Download App
36% PESONAMU (JENLISA) / Chapter 9: Part Spesial (Happy Birthday Jennie Kim)

Chapter 9: Part Spesial (Happy Birthday Jennie Kim)

"Happy birthday putri eomma" Son yejin

"Happy birthday baby girl" Kim soohyun

Senyum jennie mengembang saat membuka matanya, melihat eomma dan appa-nya membawa kue bertulisakan "Happy Birthday Princess"

"Princessnya appa semakin tahun semakin tua ne" celetuk Kim soohyun yang dihadiahi cubitan di pinggangnya. Jennie terkekeh melihat eomma dan appa-nya. .

"Ayo sayang make a wish dulu" Son yejin

Jennie memejamkan matanya. Merapalkan semua harapan pada hari spesialnya ini. Setelahnya Jennie meniup lilin hingga padam tak lupa menciumi wajah kedua orang tuanya sebagai ucapan terimakasih yang tak bisa diucapkan dengan kata kata.

Jennie menarik appa dan eommanya dalam dekapannya. Merasakan kehangatan pelukan kedua orang tuanya. Jennie merasa sangat beruntung bisa merayakan ulang tahun bersama kedua orang yang disayanginya itu.

Jennie POV

Aku merasakan kebahagiaan yang tidak bisa kudeskripsikan.

Jarang sekali aku memiliki mood yang baik di pagi hari dan hari ini aku memilikinya. Aku menuruni setiap tangga, menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk diriku sendiri. Ku pastikan tidak akan ada yang bisa menghancurkan mood ku pagi ini.

Sarapan ku habiskan dengan penuh semangat. Lalu berpamitan dengan appa dan eomma. Mengendarai mobil menuju rumah Lalisa.

Pagi ini masih terpantau belum ada ucapan selamat ulang tahun dari gadisku. Tapi tidak apa, secepatnya aku juga akan bertemu dengan bocah nakal itu.

Saat memasuki mansion Lalisa aku melihat mobil asing yang terparkir di halaman rumahnya. Karena moodku sedang bagus jadi aku berpikir bahwa itu adalah salah satu mobil keluarga Lalisa.

Tak berselang lama aku ingin menarik semua kata kataku sebelumnya. Aku melihat Tzuyu menggandeng Lalisa memasuki mobil asing itu. Dan masih sempat sempatnya wanita gatal itu melayangkan kedipan sebelah matanya padaku.

"What the f***" umpatku. Berani beraninya dia melakukan itu secara terang terangan.

Aku mengikuti mobil itu sampai parkiran. Dengan penuh emosi kuhampiri Lalisa yang sedang berdiri berhadapan dengan Tzuyu. Aku menarik tangannya kasar dan membawanya pergi.

"Jelaskan!" Dinginku.

"Apanya?" Tanyanya tak tau diri.

"Aishh, jebal" Sekuat mungkin kutahan emosiku.

"Lili akan kekelas kalau tidak ada yang unnie tanyakan lagi" Datar lalisa.

Aku segera menahannya saat melihat pergerakannya yang hendak pergi.

"Kenapa bisa berangkat dengan Tzuyu? Aku bahkan sudah sampai gerbang rumahmu tadi. Apa kau tidak tau?" Untung saja aku masih memiliki sedikit kesabaran.

"Mwo? Lili sudah menunggu unnie terlalu lama. Kebetulan Tzuyu mampir ke rumah Lili mengantarkan titipan dari appa-nya da-"

"Alasan" aku memotong perkataannya yang belum selesai dan kutatap tajam matanya.

"Unnie bertanya apapun, Lili akan tetap menjawabnya. Walau Lili tau Lili akan tetap salah dimata unnie. Lili sudah menunggu unnie, bahkan unnie tidak mengangkat telepon Lili. Tzuyu mengajak Lili untuk ikut berangkat bersama. Apa Lili tidak boleh berangkat dengan teman Lili?" Jawaban Lalisa sukses membuatku terkejut.

Hatiku seperti ditusuk ribuan pisau saat mendengar ucapannya itu.

"Unnie bahkan selalu melarang larang Lili. Tidak boleh ini lah tidak boleh itulah. Bahkan dekat dengan sahabat Lili saja Nini tidak mengizinkan. Lili selama ini berusaha menuruti Nini. Tapi Lili mohon beri Lili sedikit kebebasan" Aku lebih dikejutkan lagi saat Lalisa pergi begitu saja dari hadapanku setelah menyelesaikan ucapannya.

"Apa selama ini aku sejahat itu pada Lili? Apakah aku seegois itu pada Lili?" Batinku

Airmataku jatuh, kepalaku rasanya sakit dan tubuhku tiba tiba terhuyung. Untung ada jisoo unnie yang sigap membantu dan mengantarku ke unit kesehatan.

