"udah nyampek al!" tanya Dodik yang sudah berdiri disampingku. "Nita kamu gapapa kan?" Dodik mengalihkan pandangan. Aku dan Nita melihat kearah Dodik.
"gapapa kok dik, makasi " jawabnya." kan ada aldo! " lanjutnya. Aku tersenyum, Dodik tertawa.
" udah habis dik! " sahutku. Nita melihat ku, gak paham ucapanku.
" apanya? " tanya Elisa dari jok belakang nampak serius menanggapi ucapan ku.
" airmatanya! " jawab ku diikuti cubitan Nita. Kali ini agak lebih sakit. Aku, Dodik dan Elisa pun tertawa.
" udah ah bercanda nya, tuh dah nyampek! " Nita mengalihkan perhatian kami kedepan kaca bus.
Terlihat mobil ayah Nita sudah sampai didepan rumah Nita duluan. Rumah dengan bangunan lumayan besar bercat tembok warna putih itu terletak dipojok sebuah perempatan jalan.
Nampak beberapa saudara Nita menyambut kedatangan mereka diteras, aku dan Nita turun dari bis melihat sekilas sekitar suasana tempat itu. Gak banyak kendaraan yang lewat sepertinya. Kota ini terkesan lebih sepi dari kotaku.
Nita melangkah ke arah rumahnya, "aku masuk dulu ya al?" pamit Nita, aku mengangguk."kamu tunggu didepan ya sama anak-anak, gapapa kan? " tanya Nita.
" gapapa kok! " jawab ku seraya memperhatikan Nita yang berjalan kerumah dan disambut beberapa saudaranya.
Aku melangkah ke halaman rumah Nita, ada Hadi disana.
" al kamu gapapa kan, jadi pucat gitu? " tanya Hadi melihatku menghampirinya sedang duduk dibangku taman.
" Nita had, kasian " jawab ku.
" ya gimana lagi al, sudah kehendak orang tuanya! " Hadi menanggapi, aku mengangkat kedua alis mata.
Sesaat Nita sudah keluar dari rumah dan mendekatiku sama Hadi.
" kamu gak makan had, tuh udah siap! " Nita menoleh ke arah meja penuh aneka makanan. Prasmanan.
" iya nih Nita udah laper! " jawab Hadi sambil mengelus rambutnya." kamu al? " Lanjutnya.
" ntar aja had.! "
" gak enak makan ya? " Hadi bercanda trus berlalu kearah meja. Aku cuma senyum. Nita juga.
"aku ambilkan makan ya al,Ada soto sama Rawon,.. Mau? Atau pecel sukaanmu kan?" Nita bertanya sambil melebarkan matanya.Meyakinkan ku.
"gak lah.. Masih kenyang!" jawabku setelah melihatnya sebentar dan kembali melihat pada teman teman.
" kan belum makan, kok udah kenyang.. " tanya Nita lagi sambil tersenyum.
Aku cuma senyum mendengar pertanyaan kedua Nita.
Ya, aku gak merasakan lapar diperutku yang gak seberapa langsing ini. Yang kurasakan sekarang adalah rasa haus ditenggorokan karena tak mampu lagi berucap saat melihat wajah Nita.
"es aja Nita, biar dingin kepalaku! " pintaku dan Nita pergi ke meja hidangan. Tapi entah aku berdiri dan mengikuti Nita yang sedang mengambil minum dan menyapa teman teman yang lagi menikmati hidangan.
" nih al " Nita menyodorkan es kelapa muda digelas plastik.
" makasi ya nita! " aku mengajak Nita kembali ke taman berbaur dengan yang lain. Aku juga gak mai terlihat sedih saat ini, aku harus juga bisa menahan gundah ini demi Nita.
Dan kami pun bercanda ngobrol tentang banyak hal, terutama tentang kota ini. Kota yang akan menampung tubuh Nita. Kota akan menyandera rasanya untuk waktu yang lama. Kota dimana separuh nafas rinduku akan bersemayam bersama deburan ombaknya.
Hampir senja waktu itu,begitu cepat kulewati kebersamaan ini. Tak terasa.
Langit mulai berbaur dengan warna yang hampir gelap menghitamkan bumi. Detik waktu berjalan mendekati waktunya.
Aku dan Nita masih duduk dibangku kayu jati dihalaman depan rumah Nita.
Aku memegang tangannya. "gak terasa ya Nita.. Udah hampir malam.. Anak anak udah pada capek tuh sebagian pada masuk bis..!" Aku mengalihkan pandangan ke bis yang parkir diseberang jalan.
"iya.. Kan dah dari jam brapa tadi berangkat al..! " Nita mengalihkan pandangan sejenak dan melihatku lagi.
" iya.. Tapi seneng kok mereka, biarin aja! " aku senyum melihatnya lalu mengarahkan pandangan melihat ke jalan.
"al..maaf ya.." suara Nita lirih , "kamu gapapa kan?"
