Umur Cassius diganti ke 35
_____
Keesokan harinya pegawai hotel menyampaikan sebuah amplop seukuran A4 beserta satu paket yang sangat besar kepadaku. Di depannya tidak tertulis identitas pengirim- akan tetapi aku langsung mengetahuinya. Cassius Dawson.
Ia beneran serius ingin menikahiku.
Dalam godaan sementara, aku menerima proposal Cassius. Satu - satunya cara untuk keluar dari ombak drama hidupku, andaikata menaiki sekoci yang tiba - tiba muncul di hadapanku. Tapi apakah perahu itu akan tergulingkan oleh gelombang atau adakah lobang di dasarnya- Aku tidak tahu.
Pada dasarnya, hanya ada 2 alasan kamu tiba - tiba menerima sesuatu hal yang terlalu baik untukmu. Pertama, ada kualitas dalam dirimu yang tidak kamu ketahui. Kedua, ia menyembunyikan sisi gelapnya darimu.
Kebanyakan orang menipu dirinya bahwa mereka adalah yang pertama dan dihancurkan. Tetapi, aku selalu mengingatkan diriku bahwa aku yang kedua. Bintang tidak akan tiba - tiba jatuh hanya karena kamu menginginkannya, yang kamu dapat hanyalah sebuah asteroid yang merusak.
Lamaran ini- ada sesuatu yang mencurigakan.
Sesaat sebelum aku membuka tali amplop, kurasakan kantung rokku bergetar, layar iPhone yang kukeluarkan menunjukan panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Waspada aku menanggapinya, kemungkinan adalah telpon jahil atau spam call. Tapi rasa ingin tahu mengalahkan akalku, tanpa berpikir lagi, aku mengangkatnya.
Dalam seketika, terdengar suara lembut itu "Untung kamu mengangkatnya, aku sudah mengirimkan akte pernikahan, data pribadiku dan kontrak untuk memastikan hidup bersama kita nyaman."
Sebelum sempat berkata terima kasih, Cassius memotong aku, nadanya sedikit bergetar.
"Ada beberapa hal yang mungkin kamu tidak suka tentang aku… Jika merasa tersinggung, belum telat untuk mundur."
Sebenarnya apa yang Cassius sembunyikan ? Keadaan finansial yang sulit ? Perceraian dari istri sebelumnya ? Seperti berlomba, pikiran buruk menyerbuku. Hampir membuatku tidak bisa menekannya. Terburu - buru untuk membongkar rahasianya, aku menyelesaikan panggilannya.
"Baik, aku lihat dulu."
Seperti perkataan Cassius, ada 3 file berbeda di dalam amplop itu. Mulai dari kontrak pernikahan dengan 7 syarat didalamnya. 7 klausa yang ditulis untuk melindungiku. Dari manapun dilihat, kontrak ini sangat condong ke sisiku.
____________
Kontrak pernikahan
Dalam mentandatangani kontrak ini, kedua pihak setuju dengan syarat - syarat tersebut.
1. Pihak pria tidak akan memaksa pihak perempuan melakukan apapun berlawanan dengan kehendaknya.
2. Pihak pria tidak diperbolehkan berbohong kepada pihak perempuan
3. Pihak perempuan mendapatkan hak untuk menolak pertanyaan.
4. Pihak pria tidak diizinkan memulai hubungan apapun selama pernikahan ini berjalan.
5. Pihak perempuan tidak boleh dibatasi pergerakannya.
6. Pihak perempuan dapat meninggalkan pihak pria kapanpun.
7. Pelanggaran dari syarat diatas akan digantikan oleh setengah aset pihak pria.
Cassius Dawson
________
Bagaimanapun aku melihatnya, kontrak ini tidak masuk akal. Apa perkataannya, jangan menerima permen dari orang asing. Meskipun kami sudah bertukaran nama, masih begitu banyak hal yang tersembunyi diantara kami yang kurang dari kenalan. Dan kontrak ini sangat amat manis. Hingga ku takut diabetes.
Cassius Dawson, apakah aku dapat mempercayaimu ? Menaruh kontrak itu di meja, aku mulai membaca sebuah file yang halaman pertamanya berjudul [Informasi pribadi Cassius Dawson].
Tetapi sebelum aku membacanya, tiba - tiba aku merasa ragu. Jika aku membacanya apakah sosok yang ia miliki di benakku akan retak ? Merasa haus, aku berjalan ke wastafel mengambil sebuah gelas air.
