'Apapun yang terjadi, percayalah semua adalah yang terbaik,'
Tania berusaha mengingat apa yang Iqbal katakan padanya. 'Lakukan saja, ini yang terakhir. Dan saat lo gagal, pergilah dengan hidup lo yang lebih bahagia. Gue mengizinkan karena lo butuh bahagia dengan orang lain jika itu bukan Aldi,'
Iqbal adalah laki-laki sensitif, saat dia akan berbicara dengan seseorang soal perasaan, dia akan menjadi yang paling sensitif dan membuat orang terus tertuju padanya.
Ucapan, kata yang keluar, dan kelimat motivasi yang terus bermunculan dari mulut Iqbal adalah anugrah. Semua menjadi terhipnotis karena dia akan menjadi sangat bijak dan membuat perempuan tersipu malu.
"Boleh saya bertemu dengan pemilik perusahaan ini? Saya teman anaknya, nama saya Tania?" Yap! Dia di kantor perusahaan papa Aldi, dia terlalu nekat memang. Hanya saja ini akan terkesan menyenangkan saat Tania harus melakukan sesuatu yang berbahaya lalu berhasil.
"Apa kamu sudah membuat janji?" tqnya Resepionis itu dengan pelan, Tania menggelengkan kepalanya pelan. "Apa harus membuat janji dulu?" tanya Tania begitu saja, Resepsionis itu menganggukan kepalanya tegas sebagai jawaban baik.
"Iya, karena beliau (papa Aldi) tidak bisa ditemui jika kamu ingin bertemu hanya untuk bermain-main," Bukannya menyinggung, hanya saja Tania datang dengan lakaian lengkap sekolah miliknya.
Dan Resepsionis dengan umur dewasa itu sedang mengajari Tania dengan cara yang lembut dan halus. "Kamu bisa datang lagi ke sini dengan pakaian yang lebih rapi dan dengan janji yang sudah ditentukan," sebagai pengukiran paling lembut Tania menghel nafasnya berat.
"Ini soal Aldi, saya pacar anak pemilik perusahaan ini. Bukankah seharusnya saya bisa masuk?" Tania mengaku-ngaku, tidak ada cara lain selain ini maksud Tania.
"Ada urusan apa? Saya bisa menelfon beliau jika kamu ingin menyampaikan pesan untuknya," Tania memutar bola matanya malas. "Ini penting, serius, melibatkan nyawa, dan harga diri," ucap Tania dengan jelas. "Bicaralah dengannya dan saya akan menunggu sampai limabelas menit," Tania mengambil duduk di kursi tadi dengan diam.
Satu Resepsionis itu mulai menekan tombol untuk berbicara dengan, hati-hati. "Maaf, saya mengganggu pak. Ada satu perempuan seumuran dengan anak bapak yang nekad menunggu untuk menemui bapak karena dia bilang sesuatu yang ingin dia bicarakan adalah hal serius, penting dan bersangkutan dengan nyawa dan harga diri," papa Aldi menghela nafasnya berat.
"Bawa kemari, saya sedang tidak sibuk sekarang," perintah papa Aldi tanpa mencurigai apapun sedikitpun, Tania tersenyum puas saat dia mendapat lampu hijauh karena dia mendapat izin masuk dan diantarkan juga.
"Lantai duapuluh tiga," Ternyata Resepsionis itu hanya menekan lantai lift dan membiarkan Tania masuk sendiri. Sudah sampai di lift dan lantai duapuluh tiga, Tania mulai gugup. Sesuatu tolong dia!
Saat dia sampai, dia mulai keluar dari lift dan melihat pintu dengan tertulis. Direktur.
Tania mengetuk pintu ruangan itu dengan cepat dan dipersilahkan masuk dsngan lembut. "Duduklah," ucap seorang pria hampir tua itu dengan ramah.
"Ada apa? Ada masalah apa dengan anak saya," tanya papa Aldi dengan penasaran karena temannya sampai-sampai repot datang ke kantornya. "Soal anak bapak," ucap Tania ingin mengatakan sesuatu dengan cepat.
"Dia mengajak saya ke bar untuk sesekali minum karena dia sedikit frrutasi,"
"Hanya saja kemarin, dia terus mengatakan memiliki banyak masalah dengan pacarnya. Pacar Aldi bernama Salsha, tapi selama ini Aldi selalu pergi dengan saya karena dia tidak nyaman dengan hubungannya dengan Salsha karena Salsha berselingkuh dari Aldi," sambung Tania kembali menceritakan yang debenarnya terjadi.
"Tepat kemarin malam, Aldi memperkosa saya dalam keadaan tidak sadar. Bisakah saya meminta harga diri saya kembali?"
°°°
Lagi.