Setelah cukup lama mengistirahatkan tubuhku menangkan pikiran dan emosiku. Aku memutuskan untuk menuju kantin untuk meminta maaf pada Lalisa, kebetulan jam sudah memasuki jam istirahat.

Bayang bayang kejadian tadi pagi terus berputar di memoriku.

Tidak pernah sekalipun Lalisa bersikap setega itu sebelumnya. Lalisa yang aku kenal adalah seseorang yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Aku sadari aku terlalu egois pada Lalisa, seakan hidup Lalisa hanya berputar disekitarku. Wajar saja jika Lalisa merasa jengah dengan sikapku.

Ku langkahkan kakiku sesekali memejamkan mata walau tidak sepenuhnya bisa menyembuhkan sakit kepalaku tapi setidaknya cara ini mampu mengurangi rasa sakitnya. Tiba tiba saja tubuhku menabrak punggung seorang yang sangat familiar.

"Jennie gwenchana?" Jisoo unnie menahan tubuhku yang hampir terjatuh.

"gwenchana unnie" aku memegangi keningku yang semakin bertambah sakit.

"mau kemana?" Jisoo unnie

"Jennie mau ke kantin unnie"

"Bersama unnie saja ne" aku mengangguk mengikuti langkah Jisoo unnie dan duduk pada meja yang sudah berisi Rose, Irene unnie, Seulgi, Joy, Yeri, dan Wendy.

Sekilas aku melihat mereka menatapku dengan penuh khawatir.

"Jennie-ya gwenchana?" Irene unnie

"gwenchana unnie" jawabku lemah.

"Wajahmu pucat unnie" rose menempelkan punggung tangannya pada dahiku

"Omo, ini panas sekali. Unnie berbohong jika bilang unnie baik baik saja" Rose

"Tak apa rojeh, unnie hanya lapar saja" aku menatap rose, wajahnya penuh dengan kekhawatiran.

Aku sengaja tidak ingin memperlihatkan bahwa aku tidak baik baik saja. Aku tidak ingin melibatkan mereka dalam masalahku. Sudah saatnya aku harus bisa lebih bertanggung jawab dan mandiri dalam mengatasi masalah pribadi.

"Ya sudah Jennie mau pesan apa, biar aku pesankan" Seulgi

"Pesankan mandu saja buat Jennie. Dan chikin buatku" Jisoo unnie

"Yeri apa Lili tidak ke kantin?" Liliku tidak terlihat sejauh ini.

"Lalisa masih ada di kelas, unnie" yeri

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku merasakan nyeri yang semakin menjadi. Biasanya ini akan terjadi saat aku mengalami syok kecil, dan aku terbiasa akan hal itu.

Pendengaranku menajam mendengar seseorang bercengkrama di dibelakang, dengan malas aku memutuskan menolehkan kepalaku. Kulihat Lalisa sedang asik bergurau dengan Tzuyu.

Hatiku memanas. Sakit dikepalaku semakin parah. Keadaan ku bertambah buruk saat Lalisa berusaha menghindari tatapanku.

"Jennie" Jisoo unnie

"unnie sepertinya aku akan pulang saja"

"Wae? Apa kau sakit?" Irene unnie

"Biar unnie antar pulang ne" aku menggelengkan kepala.

Dadaku sangat sesak menahan air mata agar tidak jatuh.

Sepanjang jalan aku tidak fokus mengendarai sama sekali. Bahkan beberapa mobil mengklaksonku berkali kali karena aku hampir menabraknya. Aku tidak bisa melihat jalan dengan jelas. Air mataku tumpah menutupi pandanganku hingga aku tidak sadar jika didepan mobilku ada seekor anak anjing yang berdiri. Sudah terlambat untuk aku menekan pedal rem. Terpaksa kubanting stir ke kiri.

"Brukkk"

Lalisa POV

Aku berlali mencari Jennie unnie ke seluruh sudut sekolah tapi aku tidak menemukannya. Kuhela napas panjang menyesali semua perkataanku yang buruk pada Jennie unnie. Air mataku jatuh saat mengingat ucapanku yang sudah jelas menyakiti Jennie unnie.

"Lili" tangisku semakin menjadi saat Jisoo unnie memelukku.

"Jennie unnie pasti baik baik saja. Kita cari sama sama ne" rose ikut memelukku.

"Mianhe Nini. Lili sudah menyakiti Nini" tidak henti hentinya air mataku membasahi baju Jisoo unnie.

Flashback On

"Unnie besok Nini ulang tahun. Lili harus berbuat apa?" Tanyaku pada unnie-unnie ku.

