"Bapak nggak ingat secapek apa kita semalam? Masih berasa ini pegalnya." Cia mengeraskan diri kaya patung.
"Jalan sendiri atau saya gendong?" Dhika menatapnya lapar. Merinding bulu roma si Cia.
Cia geleng, "nggak dua-duanya. Saya nggak mau!" Tolaknya paksa.
"Yakin tidak mau?"
Eh ..., kok ragu muka si Cia. Mau nggak ni?
Cia geleng. Dhika mengangkat tubuh Cia dan membawanya keatas kasur, "bapak kesurupan hantu mesum ya?"
"Karena suaramu bernyanyi saya jadi gairah. Tanggung jawab!"
Cia geleng, "masa suara saya seerotis itu?" Cia menahan dada Dhika. Terdengar jantung mereka saling berpacu dengan cepat. Sempat saling tatap tapi habis itu Dhika kembali sadar dan pura-pura nggak menyadarinya. Kamvrettt!
"Ya, bagi saya suaramu erotis." Tanpa menunggu lagi, pergumulan terjadi. Cia emang nggak bisa nolak karena dia pun nagih main kuda-kudaan sama Dhika. Wong halal kok, ya gas keun aja lah.