Stacey dan seluruh anggota guild Rafoxa berada di luar kota guild mereka berada, berdiam diri dengan siaga mengamati setiap pergerakan mencurigakan yang muncul.
Gemuruh suara terdengar dari kejauhan, pedang dan alat sihir susah tergenggam dan siap digunakan. Banyak hewan dan monster liar menuju kota, Aldero berada barisan paling depan.
Memerintahkan para anak buahnya agar menyerang kerumunan monster. Para monster itu sangat liar dari biasanya dan jauh lebih kuat. Mata merah membara dan brutal, seakan memiliki dendam pada masyarakat.
Satu lagi, jumlah monster ini sangat banyak dan tak tau darimana mereka berasal.
"Hubungi guild Silvrast, sehabis masalah ini padam kita akan melangsungkan rapat dadakan!" Perintah Aldero pada Meidiva yang ada disampingnya.
Meidiva mengangguk paham, dirinya memberi hormat pada Aldero sebelum pergi dan segera melangkahkan kaki menuju tempat komunikasi.
Aldero menggerakkan kakinya menuju Erissa dengan tegas berwajah dingin.
"Jangan sampai Azazel terbangun, camkan itu." Bisik Aldero pada telinga Erissa dan menepuk pundaknya setelah itu pergi begitu saja.
Erissa terdiam seribu bahasa, dirinya tak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya kaku, suara dingin Aldero membuat dirinya seperti ini. Aldero memang pujaan namun ada yang harus diperjuangkan dan itu bukan Aldero.
Erissa kembali ke dirinya yang seperti biasa dan melanjutkan aksi menyerang para monster.
Di sisi lain kerajaan, para guild-guild lain pun menghadapi kesulitan yang sama, seakan para monster ini tiada habisnya. Lebih tepatnya seluruh guild di serang oleh hal yang sama.
Meidiva datang melapor pada Aldero,
"guild Silvrast pun sedang bernasib sama seperti kita, begitu juga dengan guild lainnya. Ketua guild Silvrast setuju akan rapat dadakan yang anda usulkan tuan."
Aldero mengarahkan kepalanya pada Meidiva lalu sedikit tersenyum. Aldero mengucap kan terima kasih pada Meidiva, tak ada nada dingin sama sekali yang terdengar. Walau singkat, padat dan jelas hal itu sudah membuat hati Meidiva berbunga-bunga.
"Zedva! Segera pergi ke ibukota, periksa akan ancaman yang datang dan melaporlah kembali kesini. Jika tak ada apa-apa berarti dugaanku salah." Aldero menyuruh Zedva, Aldero berkata nyaring agar terdengar Zedva di tengah keributan seperti ini.
Dengan sigap Zedva menerima perintah dari Aldero dan segera menghilang bersama hembusan angin.
"Semoga saja."