"Jadi bagaimana menurutmu?" Tanya tetua Bao tanpa mengalihkan pandangannya dari Fu Xie Lan yang masih terbaring tak sadarkan diri.
"Berdasarkan magic book, aku mangambil kesimpulan bahwa dalam tubuh gadis itu terdapat dua jiwa, terbukti dengan bereaksinya segel itu dalam tubuhnya. Hanya saja..."
"Hanya saja?"
"Tidak peduli berapa simpul pada segel itu terbuka, ketika silver blood moon terjadi segel itu akan tetap hancur. Dengan kata lain kedua jiwa gadis itu akan tetap menghilang yang artinya kematian," ucap tetua Chen menghela napas berat.
"Jadi bagaimana? Apa yang akan kamu lakukan sekarang?" tanya tetua Bao.
"Err... Seharusnya aku yang bertanya begitu. Kamu yang membawanya kemari. Aku hanya membantumu sebisaku" jawab tetua Chen memutar bola matanya jengah.
Tetua Bao hanya tersenyum kecil sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Apa yang akan kamu lakukan padanya?" tanya tetua Chen.
"Hmm.. entahlah. Aku juga bingung. Pertama kali aku bertemu dengannya tubuhnya berlumuran darah. Jika boleh jujur aku sangat kasihan, ditambah anak itu tidak memahami kondisi tubuhnya. Mungkin lebih baik aku menjadikannya muridku saja," ucap tetua Bao sembari menghela napas.
"Hah? Apa kamu yakin? Seperti bukan dirimu saja," Sanggah tetua Chen. Selama ini, ia mengetahui bahwa sahabatnya itu tidak pernah tertarik untuk memiliki murid meskipun sangat banyak yang ingin menjadi muridnya. Menurutnya itu sangat merepotkan. Dan sekarang, ia menginginkan gadis yang asal usulnya tidak jelas untuk menjadi muridnya?
"Yakin? Aku ingin menjadikannya muridku bukan karena aku ingin membimbingnya, namun aku hanya ingin melindunginya. Dengan gelar sebagai muridku tidak ada yang akan berani mengganggunya. Setidaknya sampai saat itu tiba. Hanya ini yang bisa aku lakukan," ucapnya memutuskan.
Pemuda yang duduk terdiam di sebelah tempat tidur Fu Xie Lan tidak melewatkan satupun ucapan dari tetua Chen dan Tetua Bao.
Ia benar benar menyadari bagaimana kondisi ibunya.
Tangannya terkepal erat, rasa marah, sedih, kecewa bercampur menjadi satu dalam dirinya.
Bukan pertemuan seperti ini yang ia inginkan. Ia baru pertama kali bertemu ibunya dan harus kembali berpisah hanya karena segel bodoh itu. Ia tidak terima.
"Nak, tidakkah kamu pikir bahwa kamu seharusnya bertemu ayahmu?" Suara tetua Chen tiba tiba mengalihkan perhatiannya. Selama dua hari ini, ketika Fu Xie Lan masih belum sadarkan diri. Tetua Chen dan tua Bao menceritakan segalanya pada pemuda itu, termasuk Lord Gu dan kejadian 700 tahun yang lalu.
"Sebelumnya aku memang menginginkan itu, hanya saja setelah bertemu ibu, sepertinya ia lebih membutuhkanku," pikir pemuda itu.
"Aku memang sangat ingin bertemu dengannya paman. Tapi tidak sekarang. Dan lagi, bisakah paman merahasiakan segala hal tentangku dan gadis ini kepada orang lain?" ucapnya kemudian menoleh pada dua pria tua yang duduk di sudut ruangan.
Ia tidak ingin identitasnya diketahui oleh orang lain, termasuk identitas gadis ini. Ia tidak tahu bahaya macam apa yang akan menghampiri ibunya. Terlebih dalam tubuhnya terdapat darah manusia. Selain itu, sebelum menemukan cara agar ibunya bisa terbebas dari segel itu tanpa kehilangan jiwanya, ia akan terus merahasiakan identitas sebenarnya, penyihir hitam yang menghilang setelah kejadian itu juga tak ada yang bisa menjamin bahwa mereka tidak akan muncul kembali. Ini semua ia lakukan demi kebaikan dan keamanan ibunya. Ya, hanya itu satu satunya cara.
Tetua Chen dan tetua Bao saling memandang, hal sama muncul dalam benak mereka, "apakah pemuda ini jatuh cinta pada gadis itu?". Mereka benar benar tidak menyadari keanehan pemuda itu yang tiba tiba berbalik menuju ruangan yang bahkan tak ia ketahui sebelumnya.
"Baiklah, jika itu maumu. Kami juga tak akan bertanya kenapa. Kamu pasti memiliki alasan khusus". Jawab tetua Bao tersipu malu.
Seketika tetua chen memiliki perasaan ingin membuang tetua Bao ke Neraka melihat tingkahnya yang eksintrik.
Pemuda itu adalah putra Lord Gu, keberanian macam apa yang mereka miliki untuk menentang perintahnya? Kecuali jika mereka sudah bosan hidup. Mengajaknya berbicara layaknya orang biasa saja sudah sangat berat bagi mereka. Bukannya mereka tidak menghormati atau menghargai putra sang penguasa itu, hanya saja, ini adalah permintaan pemuda itu untuk bersikap biasa saja padanya.
***
Situasi di dalam aula istana sangat menegangkan. Bergerak sedikit saja bisa menjadi penyebab mereka terbunuh. Mereka adalah orang orang yang telah menyusuri hutan terlarang.
Masing masing kelompok memberi laporan mengenai hasil penelusuran mereka, termasuk keberadaan gadis manusia yang tiba tiba menghilang.
