"yah.. kak aura benar.. untuk apa?? " Zara tertunduk sejenak lalu berdiri membisikkan kata ditelinga Aura "tapi aku akan mencobanya...." Zara tersenyum tipis, ia senang kalau ada hal-hal yang berbau tantangan, kali ini ia sudah maju dan tak akan mundur lagi!
Mata Aura terasa panas, wajah nya merah padam menahan amarah. ketel uap dikepala aura bisa saja meledak kapan pun tapi ia coba menahan diri
"yah... kita lihat saja nanti, Aldi akan bersama mu atau kembali padaku..." pungkas Aura meninggalkan Zara yang kini perasaannya bercampur aduk.
Gadis itu terhempas, ada sesuatu yang meremukkan hatinya, entah kenapa dia merasakan sakit yang begitu dahsyat.
Apa mungkin dia mulai.....
***
Ruang ganti
Wajah tuan Wildan nampak kian resah, bahkan Esa pun tidak berhasil menemukan adiknya. Detik waktu kian terasa cepat seiring kecemasan yang tak tentu arah.
Tuan Wildan menemui nyonya Almira dan keluarga yang sudah bersiap sejak tadi menunggu hingga akad akan dilaksanakan.
Zara memilih duduk ditepian jendela besar yang mengarah ke tempat akad indoor dengan hiasan berbagai macam bunga putih dan pink yang tertata rapi, lalu beberapa bunga yang menjuntai menghiasi kursi pelaminan, serta hiasan bahan tile juga bernuansa putih pink.
Tuan Wildan berdehem suasana nampak tegang sama seperti wajah tuan Wildan yang juga tengang.
"maaf nyonya Almira... sebenarnya saya berat untuk mengatakan ini..." Tuan Wildan membuka pembicaraan yang sedari tadi sudah ditunggu semua orang didalam ruang ganti itu. "tapi.. saya harus katakan kalau kami tidak tahu Aldi dimana..." lanjut tuan Wildan memecah keheningan, ia sangat benci kata 'tidak tahu' !
Jantung nyonya Almira berdegup hebat, entah apa yang terjadi sebenarnya.
"aaa... apa maksud anda...??" Raihan belum paham
"begini nak Raihan... Aldi menghilang sejak tiga hari... kami sudah berusaha mencari nya tapi... sampai saat ini kami tidak bisa menemukan nya..."
Nyonya Almira tak mampu mengatakan apapun. ini sebuah penghinaan bagi keluarganya!
"jangan bercanda tuan... kalian mau mempermainkan kami???" suara Raihan meninggi ia tak tahan kalau memang sibungsu dipermainkan seperti ini.
"dengar kami tidak pernah berniat mempermainkan siapapun tapi.. sungguh ini semua diluar kendali." kali ini Esa bersuara.
"kalau bukan mempermainkan lalu apa ini?? kalian tidak tahu dimana keberadaan Aldi?? " Raihan makin berang ia nyaris menarik jas yang membalut tubuh Esa, tapi Shanum menahan.
"sebentar kak... kita jangan ribut disini... kita masih bisa bicara kan baik-baik" shanum menengahi.
"bagaimana bisa dibicarakan kau tahu apa yang dilakukan keluarga kaya ini terhadap kita??" Raihan makin tak terima, pernikahan sudah di ujung tanduk tapi... akh! sial pengantin pria malah menghilangkan diri. "coba pikirkan bagaimana perasaan Zara dan bunda"
Zara hanya membisu demikian sang bunda . Ia memang sudah mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk ini, terlebih Aura pun tidak ada diruangan ini. Bisa jadi saja mereka benar-benar sudah bersama!
Suasana kian riuh.. semua orang ingin bicara, saling membela dan memberi pernyataan, belum lagi Raihan dan Esa yang makin beradu argumentasi makin memperkeruh suasana.
"hentikan... kumohon hentikan!!" suara Zara menghentikan perdebatan beberapa orang yang tak mau saling mengalah dan mencari solusi. "dengar... disini aku yang jadi korban... kalian jangan bertengkar... "
Semua mata kini tertuju pada gadis yang sudah siap seratus persen.
"aku... menghargai kalian semua,, tapi ini bukan salah kalian.. ini semua salahku... " Zara mencoba tenang walaupun hatinya harus remuk redam. "dengar... disini aku yang bersalah.. dan aku menghargai keputusan Aldi jika Aldi harus menghentikan pernikahan kami.. aku rasa inipun yang terbaik"
"Zara apa yang kau katakan..." Raihan tak terima, ia coba meraih lengan Zara...
"tidak kak... sungguh kita juga harus menghargai keputusan Aldi bukan"
Raihan menelan ludah tak sanggup berkata apapun, ia tak habis pikir dengan apa yang dikatakan dibungsu.
Sementara Tuan Wildan kian terpukul mendengar ucapan Zara yang nampak lebih legowo menerima perlakuan putra bungsunya yang tak tahu diri!! Nyonya Lia pun nyaris pingsan karena kelelahan memikirkan kelakuan Aldi.
"nak... saya malu untuk mengatakan ini.. tapi.. saya mohon maaf kan saya dan keluarga..." Tuan Wildan melipat tangannya dihadapan Zara .
"tidak tuan.. justru saya..."
braakkkk!!!
terdengar suara pintu terbuka lebar, semua mata kini teralihkan pada sesosok pria dengan nafas ngos-ngosan berdiri diambang pintu.
"maaf saya terlambat....."
Senyum Zara mengembang, pria itu memang seperti apa penilaiannya.
.