"Perusahaan Zangrandi ..." Widura mengucapkan nama itu tanpa suara, seolah-olah dia telah memiliki sebuah jawaban di dalam hatinya.
"Oke, kalau begitu kantor akan dimulai besok. Ngomong-ngomong, pak Erza, apa kamu bisa menjadi pembuka kan?"
"Yah, tapi aku tidak tahu apa-apa tentang bisnis." Wajah Erza juga terlihat sedikit malu.
"Aku tahu, anggap saja itu sebagai hal yang menyenangkkan." Widura pun menghelakan nafas tak berdaya, tetapi dia juga tidak berharap Erza akan membantunya. Selain itu, Widura juga tahu jika Erza sangat sibuk akhir-akhir ini. Dalam hatinya, dia bahkan masih menantikannya untuk terus memberantas semua teroris ini.
"Aku benar-benar telah merepotkanmu." Semakin Widura bersikap seperti ini, Erza pun semakin merasa malu. Lagipula, dia juga tidak memiliki hubungan yang intens dengan Widura.