"Buat saja dia menangis seharian. Lalu malamnya kita beri kejutan. Pasti seru" seulgi unnie memberikan ide gilanya.

"Ani. Lili tidak mau" tolakku

"Sekali kali Jennie memang harus diberikan sedikit tamparan, agar bisa menjadi lebih dewasa dan menghargai orang lain" Jisoo unnie.

"Tega sekali manusia chikin satu ini" Wendy unnie

"Aku tidak sepenuhnya setuju denganmu Chu. Tapi boleh juga" Irene unnie

"Aku rasa unnie-unnie kita sudah gila" yeri

"Tapi kata chu unnie ada benarnya juga. Jennie unnie harus diberi pengertian. Rose lihat Jennie unnie semakin hari semakin mengekang Lili" Rose

"Jangan lupakan sikapnya yang selalu lari dari masalah" Jisoo unnie

"Dan tidak pernah mau mendengar kata kata para unnie-nya" tambah Joy Unnie

"Lili ikut unnie saja" pasrahku.

Flashback off

Aku menyesali semua kata kata yang telah aku ucapkan pada Jennie unnie. Walaupun jennie unnie galak dan selalu melarang larangku tapi aku telah keterlaluan memojokkannya sepihak.

"Chu unnie coba telepon imo. Tanyakan apa Jennie unnie sudah ada dirumah" Rise

Kulihat Jisoo unnie langsung menyambar handphonenya dan mengobrol dengan wanita disebrang sana.

"Imo bilang Jennie belum ada tanda tanda di rumah" Jisoo unnie.

Aku semakin menundukkan kepalaku. Rasa bersalahku memenuhi pikira ku saat ini. Berusaha kucoba untuk tidak mengeluarkan air mata. Aku tidak mau membuat unnie dan sahabatku bertambah cemas.

"Kalian masih ingat apartement yang menjadi tempat Jennie tinggal saat kabur ke Korea?" Wendy unnie

"Ah aku ingat. Bukankah itu apartemen yang dia beli secara spontan agar kedua orang tuanya tidak bisa menemukannya?" Joy unnie

"Yasudah kalian kenapa diam disini. Kita kesana sekarang" Irene unnie.

Untuk saat ini aku hanya bisa mengikuti para unnie-ku. Aku menyesal selama ini tidak berusaha lebih banyak mencari tau tentang Jennie unnie.

Normal POV

Jisoo dan sahabatnya segera menuju apartemen yang mereka maksud. Mereka menggunakan 2 mobil. Mobil pertama dikendarai oleh Seulgi bersama Irene, Lalisa dan Jisoo. Dan mobil kedua dikendarai oleh Wendy dengan Joy, Yeri dan Rose.

"Seulgi-ya kenapa berhenti" jisoo

"Lihatlah ke depan. Jalanan padat sekali. Mungkin ada kecelakaan di depan sana" Seulgi

"Yak, Lalisa. Kau mau kemana?" Teriak Jisoo kaget melihat Lalisa tiba tiba keluar dari mobil .

Jisoo segera menyusul Lalisa. Tak lama jisoo diam mematung melihat pemandangan di depan matanya. Mobil yang biasanya Jennie kendarai menabrak tiang jalanan hingga bagian depannya remuk.

Berbeda dengan Jisoo, Lalisa langsung ambruk dijalanan dengan tangisannya. Irene yang baru sampai pun hanya bisa mengatupkan mulutnya.

"Ahjussi, apa yang terjadi?" Tanya joy panik pada petugas yang hendak menderek mobil Jennie.

"Seorang yeojja yang mengendarai mobil ini kehilangan kendali dan menabrak tiang, Nona" jawab ahjussi

"Dimana yeojja itu sekarang, ahjussi?" Joy

"Sudah dibawa ke rumah sakit terdekat setengah jam yang lalu" ahjussi.

Setelah mendengar perkataan ahjussi Joy segera menghampiri sahabatnya. Mereka semua segera kembali ke mobil dan menuju rumah sakit yang ahjussi maksud.

Keadaan di mobil semakin kacau terlebih Lalisa yang tidak henti hentinya menangis. Semua banyangan buruk terus terlintas di pikirannya. Jisoo berusaha menenangkan Lalisa, setidaknya dia tidak boleh membuat suasana semakin kacau.

Sesampainya di rumah sakit mereka segera mencari informasi tentang Jennie yang ternyata sudah dipindahkan ke ruang rawat.

Jisoo perlahan membuka kamar rawat Jennie berada. Dilihatnya Jennie sedang bersandar di kasurnya dengan kepala yang terbalut perban. Ada rasa lega di hatinya saat melihat Jennie sudah sadar karena dokter bilang Jennie tadi masih dalam keadaan pingsan.

