Download App
12.55% Princess Pamela / Chapter 30: Wajah Asli Pamela

Chapter 30: Wajah Asli Pamela

Dalam mimpi itu, mereka benar-benar tampak mesra layaknya sepasang kekasih pada umumnya.

Pamela benar-benar bahagia dengan semua ini. Akhirnya dia bisa merasakan indahnya berpacaran.

Seumur hidupnya dia tak pernah sedekat ini dengan laki-laki mana pun. Bahkan dengan ayahnya saja, dia seperti memiliki jarak pembatas. Pamela menjauh bukan karena tak sayang, hanya saja, dia tidak mau menahan sesak atas kepelitan Devian sang ayah.

'Ya, Tuhan. Hatiku benar-benar bahagia. Andai saja ini semua bukan mimpi,' batin Pamela.

Bukan hanya Pamela yang merasakan kebahagiaan ini, namun juga Drak.

Hampir sama dengan Pamela, sebelumnya dia tak pernah bermesraan dengan wanita senyaman ini. Hanya Pamela yang mampu membuatnya merasa hangat, dan seperti mendapatkan tempat terbaik.

Namun sayangnya kebahagiaan itu telah berakhir.

Pamela terbangun dari tidurnya, begitu pula dengan Drak.

Mereka sama-sama membuka mata, dan ternyata hari sudah mulai pagi.

Terlihat sorot mentari yang mulai menerobos jendela kamar.

Keduanya tampak canggung, dan mulai memalingkan wajahnya masing-masing. Tentu saja mereka harus beradaptasi dari dunia mimpi ke dunia nyata.

Dunia nyata tak seindah dunia mimpi mereka semalam.

"Ah, sudah pagi rupanya!" tukas Pamela seraya bangkit dari atas ranjang.

Lalu Drak tiba-tiba menarik tangan Pamela.

"Kau mau kemana?" tanya Drak.

"Aku ... mau, mandi!" jawab Pamela dengan suara agak bergetar.

"Bukanya semalam kau sudah mandi?" tanya Drak.

"Memangnya kenapa kalau aku mandi lagi? Dan kau juga kenapa memegang tanganku? Tadi saja tidak mau melihat wajahku?" protes Pamela kepada Drak.

Pria itu pun tak mau terima mendapatkan ucapan kasar dari Pamela.

"Kau juga memalingkan wajah dariku! Kau itu sombong, Pamela! Jadi wajar saja kalau aku juga memalingkan wajahku dan enggan menatapmu!" jawab Drak.

Pamela terdiam sesaat mendengarnya. Dan apa yang dikatakan oleh Drak itu nyaris benar.

'Ya ... aku memang memalingkan wajahku darimu, Drak. Tapi bukan karena aku sombong. Namun aku tidak siap bertatap mata secara langsung dengamu, Drak. Karena jantungku seperti ingin lompat,' batin Pamela.

"Kenapa diam?" tanya Drak.

Pamela mengerjapkan matanya dengan cepat.

"Aku, tadi ... bukan memalingkan wajah, tapi aku sedang—"

"Ah, sudah jangan banyak bicara! Kamu mau dengar tidak tentang mimpiku yang semalam?" tanya Drak.

"Mi-minmpi?" tanya Pamela dengan wajah yang pucat.

'Semalam aku juga bermimpi. Dan aku tengah bermesraan dengan Drak. Lalu apa mimpiku ini sama dengan mimpinya Drak, ya?' batin Pamela.

Drak merangkul pundak Pamela.

"Pamela, aku semalam bermimpi tentang dirimu, dan aku—" Namun Pamela segera memotong ucapan Drak.

"Apa kamu bermimpi tengah bermesraan denganku?" tanya Pamela dengan raut wajah penasaran.

Drak terdiam sesaat, 'aku tidak mungkin mengatakan jika semalam itu, aku memang bermesraan dengannya! Gengsi, 'kan?' batin Drak.

'Ah, astaga! Kenapa aku tadi hampir saja ceroboh? Ah... tidak! Tidak! Aku tidak boleh berkata jujur!" bicara Drak di dalam hati.

Akhirnya Drak pun mulai mengarang cerita untuk mengelabui Pamela tentang mimpi yang ia alami semalam.

"Ehem! Jadi dalam mimpiku semalam, aku sedang berdua denganmu. Di sebuah danau yang ada di ujung kerajaan Lacuna Dark!" tukasnya.

"Apa?" Pamela tampak syok dan juga kecewa mendengar ucapan Drak.

Dia pikir mimpinya sama dengan pria itu, namun nyatanya berbeda. Drak bercerita tentang danau di ujung Lacuna Dark, setahunya danau itu adalah tempat yang sangat menyeramkan.

