Hari ini mereka kembali beraktivitas seperti biasa, Kenzo sudah sembuh. Diva sudah bersiap dia juga akan bekerja di rumah sakit hari ini.
"Sini, dasi kamu aku benerin! kebiasaan dasi nggak pernah rapi." Diva menyimpulkan dasi Kenzo dengan cepat.
"Sengaja, biar kamu yang pasangin!" ucap Kenzo, Diva mencibir pelan bibirnya yang terus berucap itu membuat Kenzo gemas.
Cup
"Cerewet! ayo makan setelah itu aku antar kau ke rumah sakit." Diva mengangguk, mengandeng tangan suaminya untuk turun ke bawah.
"Tadi, aku udah masak makanan kesukaan kamu!" ucap Diva.
Kenzo mengangguk, sedari tadi fokusnya hanya pada ponsel membuat Diva cemberut, merasa kesal.
Diva menyentak gandengan tangan Kenzo begitu saja, berjalan lebih dulu dengan perasaan dongkol.
"Sayang!" Kenzo segera memasukkan ponselnya ke dalam saku, menyusul istrinya yang sudah duduk dengan wajah cemberut kesal.
"Apa, lanjutin aja selingkuhnya. Ngapain ke sini!" Omel Diva dengan wajah galak yang terlihat menggemaskan di mata Kenzo.
Cup
"Mulutnya! aku gak selingkuh sayang, ngapain aku selingkuh kalau aku udah punya istri secantik kamu!"
Kenzo mengecup bibir Diva singkat, tangannya yang bebas mengacak rambut istrinya gemas.
"Gak usah cium-cium aku!" Diva melepas tangan Kenzo yang tengah mengacak rambutnya dengan kesal.
Kenzo tertawa terbahak melihatnya, bisa-bisanya dia memiliki istri semengemaskan ini.
"Udah jangan ngambek, aku nggak pernah selingkuhin kamu dan nggak akan pernah! kalau iya aku selingkuh itu artinya aku lagi mabuk." Diva mengernyit menatap ke arah Kenzo dengan tatapan bingung.
"Karena saat aku mabuk aku nggak sadar diri. Yang ada di bayangan aku cuma kamu bisa aja aku ngiranya perempuan itu kamu!" Diva menatapnya sebal.
"Dan kalau itu sampai terjadi, aku Jambak rambut kamu di sana. Aku gugur kamu sama air dingin! awas aja kalau sampai kamu berani mabuk-mabukan, aku usir kamu dari kamar!" pelotot Diva.
"Haha, aku mabuk kalau lagi banyak pikiran aja. Semenjak ada kamu, aku udah jarang nyentuh minuman haram itu lagi, karena aku punya kamu, obat dari segala penyakit!" Kenzo menatap lekat ke arah Diva. Tangannya mengusap lembut pipi istrinya.
"Cuma kamu yang aku sayang, selamanya kalau aku bilang enggak itu artinya aku bohong karena selamanya cuma kamu yang akan selalu ada di hati aku!"
Diva tersenyum tanpa sadar matanya berkaca-kaca, dia melihat ketulusan di mata suaminya.
Tanpa aba-aba Diva menabrak tubuh Kenzo memeluknya erat, air matanya meluruh begitu saja. "Janji, kalau apa yang kamu bilang itu nggak bohong!"
"Aku bicara jujur, sayang!" Kenzo mengecup berulang kali pucuk kepala Diva dengan diakhiri usapan lembut.
"Udah, jangan nangis ya. Maaf udah buat kamu sedih, jangan marah lagi, jangan ngambek lagi!" Diva mengangguk.
Membiarkan Kenzo mengusap matanya yang basah. Diva segera mengambilkan makanan untuk Kenzo karena jam yang sudah menunjukkan pukul 7.
"Nanti kamu seharian di kantor aja atau ada jadwal keluar? metting ke restoran mungkin?" tanya Diva.
"Emh, nggak ada sih. Emang kenapa?" Diva menggeleng, dia mengambil tisu menyudahi acara makannya.
"Kok udah? makanan kamu masih banyak itu, ayo dihabisin!" titah Kenzo.
"Aku kenyang. Nggak mau makan lagi!"
Diva segera mengambil air putih dan meminumnya, dia memainkan ponsel sembari menunggu suaminya selesai makan.
Senyumnya terbit kala dia mendapat pesan dari seseorang, hal itu membuat Kenzo menatapnya kesal.