Keduanya bertengkar, setelah kemarin Aldi menarik tangan Salsha untuk ikut dengannya pulang bersmaanya. Aldi kembali menemui Salsha dengan amarah yang lebih darinya.
"Lo juga selingkuh dari gue, dengan Iqbal dan secara terang-terangan. Hubungan lo dengan Iqbal sangat baik, saat gue benar-benar berusaha melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, lo lupa berkaca?" Ini kemarahan Aldi, meletus sampai pada ubun-ubunnya.
"Sal, lo memaki gue dan melupakan semuanya," balas Aldi kembali melanjutkan kemarahannya untuk versi yang lebih parah.
Salsha memutar bola matanya malas, dia tidak bisa banyak berbicara dengan cepat dan membalasnya. "Gue lelah bertengkar," ucap Salsha menjelasnnya dari awalan dengan lembut tanpa marah.
"Dan gue capek terus ribut sama lo," sambung Salsha lagi. "Kalau memang sebenarnya kita saling mencintai diawal, lo enggak akan mungkin bermain di belakang gue sama Tania,"
"Tapi lo juga bermain perasaan juga masa Iqbal," Merasa dia terus dipojokkan Aldi sedikit marah mendengarnya. "Bukan,"
"Gue bukan memainkan perasaan gue ke Iqbal, hanya saja gue sedikit-sedikit mulai lelah mempercayai hubungan ini (Aldi dan Salsha),"
"Kalau lo merasa ini adalah masalah, lo bisa mengambilnya. Dan kalau lo merasa ini adalah beban, gue memberi lo satu pilihan dengan berpisah. Tiga hari yang lalu gue memintanya, dan sampai sekarang lo terus mengungkitnya," Selesai! Salsha sudah menceritakan kegelisahannya pada Aldi secara ternag-terangan.
"Bukankah lo berlebihan?" tanya Aldi menolaknya. "Cobalah perbaiki sebelum semuanya menjadi rusak parah, gue mengajak lo sekarang," ucap Aldi menjelaskan maksudnya dua datang.
Hanya saja selalu sama-sama tersulut emosi, smeua menjadi sangat pecah dan runtuh begitu saja. Aldi ingin berbicara dengan serius, namun dia slelau berkahir ribut tidak baik dengan Salsha.
"Ayo kembali," minta Aldi pada Salsha dengan serius, Aldi menggelengkan kepalanya pelan saat Salsha berusaha akan menolaknya. "Tolong pikirkan lagi," mohon Aldi pada Salsha.
Salsha menghela nafasnya berat. "Tania, dia butuh lo lebih daripada gue," ucap Salsha menengahi.
"Tolong bicarakan ke Tania baik-baik, dia udah keterlalu terbawa perasaan dan sikap manis lo selama ini. Lihat dia," ucap Salsha memerintahkan Aldi untuk melihat Tania dengan perasaannya.
"Tania menemani lo membelikan gue kue ulang tahun dan kadonya sampai pagi rela-relanya dia datang dan menunggu di mobil sampai pagi buat menemani lo membeli kue ulang tahun gue,"
"Apa lo enggak mikir kalau selama ini lo menyakiti batin dan mentalnya?" tanya Salsha menagihnya pada Aldi dengan tegas.
"Dia mencintai lo Al, dengan sangat tulus. Terima dia, saat lo berhasil melecehkannya, menghilangkan harga dirinya dan merubah semuanya menjadi buruk dan melimpahkan kesalahan lo sendiri ke dia," Salsha mengelap air matanya kasar saat dia mulai sedikit menangis.
"Lo terus mengatakan lo mencintai gue walaupun banyak tindakan lo terus tertuju ke Tania,"
"Saat gue meminta mengakhiri semuanya lo justru melampiaskan rasa marah lo ke Tania dan memaki-makinya,"
"Bukankah lo iblisnya?" tanya Salsha meminta jawaban dari Aldi. "Cari dia," perintah Salsha pada Aldi.
"Katakan lo memilih dia dan sangat mencintainya,"
"Biarkan gue sendiri dan tinggalkan bekas luka lo untuk gue kalau sebenarnya lo terlalu bodoh untuk mengerti perasaan seorang wanita," kesal Salsha melampiaskan kemarahannya pada Aldi.
"Gue membenci lo Al, sangat membenci lo,"
Buat kakak yang membaca PL / ceriya saya saya akan memberikan hadiah pada kakak yang membaca cerita saya sampai bab ini. 3 kakak pembaca pertama akan saya beri hadiah kode (yang satu kali tebus dapat 100 koint) yang mengirim pesan ke saya 3 tercepat akan saya berikan kakak cuma-cuma. Silahkan kak, saya terlalu peecaya diri jadi saya yakin enggak akan ada yang mau, hehe