Di danau itu ada banyak sekali monster menakutkan yang bersemayam. Mereka sering memangsa manusia, binatang, dan bahkan makhluk lain yang jauh lebih lemah dari mereka.

Pamela memang belum pernah berkunjung langsung ke tempat itu, namun Camelia pernah menceritakan tentang danau tersebut kepadanya.

"Untuk apa kita berduaan di tempat itu?" tanya Pamela.

"Apa lagi? Ya tentu saja aku hendak mendorong tubuhmu ke dalam danau itu!" jawab Drak.

"Hah?! Yang benar saja?!" Pamela semakin syok.

Drak malah tertawa selengean melihat Pamela yang ketakutan.

"Tentu saja! Aku menggunakan tubuhmu sebagai umpan para monster hitam peliharaanku!" jawab Drak dengan senyuman kejamnya.

Jantung Pamela benar-benar berdegup kencang tak terkendali, dan kali ini berdegup bukan karena dia yang sedang jatuh cinta, melainkan karena merasa ketakutan oleh ucapan Drak.

'Ya, ampun! Baru kali ini aku merasa kesal dengan orang tampan. Eh, maksudnya bukan kesal, tapi takut! Kalau begini caranya aku lebih baik berhadapan dengan Brandon. Biarpun dia satu tingkat ketampanannya di bawah Drak, namun setidaknya ... dia tidak pernah membunuh orang, apalagi menggunakan orang untuk dijadikan umpan makluk peliharaannya yang menyeramkan itu!' batin Pamela.

Drak melirik ke arah Pamela yang ketakutan.

'Kasian juga dia jadi ketakutan!' bicaranya di dalam hati. 'Eh! Tunggu!' Drak menajamkan kedua matanya.

'Sejak kapan aku merasa kasihan kepada orang?' Drak mulai merasa jati dirinya hampir saja hilang.

Kemudian Drak menarik tangan Pamela dengan kasar.

"Akh! Kau mau apa?" teriak Pamela.

"Aku mau mengahajarmu!" jawab Drak.

"Hei, kau ini sudah gila, ya! Kau, 'kan sudah berjanji tidak akan menyakitiku!" protes Pamela.

"Tidak bisa! Karena pagi ini kau sudah membuatku kesal!" ujar Drak.

"Hei, aku tidak berbuat apa-apa, Drak!" ujar Pamela membela diri. Toh memang dia tidak melakukan kesalahan walau sedikitpun.

"Pokoknya kamu itu menyebalkan!" pekik Drak, lalu pria itu mencengkram lengan Pamela dengan erat.

'Tidak! Aku tidak boleh lemah! Sebaiknya aku harus menggunakan kekutanku!' batin Pamela. Lalu gadis itu mulai menggerakan ujung jarinya untuk mengeluarkan kekuatan sihir, namun Drak sudah menyadarinya terlebih dahulu. Kemudian pria itu menampik ujung jari Pamela agar tidak bisa mengeluarkan kekuatan sihirnya.

"Kamu tidak bisa melawanku!" bentak Drak.

Kedua mata Pamela kembali menajam. Dia begitu panik dan takut Drak akan benar-benar berbuat jahat kepadanya.

Tak ada pilihan lain, Pamela pun berteriak dengan kencang.

"TOLONG! SUAMI SAYA JAHA—" Seketika Drak membungkam mulut Pamela.

Dia membekapnya dan menjatuhkan tubuh gadis itu di atas kasur, kemudian Drak menindihnya dengan tubuh kekarnya.

"Ump! Ump!"

"Diam, Pamela!" bentak Drak.

"Ump! Ump!" Pamela masih berusaha untuk berteriak walau mulutnya masih terbungkam.

"Baik, aku tidak akan melakukan hal buruk kepadamu. Tapi tolong jangan berteriak lagi!" ucap Drak.

Perlahan Pamela menghentikan teriakan itu.

Drak pun juga mulai melepaskan telapak tangannya yang membekap mulut mungil Pamela.

Suasana mendadak hening, mata mereka saling berhadapan.

Seperti ada sebuah magnet yang membuat keduanya tak bisa lepas.

Perlahan wajah Pamela berubah ke wajah aslinya.

Drak sedikit syok, namun juga terpesona.

Kini bukan lagi wajah Ximena yang ia pandangi, akan tetapi wajah Pamela.

"Kau, cantik ...." Puji Drak secara reflek.

"Kau tadi bilang apa, Drak?" tanya Pamela.

Bersambung ....


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C30
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login