{Aria}
Langkah Aria bergema di koridor kosong saat dia dan Nyonya Belstadt mendekati kamar tidur kerajaannya. Beban dari wahyu yang dia terima semakin membuat setiap langkahnya terasa seperti usaha yang besar.
Mata zamrud Nyonya Belstadt berkilauan dalam cahaya obor yang berkelip-kelip.
"Ingat, Yang Mulia," katanya, suaranya rendah dan mendesak. "Kerahasiaan adalah yang terutama. Nasib kerajaan kita mungkin kini bergantung pada pundakmu."
Aria mengangguk, tenggorokannya terlalu ketat untuk berkata. Saat mereka sampai di pintu kamarnya, dia berhenti, tangannya di gagang pintu yang rumit.
"Nyonya Belstadt," dia akhirnya bisa berkata, "terima kasih. Atas kepercayaanmu kepada saya."
Bibir wanita yang lebih tua itu terangkat menjadi senyum yang tidak sepenuhnya sampai ke matanya.
"Oh, sayangku. Kesenangannya adalah milikku sepenuhnya."