Kini hanya tersisa keluarga kecil Rafka saja di rumah, juga Umar yang merupakan ayah mertua Rafka. Mereka semua sudah tertidur kecuali Rafka, semua kejadian hari itu benar-benar seperti mimpi yang paling burung untuknya. Sesaat ia berharap jika semuanya benar-benar mimpi, hingga saat terbangun nanti semua masih baik-baik saja.
Tapi itu tidak mungkin, karna faktanya semua itu adalah nyata. Kematian sang ibu itu benar-benar terjadi, bahkan ia sendiri yang menggendong jasad ibunya saat sebelum dan sesudah di mandikan. Rafka menghela nafas panjang, semua sudah berakhir. Ia tidak boleh terus seperti itu, ia harus bangkit untuk melanjutkan hidupnya. Akhirnya Rafka memejamkan matanya, ia mencoba menenangkan hatinya agar bisa tertidur. Perlahan tapi pasti Rafka pun tertidur, nafasnya teratur dan ekspresinya begitu tenang.