelan - pelan. Steve kemudian membuka mata nya perlahan.
"Sudah bangun?" Tanya Steve yang masih mengantuk.
"Iya. Ayo bersiap - siap, sebentar lagi kita akan ke kantor." Kata Lyra yang bangkit dari tempat tidurnya.
"Baiklah." Lirih Steve yang kemudian bangkit dan berjalan menuju kamarnya.
....
Steve dan Lyra yang selesai sarapan langsung berangkat ke tempat kerja. Dan berharap bahwa hari ini adalah hari keberuntungan mereka. Sesampainya di kantor, Zico sudah menunggu mereka terlebih dahulu. Steve dan Lyra masuk kedalam ruang rapat.
"Bagaimana? Bisa kita mulai permainan caturnya?" Tanya Steve.
"Seperti nya aku tidak bisa." Jawab Zico.
"Kenapa? Apa kamu takut?"
Zico menggelengkan kepalanya dan tersenyum kearah Steve dan Lyra.
"Bukannya aku takut. Tapi aku akan berhenti mengejar Lyra." Kata Zico.
"Apa aku tidak salah dengar? Ada apa denganmu?" Tanya Steve yang bingung dengan sifat Zico yang berubah drastis.
"Aku berpikir, ini demi kebahagiaan kalian berdua. Karena menurut ku, diriku tidak akan mendapat tempat dihati Lyra. Karena itu mustahil. Lagi pula kalian berdua sangat cocok. Aku akan berhenti mengganggu kalian berdua. Aku juga akan belajar lebih dewasa lagi kedepannya." Jelas Zico.
Steve dan Lyra yang mendengar penjelasan Zico merasa sedih, karena harus merelakan orang yang tidak dapat memiliki orang yang ia cintai. Mendengar hal itu, Lexa hanya tersenyum. Karena Zico mau berhenti untuk mengejar orang yang tidak dapat dimiliki, termasuk juga dirinya.
Tidak ada salahnya, mengikhlaskan orang yang kita cintai bersama orang lain. Karena mengikhlaskan kepergian orang yang kita cintai bersama orang lain. Bisa juga menjadi tanda cinta yang paling tulus. Yang tidak akan pernah terlihat sama sekali."
-Zico Alvano