Download App
24.39% Putri Dari Akkadia: Cinta Setinggi Langit Dan Bintang / Chapter 80: Enam Kursi Kosong

Chapter 80: Enam Kursi Kosong

Acara dimulai dengan sambutan Direktur Utama SpaceLab, James Falk, yang menyampaikan ucapan selamat datang dan penghormatan kepada para tamu yang hadir.

Saat itulah Haoran menyadari bahwa enam kursi yang ada di sampingnya tidak diisi. Tadinya ia mengira tamu VVIP yang duduk di situ hanya sekadar terlambat, tetapi kemudian ia menyadari bahwa tidak mungkin ada orang yang akan datang terlambat ke acara sepenting ini, apalagi sesi pertama sengaja dimulai pukul 10, tidak terlalu pagi untuk standar sebuah acara.

Tidak ada tulisan nama tamu di punggung keenam kursi tersebut. Ia dan Emma saling bertukar pandang keheranan.

Seolah keenam kursi tersebut sengaja dikosongkan karena mereka tahu sang tamu tidak akan datang. Lalu kalau memang tidak datang, kenapa kursinya tidak diberikan kepada orang lain saja? Karena ia sangat penasaran, akhirnya Haoran menoleh kepada Ayahnya dan berbisik meminta penjelasan.

"Ayah.. keenam kursi yang ada di sebelah situ kenapa dikosongkan? Apakah memang sengaja?"

Tuan Lee menoleh sekilas ke arah yang dimaksud Haoran dan mengangguk. "Benar. Itu tempat kehormatan untuk pemilik RMI. Kau tahu, RMI atau dulu dikenal sebagai Rhionen Industries adalah penggagas mula-mula inisiatif SpaceLab ini, bisa dibilang mereka adalah pendiri dan investor tunggal sebelum SpaceLab berdiri sendiri dan menjadi milik banyak perusahaan dan organisasi. Karenanya sampai kapan pun RMI akan mendapatkan tempat kehormatan di acara-acara umum SpaceLab."

"Oh..." Haoran mengangguk paham. Ia pernah mendengar tentang RMI dan pemiliknya yang kontroversial. Tetapi ia tidak mengerti kenapa mereka tidak datang di acara sepenting ini kalau memang mereka merupakan penggagas SpaceLab dari awal. "Lalu kenapa mereka tidak datang, Ayah?"

"Mereka masih berduka atas peristiwa yang terjadi tahun lalu," jawab Tuan Lee. "Tidak bisa disalahkan sih... Siapa pun keluarga yang mengalami peristiwa seberat itu pasti akan berduka demikian mendalam."

Haoran tertegun. Ingatannya kembali pada berita yang sempat heboh selama berminggu-minggu di pertengahan tahun 2056 lalu, tepat setelah ia dan Emma pulang dari karyawisata ke Paris. Saat itu ia melihat wajah Elios Linden di mana-mana, padahal sebelumnya pria itu dikenal sangat tertutup. Ah.. rupanya keluarga Linden masih berduka.

Ia melirik keenam kursi itu lagi dan menarik napas panjang. Dari apa yang didengarnya keluarga itu adalah keluarga idaman yang sempurna. Bukan saja pasangan suami istri itu sangat rupawan, mereka juga terlihat sangat saling mencintai. Anak-anak mereka sungguh beruntung memiliki orang tua yang demikian penyayang. Ah... kursi ini pasti mewakili Elios Linden, istri, dan keempat anak mereka.

Ia lalu melirik ayahnya yang sedang memperhatikan dengan saksama pidato James Falk. Ia tak kuasa untuk tidak membandingkan antara ayahnya dan Elios Linden. Seandainya ayahnya ini seperti Elios Linden yang sangat mencintai istrinya, mungkin Haoran masih memiliki keluarga yang utuh. Ayahnya tidak perlu mengusir ibu Haoran dan menikah lagi.

Selama lima tahun ini ia berusaha memahami apa yang menjadi penyebab perpisahan di antara orang tuanya agar ia dapat menemukan alasan untuk menerima kenyataan dan memaafkan ayahnya. Tetapi, nyatanya... tidak ada alasan yang tepat. Ibunya tidak selingkuh, tidak berbuat jahat, tidak berbuat hal-hal yang merugikan reputasi ataupun bisnis keluarga Lee.

Ayahnya hanya berhenti mencintai ibunya dan terpikat kepada wanita lain. Itu saja. Dan wanita busuk itulah yang membuat Tuan Lee menjadi semakin buruk memperlakukan mantan istrinya, hingga akhirnya membuat Haoran sama sekali tidak dapat lagi bertemu sang ibu.