Lalisa yang sudah tidak sabar segera berlari menubruk tubuh Jennie dan menumpahkan tangisannya pada bahu Jennie.

"Mianhe unnie. Jebal mianhe" tangis lalisa semakin terisak saat melihat dari dekat dahi Jennie terbalut perban.

Jennie hanya terdiam melihat Lalisa menangis memeluknya.

Semua orang yang berada di dalam ruangan itu terdiam menepis semua pemikiran negatif yang tiba tiba terlintas.

"Jen gwenchana?" Irene mendekati Jennie. Dan hanya di balas tatapan dingin oleh Jennie.

"Keluarlah!" Jennie

Semua orang di ruangan itu hanya terdiam. Terkejut dengan kata kata yang Jennie ucapkan.

"Tunggu apa lagi? Aku minta kalian semua keluar!" Jennie.

"Mandu-ya" jisoo

"Keluarlah! Aku minta kalian keluar" datar Jennie.

Semua orang yang ada di dalam ruangan perlahan meninggalkan Jennie dengan tatapan tidak percaya termasuk Lalisa.

"Lili kemarilah" Lalisa membeku diambang pintu.

"Mianhe" jennie

"Mianhe, kalau selama ini Lili sudah tidak nyaman dengan semua perlakuan Nini. Nini minta maaf. Tapi mohon jangan mengabaikan Nini" akhirnya Jennie menangis dihadapan Lalisa menumpahkan semua sesak yang ia tahan.

Lalisa mengampiri Jennie mengelus lembut punggung Jennie dan mendekap Jennie dalam pelukannya.

"Ani, Lili sangat nyaman pada Nini. Jangan berbicara seperti itu. Lili minta maaf karena perkataan Lili. Jebal. Mianhe" lalisa berusaha menahan tangisannya.

"Lili suka semua perlakuan Nini pada Lili. Lili suka Nini larang larang Lili. Lili akan tarik semua kata kata Lili. Dan Lili janji tidak akan mengabaikan Nini. Lili janji akan berusaha selalu menjaga Nini. Nini jangan pernah berpikiran kalau Lili akan meninggalkan Nini ne" Lalisa semakin mengeratkan pelukannya.

Ada rasa sedikit lega di hati Jennie saat mendengar perkataan tulus Lalisa. Tapi di dalam hati kecilnya tetap masih ada rasa bersalah. Jennie berjanji pada dirinya untuk tidak terlalu posesif terhadap Lilinya. Dan akan mencoba percaya sepenuhnya terhadap Lilinya. Jennie juga akan memberikan kebebasan terhadap Lilinya untuk berdektan dengan siapapun meski dia memiliki tugas baru yaitu menahan semua rasa cemburunya.

"Nini bisakah Lili melepas pelukan ini? Lili sedikit sesak" Jennie yang sadar telah memeluk Lalisa terlalu erat segera melepaskan pelukannya. Lalisa dengan wajah polosnya menarik nafas sebanyak banyaknya membuat Jennie tertawa.

Setelah semua kejadian menegang itu Jennie meminta maaf kepada sahabat sahabatnya karena sudah membuat semua orang khawatir. Jisoo dan yang lain juga meminta maaf kepada Jennie karena sudah keterlaluan pada Lalisa dan Jennie. Jennie yang awalnya ingin menerkam sahabat sahabatnya itu hanya bisa bersabar.

Jennie juga sadar jika kalau bukan karena para sahabatnya mungkin Jennie tidak akan pernah tau isi hati Lalisa. Dan jika bukan karena sahabatnya mungkin Jennie akan tetap berlaku seenaknya. Setidaknya Jennie bisa belajar dari kejadian hari ini.

Pesta ulang tahun yang sabahat Jennie rencanakan tetap berjalan. Jisoo sudah melarang Jennie. Namun Jennie tetap memaksa mengatakan jika dia sudah baik baik saja. Untung saja dokter memperbolehkan dan Jisoo mau tidak mau harus menuruti manusia keras kepala satu itu. Acara berjalan sangat meriah. Jennie tidak pernah melepaskan genggaman tangan Lalisa sepanjang acara berjalan. Lalisa hanya tersenyum dan sesekali mencuri pandang pada Jennie.

Setidaknya perayaan ulang tahun ini menjadi perayaan ulang tahun berbaik yang Jennie lewati. Dan jennie berharap akan lebih baik setiap tahunnya.

HAPPY BIRTHDAY GORGEOUS GIRL JENNIE KIM

late upload --> 16/01/2021


CREATORS' THOUGHTS
jenlisa23_ jenlisa23_

YOROBUN!

PENGUMUMAN!

BAKALAN UPDATE RUTIN SETIAP HARI KAMIS, STAY TUNED!

Like it ? Add to library!

next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login