"tak ada yang salah Nita,tak perlu kumaafkan.. aku dan kamu hanya bisa menjalani.." jawab ku berusaha menyejukkan hati Nita yang berkaca kaca.
"sudahlah Nita, Aku kan bisa main kesini sama anak-anak kalau ada waktu.. Kamu juga bisa main kesana..jangan nangis!aku makin sedih nanti " tanganku mengangkat dagunya yang tertunduk. Menguatkan hatinya.
___
Selepas sholat magrib berjamaah dimushola dekat rumah Nita, Aku dan yang lain bersiap untuk kembali pulang.
Teman teman nampak begitu menikmati kebersamaan perjalanan ini . Mereka tertawa lepas, saling menghibur.
Nampak raut raut wajah yang lelah namun terpuaskan dengan suasana hari ini.
"Nita, pulang dulu ya.. Semoga betah..! " Rosa menghampiri dan memeluk Nita." kapan kapan main lagi ya! " imbuhnya.
" makasi ya rosa udah ikut nganter! " Rosa tersenyum mendengar ucapan Nita dan berlalu kedalam rumah bersama untuk berpamitan pada orangtua Nita seperti yang lain. Dan aku juga.
" pak, bu saya pulang dulu " ibu menjabatku." titip Nita ya bu " ibu dan ayah Nita tersenyum.
" kapan kapan main ya al, sama anak-anak! " ucap ayah Nita. Setelahnya aku menuju bus yang sudah dihidupkan mesinnya. Nampak Nita sudah menunggu disamping pintu bus. Sama Elisa.
Kulangkahkan kaki mendekat sambil terus melihat Nita yang juga memperhatikanku.
"sudah tiba Nita,..Saat inilah yang paling membuat ku resah. " ucap ku sambil memegang bahunya dan menatap tajam matanya yang mulai tertunduk. Sepertinya tak mampu lagi melihatku.
" iya aldo..aku..uuu..! " Nita tak bisa lagi melanjutkan kata katanya. Dia menangis. Kedua tangannya menutup wajah ayu itu.
Hatiku kali ini benar benar tak sanggup melihat Nita menangis. Tanganku memegang bahunya, menarik tubuhnya dan kurengkuh. Ku benamkam dalam dadaku.
Agar Nita bisa mendengar detak jantungku yang saat ini berdegup keras, menahan perasaan yang sama denganya. Berat, teramat berat.
Tersakiti oleh jalan hidup Tuhan yang tak bisa kupilih, dan nanti dibenamkan Rindu.!
"Nita..lihat aku! " aku melonggarkan dekapan dan menatap wajahnya yang masih tertunduk.
" udah, yang lain udah masuk.. Nunggu aku.. Aku harus pergi... Ini.. Kangen buat kamu..! " Aku memasukkan tangan ke saku celana, dan mengeluarkan sebuah lipatan kertas. Nita menerimanya dan menggenggamnya erat.
_____________________
" Pamit Nita..
Aku pulang. Jangan lagi kau tangisi. Sudahi airmata itu.,Buat lah tegar, meski memang tak mudah...Aku tahu.!
Kapan aku pasti kembali, mungkin besok, atau lusa, tapi pasti, Tunggu saja "
______________________
Dan Nita terus melihatku, mulai berbalik menaiki tangga bis dibelakang Elisa, aku juga tak melepaskan pandangan darinya. Nita melonggarkan genggaman tangannya. Akupun sama.
Perlahan bis yang membawa aku dan teman teman bergerak meninggalkan jejaknya menjauh dari tempat Nita berdiri saat itu.
Dari kaca belakang bis itu aku, Elisa dan beberapa teman masih melihatnya , aku melambaikan tangan hingga ditikungan perempatan jalan dan menghilang dari pandangan Nita.
Itulah perasaan paling berat yang pernah kualami sampai saat itu. Saat aku harus melihat raga Nita semakin jauh kutinggalkan.
Itulah saat pertama aku merasakan sebuah perasaan ketika aku harus jauh dari kekasih.
Benar benar tak bisa Ku ungkapkan kesedihan hatiku ketika itu. Sungguh tak mampu kutulis dengan kata kata kamus pintar sekalipun.
Aku berjalan kekursi bis tempat duduk ku tadi waktu masih sama Nita, melihatmu sebentar bekas raga yang tadi siang duduk disana dan kulempar tubuh duduk dipinggir jendela.
Menerawangkan pandangan jauh menembus kelamnya malam yang menghitam seperti hatiku.
____________________________
"Rachma Yuanita,
jika Tuhan mengabulkan satu
permintaan saja saat ini,,,
Kumohon Dia
membatalkan Takdir Nya untuk kepergian mu!"
Aldo - di kamar
___________________________
"Kamu tau kenapa aku tak menangis?
Kalau aku menangis, siapa nanti yang menghapus
airmata mu,, siapa juga yang meredakan
kehilangan mu. Aku pasti sedih Nita.. Sungguh!tapi kamu tak melihatnya"
Cukup aku dan catatan ku- Mojokerto '93
_______________________
101120
Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!
Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!
Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius