"kamu... mau kan suatu saat melahirkan anak-anak kita...?"
deg!
Binar-binar kebahagiaan tergambar diwajah Aldi,, pria bermulut manis menuntun Zara menuju taman negeri dongeng yang ia cipta kan.. Seperti cerita putri dan pangeran yang berakhir dengan kalimat'lalu mereka hidup bahagia selamanya....'
.
Terbayang oleh si gadis berwajah sendu akan khayalan yang dilayangkan tepat menguasai alam pikirannya.
Aldi bertutur bahwa kelak mereka akan punya banyak anak yang lucu-lucu.
.
Dalam fantasi Zara.
"sayang.. cepetan buruan sini sikembar nangis ni..." pekik Aldi meneriaki Zara yang sibuk dengan si anak ke lima yang minta digendong sementara perut buncitnya yang mengandung anak ke enam sudah ngos-ngosan bukan main, lalu Aldi sibuk dengan sepasang bocah laki-laki kembar yang minta dibuatkan susu,, satu lagi anak pertama yang sibuk menanyakan PR nya, anak ke empat mau juga di gendong ibunya.
Sungguh suasana yang riuh oleh suara tangisan bocah laki-laki dan perempuan diwaktu bersamaan.
Dalam khayalan itu Aldi dan Zara punya 5 orang anak yang berjarak masing-masing hanya dua tahun,, anak pertama seorang gadis, kedua dan ketiga bocah kembar laki-laki, lalu anak ke empat seorang gadis lagi, dan anak ke lima seorang laki-laki, satu lagi masih on the way dalam kandungan Zara...
"kamu gimana sih mas... ini aku lagi gendong anak kita.. yang lain kamu bantu urus dong..."
"ya ampun sayang ini aku juga lagi bikinin mereka susu,, tapi itu tuh anak kamu yang keempat minta digendong juga..."
"oh my God kuatkan aku....." lirih Zara meratapi dirinya sendiri.
.
Wuuzztt!!
Zara seolah tertarik kembali kedunia nyata,, khayalan tentang punya banyak anak itu menjadi momok mengerikan buat dirinya.
Okay!! Fix.. dia belum siap menjadi seorang ibu untuk saat ini.
"bagaimana kamu setuju kan kalau kita punya banyak baby..." yah pertanyaan itulah yang menarik ruhnya kembali pada raga yang sempat tertinggal disana.
Mulut Zara terkatup rapat, tak ada suara yang bisa ia dengar lagi kecuali bunyi dag, Dig, dug!! dag Dig dug!! berulang ulang.
"kyyaaaa... berhentilah berkhayal..." protes Zara ngeri "lebih baik pikirkan hal yang lain.."
"ya.. aku tahu kau pasti masih malu-malu..." bisik Aldi membuat bulu kuduk Zara dari ujung kaki sampai ujung rambut merinding dibuatnya,,
Pandangan mereka bertemu,,, persekian detik suasana jadi mengheningkan cipta. Tak ada satu suara pun lolos ke gendang telinga kedua insan itu,, sampai seseorang menyebut nama Aldi dengan suara lembut yang sangat khas di relung jiwa nya dulu.
"kamu disini Al..." suara itu terdengar dingin "bisa kita bicara sebentar..." Aldi menoleh kepada istrinya yang memberikan isyarat bahwa Aldi boleh berbicara pada Aura.
"Aku.. ke dalam dulu.. " pamit Zara meninggal kan kakak tiri bersama suaminya.
Berat??! agak cuma dia hanya ingin percaya pada Aldi.
.
"jadi ini alasan kamu ingin aku melupakan tentang perasaan aku sama kamu Al??" suara Aura terdengar parau... raut wajah mendung menyertai riak kecewa berat dari dalam hatinya "selamat Al.. " Aura meraih tubuh pria yang terdiam dihadapannya, memeluk tubuh beku itu dengan gerakan reflek "aku akan mengenang mu sebagai seseorang yang spesial dan berarti... meskipun kita harus saling melupakan..."
"maaf..." desis Aldi seperti biasa hanya kata maaf yang mampu ia ucap, dari kejauhan Zara melihat adegan menyayat hati.. entahlah ia tak tahu apa yang dibicarakan antara suami dan kakak tirinya yang pasti ia meyakini bahwa diantara mereka ada ikatan cinta yang kuat. Zara mengundurkan diri dari tempat dimana dia harus melihat semua yang berat untuk ia lihat.
-Aldi... mungkin bertahan bukan pilihan terbaik untuk ku.. aku akan pergi ketika waktu nya tiba...- lirih Zara kembali menemui keluarga mereka yang masih menunggu di meja makan.
***
Ponsel Esa berdering, segera ia menyahut si penelpon,, ia mengerenyitkan dahi mendengar dengan jantung berdebar nada suara cemas dari Olivia diseberang sana.
Wanita yang ia cintai itu menangis tersedu mengabarkan sesuatu yang buruk telah menimpa Tyas yang harus ia bawa kerumah sakit karena sesuatu yang terjadi.
"tenang sayang... aku akan segera kesana.." Esa berusaha menenangkan Olivia yang gemetar hebat, Esa bisa merasakan ketakutan yang menyergap istri nya
"ada apa Esa??" tuan Wildan menangkap reaksi cemas putra pertamanya.
"Tyas Pi... sekarang dirumah sakit..."
"apa yang terjadi??"
"entahlah..."
"oke kita segera menyusul kesana... kamu siapkan mobil papi sama mommy pamit dulu dengan Aldi dan Zara.."
.
Keluarga tuan Wildan segera berpamitan dengan Zara dan Aldi, mereka harus segera menyusul kerumah sakit, mendengar dari suara Olivia mungkin ada sesuatu yang serius telah menimpa Tyas,, calon ibu penerus keluarga Wildan Mahardika.
.