Entah hal itu bisa dikatakan laporan baik atau tidak, karena apa yang mereka laporkan kurang lebih sama. Tak ada hal aneh ataupun janggal yang mereka temukan selain gadis manusia itu. Padahal mereka menelusuri hutan itu dua kali dalam jangka waktu hanya tiga hari, tapi tetap saja tak menemukan apa apa.
Lord Gu yang mendengarkan laporan laporan itu hanya duduk terdiam di singgasananya dengan salah satu tangan menopang dagunya. Ia memang tidak melakukan apa-apa namun aura membunuh yang menguar dalam dirinya mengakibatkan tekanan atmosfir dalam ruangan yang menyulitkan siapa saja untuk sekedar bernapas.
Keringat dingin memenuhi sekujur tubuh tiap makhluk, berusaha meminimalkan deruan napas yang terengah-engah karena oksigen dalam ruangan seakan menipis.
Tiba tiba tubuh tetua You terlempar, membentur dinding aula dan memuntahkan darah.
"Apa kamu mencoba menipuku?" Suara dingin mencapai indra pendengaran tiap orang membuat tubuh mereka gemetar ketakutan.
"A..ampun yang mulia, ampuni hambamu yang lemah ini. Hambamu yang rendah ini tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu", ucap tetua you ketakutan, bersujud dilantai.
Tekanan udara dalam ruangan semakin menipis, membuat keberanian pengawal Bai Xue untuk bertindak dan berusaha meminimalkan amarah Lord Gu. Ia kemudian menjelaskan segalanya secara detail kepadanya.
Tubuh Bai Xue ikut terlempar membentur tiang aula, benturannya sangat keras. Membuatnya memuntahkan darah.
"Cihh....Sekali lagi kamu menyela, Mati."
"Ini belum cukup, aku menginginkan lebih" pikirnya menyeringai. Seringaian yang membuat Bai Mo yang berdiri di sisi Lord Gu bergidik ngeri. Pengawal Bai mo sudah pulih sejak sehari yang lalu, dan baru kembali ke istana hari ini.
Lord Gu kembali terdiam, menciptakan keheningan yang tak lebih seperti sebuah neraka bagi mereka.
Bukannya ia tidak mempercayai apa yang mereka katakan, hanya saja dua hari belakangan ini moodnya benar-benar berantakan, dan melepaskan kekesalannya kepada mereka ternyata tak mengubah banyak hal pada apa yang dirasakannya.
"Baiklah... Sampaikan pada para petinggi istana untuk memperketat keamanan di semua tempat, segera laporkan jika menemukan sesuatu yang tidak biasa," ucapnya, kemudian beranjak meninggalkan aula, tapi sebelum itu, langkahnya terhenti membuat beberapa orang yang sudah menghembuskan napas lega kembali menahan napas mereka.
"Kalian berdua ikut aku!" Ucapnya menyeringai. Yang ia maksud adalah pengawal Bai Mo dan Pengawal Bai Xue.
Keduanya saling melempar pandangan, bergidik ngeri. Sesuatu yang tidak baik pasti sedang menunggu mereka.
"Sesuai perintah yang mulia" ucap mereka bersamaan, kemudian menyusul Lord Gu meninggalkan aula.
Hembusan napas lega terdengar jelas dari setiap orang yang berada di aula, beberapa dari mereka membantu tetua You kemudian ikut meninggalkan aula istana.
Sementara Lord Gu yang diikuti kedua pengawalnya menghilang di ujung koridor. Kemana mereka pergi tak ada yang tahu.
.
.
.
Tiga sosok muncul di sebuah padang rumput yang sangat luas. Mereka adalah Lord Gu, pengawal Bai Mo dan pengawal Bai Xue.
"Siap menerima perintah, yang mulia" ucap kedua pengawal itu bersamaan mengambil posisi berlutut dengan hanya satu lutut yang menopang.
"Kalian... Serang aku!" Ucap lord Gu.
Kedua pengawal itu seketika jatuh terduduk di tanah karena terkejut.
"Ta..tapi yang mulia, ka..kami...."
"Jika tidak, persiapkan diri kalian" ucap lord Gu memotong ucapan Bai Mo kemudian mengambil jarak dan bersiap untuk menyerang.
Mungkin ini adalah cara yang tepat untuk melampiaskan amarah yang dirasakannya selama dua hari belakangan ini.
"Momo...lakukan sesuatu, Lord Gu sepertinya benar benar marah" rengek Bai Xue, memegang lengan Bai Mo.
"Diamlah bodoh.... Ini semua karena ulahmu tadi, sudah tahu ia tak suka disela masih saja melakukannya" ucap Bai Mo mendengus kesal.
Meskipun ia tidak terlalu yakin dengan apa yang diucapkannya, karena sepertinya ada sesuatu hal lain yang membuatnya sampai melakukan hal sejauh ini. Selama ia memulihkan diri, sepertinya sesuatu terjadi pada tuannya.
Flashback On
Sudah sehari sejak ia memberi perintah penelusuran hutan terlarang. Mana besar yang dikatakan tetua You, ia juga merasakannya. Angin berhembus pelan dari sisi jendela tempatnya berdiri.
Tiba tiba seluruh tubuhnya menjadi tegang dan kaku, jantungnya berpacu tak terkendali, deru napasnya memburu. Aroma manis raspberry bercampur jasmine menggelitik indra penciumannya. Meskipun sekilas namun aroma itu membuat perubahan besar dalam dirinya. Aroma yang sangat ia rindukan, aroma yang selalu membuatnya ketagihan. Aroma ratu Yu Yi. Istrinya.