Karena itulah kebencian Haoran menjadi semakin bertambah-tambah, seiring dengan bertambahnya usianya. Ia menahan perasaan bencinya di dada dan berusaha memfokuskan perhatiannya pada pidato James Falk.

__Tidak usah memikirkan hal itu terus__

Emma yang mengerti apa yang sedang dipikirkan Haoran telah mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan pemuda itu. Ahh.. Haoran tidak jadi merasa murung. Ia tersenyum sedikit dan ikut memusatkan perhatiannya kepada sambutan James Falk di atas panggung.

Setelah beberapa acara sambutan, laporan, dan lain-lain, tibalah saat yang ditunggu-tunggu, presentasi Direktur Space Exploration SpaceLab, Profesor Renald Hanenberg. Auditorium menjadi gelap dan hanya menampilkan lampu sorot pada sosok muda dan tampan yang ada di atas panggung.

Seperti biasa Profesor Ren Hanenberg mengenakan pakaian serba gelap yang tampak sangat formal. Ini adalah pertama kalinya Haoran melihat langsung pria genius itu, dan bahkan sebagai lelaki ia merasa terkesan.

"Dia tampan sekali... kau tidak naksir dia? Kalian kan sama-sama genius," bisik Haoran sambil nyengir ke arah Emma. Gadis itu hanya tersenyum mendengar kata-kata Haoran.

"Kenapa? Kau cemburu?" Gadis itu bertanya balik. "Kau tidak cemburu saat aku bilang Allan menyukaiku."

"Hahaha.. itu karena aku tahu Allan bukan saingan buatku. Tapi kalau Ren Hanenberg...." Haoran memandang pria yang sedang berbicara di depan dengan wajah serius itu. Wajahnya tersenyum sedikit. "Aku pernah mendengar dari ayahku tentang siapa Profesor Ren Hanenberg sebenarnya. Saat SpaceLab mempekerjakannya, mereka harus menyelidiki latar belakangnya termasuk siapa keluarganya yang sebenarnya. Jadi, walaupun ia menyembunyikan informasi itu dari publik, rata-rata petinggi SpaceLab tahu siapa dia sebenarnya."

"Memangnya siapa dia sebenarnya?" tanya Emma keheranan. "Dia memang genius, tapi kan ada banyak orang genius di dunia ini."

"Aku tidak mau bilang siapa dia sebenarnya. Nanti kau jatuh cinta kepadanya," jawab Haoran. Dan setelahnya ia sengaja memikirkan hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan Ren Hanenberg agar Emma tidak dapat membaca pikirannya tentang identitas Ren sebenarnya.

"Ughh.. kau menyebalkan. Kalau tidak ingin aku menjadi penasaran, seharusnya kau tidak usah bilang," omel Emma akhirnya. "Kau kan tahu aku bisa memaksamu bicara..."

"Aku tahu kau bisa memaksaku bicara dan memaksaku melakukan apa pun yang kau inginkan... tetapi kau tidak akan melakukannya," kata Haoran sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Ssshhh..."

Keduanya segera terdiam ketika mendengar suara Tuan Lee memberi tanda agar mereka tidak berbisik-bisik terus. Haoran dan Emma sadar mereka membawa nama baik Lee Industries dan tidak boleh menarik perhatian yang tidak diinginkan. Karenanya mereka berdua kembali memperhatikan ke depan.

Ren Hanenberg sedang menjelaskan beberapa istilah teknis tentang teknologi mesin terbaru yang bisa membawa pesawat antariksa untuk terbang lebih cepat. Di sebelah kirinya ada hologram tiga dimensi yang menggambarkan bumi, bulan, dan beberapa planet lain di tata surya, serta model beberapa jenis pesawat antariksa baru yang sedang dikembangkan SpaceLab.

Presentasinya sangat menarik dan berkali-kali terdengar suara desahan kagum di antara para hadirin. Satu jam kemudian, ketika ia mengakhiri presentasinya, serentak para hadirin berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah.

"Ayah, apakah kita akan bertemu Profesor Ren Hanenberg nanti? Kami sangat ingin bertemu dengannya. Semua yang disampaikannya tadi sangat mengagumkan," kata Haoran antusias sambil menoleh ke arah ayahnya.

Tuan Lee mengangguk. "Bisa. Nanti di acara makan siang bersama aku akan mengundangnya ke meja kita."

"Wahh... senang sekali! Terima kasih, ayah!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C80
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login