Meyra terbangun, kepalanya terasa pusing dia melihat ke arah sekitar. Bara tengah tidur di sampingnya, memeluk tubuhnya erat. Terlihat guratan lelah di wajah pria itu.
Tanpa Meyra sadari tangannya terulur memberi usapan lembut pada pipi Bara, membuat lelaki itu terbangun.
"Ra, gimana keadaan kamu?" Meyra terlaku kala Bara mengganti nada bicaranya dengan aku kamu, dan berbicara dengan nada rendah.
"A-aku nggak papa," balas Meyra gugup, dia merasa canggung dengan keadaan saat ini. Bara menampilkan senyum tipis, tangannya membelai wajah Meyra pelan.
"Kamu hebat, Ra. Hebat karena kamu masih bisa bertahan sampai sekarang, karena kamu bisa menyembunyikan semua luka itu. Menjadikan diri kamu sebagai badut di hadapan semua orang."
"Aku tahu hidup ini emang berat, Ra. Terkadang kita merasa lelah sama semaunya merasa Tuhan nggak pernah adil sama hidup kita, aku tahu kamu lagi kecewa sama hidup kamu yang nggak sesuai dengan apa yang kamu harapkan."