"Ngapain senyum-senyum!" ucapnya dingin, melihat wajah suaminya yang menampilkan ketidaksukaannya membuat Diva tertawa kecil.
"Pesan dari pasien kecilku, dia sangat cantik dan menggemaskan!" Diva menunjukkannya, bisa Kenzo lihat pesan dengan nama 'pasien kecil.'
"Dia masih kecil, sakit apa?" Mendengar itu membuat Diva menghela nafas panjang.
"Sakit leukemia."
Kenzo terkejut mendengarnya, anak sekecil itu sudah mengidap penyakit mematikan itu. "Lalu bagaimana kondisinya?"
"Cukup baik, dia sangat penurut dan aku sangat menyayanginya, beberapa hari ini aku tidak kerja dan dia terus menanyakanku!" kekeh Diva.
"Itu yang membuatmu sangat semangat ketika bekerja?" tanya Kenzo.
"Iya, aku ingin bisa menyembuhkannya. Kau tahu setiap kali melihatnya kesakitan, aku seakan ikut merasakan sakitnya!"
Kenzo tersenyum menenangkan tangannya mengusap kepala istrinya sayang. "Kau dokter yang hebat, aku yakin kau bisa menyembuhkannya."
"Semoga saja."
*****
"DOKTER CANTIK!" Pasien Kecil itu terlihat sangat bahagia setelah melihat kedatangan Diva. Diva pun tak kalah bahagianya setelah melihat anak kecil itu.
"Bagiamana keadaanmu cantik?" Diva duduk di sebelahnya membiarkan anak kecil itu memeluknya.
"Tidak baik," ucapnya dengan nada lucu.
"Why?" Diva terkekeh pelan, dia tahu jika anak kecil itu bercanda.
"Karena kau tak merawatku! aku sakit karena merindukanmu dokter!" Tawa Diva pecah mendengarnya, Ara nama anak kecil itu, memang sangat menggemaskan.
Dia sangat cantik, wajahnya putih bersih namun sayangnya pucat. Tubuhnya terlihat kurus karena dia sakit.
"Janji kepadaku jika kau harus sembuh!" Diva menyodorkan jari kelingkingnya kepada Ara.
"Janji, dokter juga harus berjanji jika dokter tak akan pernah meninggalkan Ara sendirian, dokter harus bantu Ara untuk sembuh!" ucap anak kecil itu.
"Janji. Dokter akan selalu ada untuk Ara!" Keduanya saling menautkan jari kelingkingnya.
Diva tersenyum mengecup singkat dahi Ara. "Sekarang waktunya Ara istirahat, supaya Ara cepat sembuh!" Anak kecil itu menatapnya sedih.
"Ara masih pingin main sama dokter cantik, Ara nggak mau tidur nanti dokter cantik tinggalin Ara lagi!" rengeknya.
"Enggak akan, kemarin dokter Cantik nggak masuk karena suami dokter sakit, jadinya dokter harus rawat dia di rumah."
"Karena sekarang suami dokter udah sembuh ganti Ara yang dokter rawat. Sekarang Ara tidur ya, dokter tungguin si sini. Dokter nyanyiin Ara harus tutup mata!"
"Oke." Gadis itu tersenyum lucu.
"Ara bobo oh Ara bobo kalau tidak bubuk di gigit nyamuk!" Nyanyi Diva lagu Nina Bobo yang dia ganti liriknya.
Setelah melihat pasien kecilnya tidur, Diva bangkit mengecup singkat dahinya. "Mimpi indah pasien kecilku," ucapnya.
Setelahnya Diva segera keluar dari sana, dia melihat orang tua anak kecil itu tengah duduk di sana.
"Dokter, terimakasih telah membantu kami. Terimakasih!" ucap wanita cantik yang Diva ketahui adalah ibunya.
"Tidak apa-apa, bu. Sudah tugas saya sebagai dokter, lagian saya juga suka dengan Ara, dia sangat cantik dan menggemaskan!" ucap Diva.
"Semenjak ada dokter, putri saya terlihat sangat bahagia dan saat dokter tidak masuk kemarin dia terlihat sangat murung bahkan sangat sulit untuk makan."
Diva merasa tak enak mendengarnya, ternyata apa yang dikatakan Ara memang benar. "Maaf sebelumnya bu, kemarin saya tidak masuk karena suami saya sakit di rumah!" jelasnya.
"Saya mengerti dok, dengan adanya dokter di sini sudah sangat membantu putri saya. Terimakasih banyak!" ucap wanita itu.
"Sama-sama bu, saya juga senang bisa membantu putri Anda."