Sambil memegang halaman 2 terbuka di tangan kiriku, aku minum tiga teguk. 'Nama Cassius Dawson. Umur 35.' Pengetahuan yang sudah aku tahu. 'Status pernikahan- lajang.' Mataku baru sampai sisilah keluarga, pas tangan aku tergelincir, membuat dokumen yang aku pegang jatuh.
Dengan gerakan terburu - buru, aku menangkapnya, meskipun hanya berhasil menyelamatkan 2 halaman terakhir. Satu halaman mengenai pekerjaan masa lalu dia sebagai pelukis sampai 10 tahun yang lalu- 2012. Dan riwayat sekolahnya yang memukaukan.
Dibawah halaman terakhir, terdapat tulisan.
'Aku menemukan sebuah lukisan yang mengingatkanku denganmu. Kuharap kau akan menerimanya.'
Meredam rasa penasaran yang mulai mencoba mengendalikanku, aku segera mengambil kertas yang terendam air. Tulisannya sudah tidak dapat dibaca. Hanya beberapa huruf yang tidak bisa dibuat menjadi kata. Dan foto dua tangan berpegangan di pantai dengan gambar hati terukir di tengahnya. Dua initial tidak terbaca.
Sebuah seringai menghampiri mulutku, diatas foto itu ada judul "Ing-" dan sesuatu yang tak terbaca bersama "b[]sa[]mu". 'Ingin bersamamu ?' Apakah maksudnya ia ingin melakukan hal ini denganku ? Kutidak menyangka Cassius ternyata memiliki sifat imut seperti ini. Seperti seseorang yang ingin berlari sebelum berjalan.
Muak dengan tekstur kertas hancur ditanganku, aku buru - buru membuangnya. Mengeringkan tangan lap yang disimpan di samping wastafel. Aku memindahkan perhatian aku ke paket berukuran A3 di dekat sofa. Jari - jari membukanya dengan sentuhan ringan, hati - hati untuk tidak merobeknya.
Lukisan yang dikirim oleh Cassius sangat mempesona. Berisikan lautan yang dipenuhi oleh bintang - bintang dan bulan menari di Aurora yang terpantulkan di dalamnya. Tetapi yang paling kuperhatikan adalah tatapan perempuan yang kepalanya setengah menonjol di permukaan. Ke atas langit yang gelap.
Mengapa ini mengingatkannya olehku ?
Dalam kebingungan aku mondar - mandir kamar hotel, menggigit jariku untuk menemukan alasan. Tetapi, tetap tak terpikir. Di saat itu, kudengar telepon kamar berbunyi, panggilan dari meja depan yang berkata Ken mencariku dan bersikeras tidak akan pergi kecuali aku taat muncul di hadapannya.
Bahkan belum semenit sebelum aku mengakhiri telepon itu, kudengar nada dering berbunyi lagi. Kali ini dari iPhone aku. Melihat nama menjijikkan itu muncul di layarku, 'Jason Cua.' Aku segera menolaknya, dan hampir melemparnya ke dinding.
Satu - satunya alasan aku tidak melakukannya, karena Jason lebih tidak berharga daripada iPhone itu sekarang.
Tetapi pria bedebah itu tidak menyerah. Terus mencoba menghubungiku. Dalam kekesalan dan kebijakan sesekali di hidupku aku memblokir kontak dia. Beneran, tak bisakah aku memiliki ketenangan hidup.
"Kalau begitu masalahmu terselesaikan jika kamu menikah ?"
Meratapi barisan orang yang menungguku di bawah dari jendela dan notifikasi terlewat. Beserta kondisi pernikahan kami. Aku terayu dan memutuskan. Mari kita coba. Pernikahan.
Meskipun mengetahui, Cassius pasti akan terkejut oleh kecepatan pergerakanku, aku tetap memutuskan untuk menyegel kesepakatan kita hari ini.
"Kamu menghubungiku lebih cepat dari perkiraan aku."
Entah kenapa, ia terdengar tenang, seperti ia sudah menduga aku akan melakukan tindakan ini. Tidak menaruh terlalu banyak kekhawatiran akan apa artinya itu, aku bertanya.
"Cassius, kontrak pernikahan itu, apakah kamu serius tentangnya?"
"Iya," Di kata pertama, kembang api bermain di kepalaku, selama kondisi itu terjaga, tidak ada ruginya bagiku. Tetapi sebelum aku dapat penuh merayakannya, ia melanjutkan, "terlebih dari itu, membaca itu tidak ada yang ingin kamu katakan kepadaku ?"
"Mari menikah?"
kunyatakan keinginanku, sebelum ia menarik kembali tawarannya. Tetapi ia bertanya kembali, seperti seorang psikiater membujuk pasiennya untuk berbicara terbuka.
"Selain dari itu ? Eliana, aku ingin kamu jujur dengan aku. Kalau kamu merasa ragu atau tidak nyaman ini adalah waktu untuk mengatakannya."'
Jangan - jangan dia ingin mundur.
"Kamu sendiri yang mengajak aku, tetapi sekarang mau mundur ? Jangan jadi pengecut, Cassius Dawson ayo menikah."
Aku berkata, dipenuhi oleh semangat yang tidak dapat terpadamkan. Tidak ada yang dapat menghalangi keputusanku. Bukan informasi yang terhapus air. Bukan kesempatan yang diberikan Cassius Dawson. Bahkan, bukan keraguan yang bersemi di diriku
Tetapi, semangat itu dengan cepat berubah menjadi emosi lain.
Ketawa rendah berbunyi di kupingku, kebahagiaan tersambungkan melewati reaksi sementara itu. Tetapi seperti mencari sebuah harta yang bukan padaku, ia bertanya lagi.
"Beneran tidak ada yang ingin kamu katakan kepadaku?"
"Terima kasih atas kondisi yang sangat menguntungkanku ?"
"Bukan itu."
"Ah! Terima kasih atas lukisan yang kamu berikan kepadaku." Kutebak, beranggapan bahwa itu adalah jawabannya dan aku akhirnya bisa berhenti diperlakukan seperti orang bodoh.
Tetapi, balasan dari Cassius sama saja. Dua kata yang kusangat benci sekarang, "bukan itu," - membuatku seperti sebuah pemanah yang terjebak di rumah kaca. Semua bidikanku menyasar dari targetnya. Sebenarnya permainan apa yang ia mainkan ?
"… tidak ?" Kekesalan mulai naik trachea aku, menyebabkan aku untuk mengatakan hal aneh." Kalau begitu apa ? Jangan - jangan kamu ingin aku menulis puisi tentang lukisan itu."
"…. Bukan itu, tapi apa pendapatmu?"
Kata - kata tidak dapat mendeskripsikan perasaanku di saat itu. Memangnya kita di sebuah sesi debat atau pertukaran opini lukisan ? Tetapi mengingat bahwa, dia adalah pelukisnya, ku bisa mengerti. Semua seniman ingin mengetahui pendapat orang atas karyanya. Atau begitu dengan lugunya, aku berpikir,
"Perempuan di lukisan itu tersesat di dunia yang tidak mengerti dia. Kehampaan langit. Kegelapan tak berakhir. Seberapa dalam ia berusaha menangkapnya, yang dilihat orang hanya kemilau yang menyasar kepadanya. Sebuah pesan yang hilang dalam translasi."
Ku berbicara lebih dari yang direncanakan, perasaan ingin menggigit lidahku. Tetapi karena aku sudah terlanjur mengucapkannya, sekalian saja aku mengungkapkan isi hatiku.
"Apakah kamu pikir aku tersesat seperti itu ?"
"…. Sepertinya kehidupanmu akhir - akhir ini sungguh menyusahkan. Dengar baik - baik Eliana," Simpati berlebihan di kalimat itu membuatku sedikit tidak nyaman, nada yang ia pakai terlalu personal untuk kupahami.
"Aku mengirimkan lukisan itu kepadamu sebab meskipun dunia penuh kegelapan, kamu hanya memancarkan sinar di lautan matamu. Kuharap kamu tidak melupakan itu."
Setelah pembicaraan kami selesai, aku terbata - bata. Cassius Dawson.
Sebenarnya siapa yang kamu bicarakan ?
Diri yang tak terlihat. Bayangan di bawah matahari.
Penyesalan pertama pernikahanku mulai pada hari itu.
——————-
Sebenarnya, bahasa indonesia bukan keterampilan aku. Tapi aku ingin coba ikut lomba yang buat tema ibu tiri.
Mohon maaf kalau berulang katanya hahah
(Diksiku sedikit)
Mengenai plottwist
Aku quote chapter 4, ku akan menangkap pedang yang jatuh dari udara, tidak peduli itu bilah atau gagang.
Sekarang masih terlihat dapat diprediksi, tapi plotnya lebih kacau dari yang kalian pikir haha