Download App
7.39% Pengawal Nona CEO yang Paling Setia / Chapter 31: Kelompok Serigala

Chapter 31: Kelompok Serigala

"Kemana kita akan pergi sekarang?" Farina tidak marah saat ini.

"Mobil Lana memiliki alat pelacak. Dia berada di pinggiran kota saat ini." Erza melihat lokasi Lana yang ditampilkan di telepon dan berlari ke mobil.

"Tunggu aku!" pekik Farina.

Mereka pun memasuki mobil Erza dan segera melaju. Saat dalam perjalanan, Farina bertanya, "Apa hubungan antara kamu dan Bu Lana itu?" Bisa dibilang ini pertama kalinya Farina melihat Erza begitu serius.

"Hubunganku dengannya? Lupakan saja, mari kita bicarakan nanti." Erza awalnya ingin memberitahu Farina, tapi sepertinya Lana tidak ingin orang lain tahu, jadi Erza tidak mengatakannya.

"Kenapa harus nanti?" Farina sangat tidak puas.

Tak lama kemudian, keduanya tiba di lokasi.

"Aku parkir mobil di sini dan kita akan berjalan ke tempat Lana dikurung agar tidak mengejutkan para penculik itu," jelas Erza. Farina mengangguk. Mereka mengikuti alat pelacak di mobil Lana. Lalu, Erza menemukan mobil Lana yang diparkir di sebuah pabrik yang sudah tidak dipakai. Di depan pintu ada seorang penjaga. Pada saat ini, Erza benar-benar lega. Dia yakin bahwa Lana seharusnya ada di sana.

"Hei, orang-orang di dalam, kalian sudah dikepung. Segera lepaskan sandera." Pada saat ini, Farina tiba-tiba mengeluarkan pistol dari pinggangnya dan bergegas menunjuk ke dua orang di pintu. Dia berteriak dengan keras.

Erza ingin sekali menangis ketika melihat adegan ini, bagaimana dia bisa membawa wanita ini ke sini? Tetapi sekarang setelah semuanya terjadi, Erza tidak punya pilihan. Dia langsung menuju jalan kecil di sebelah pabrik itu. Dia berencana untuk pergi ke belakang dan memasuki pabrik.

"Farina, hati-hati." Namun saat Erza hendak pergi, tiba-tiba dia berteriak. Dia meraih Farina, dan langsung menekan Farina ke tanah. Ketika keduanya jatuh ke tanah, suara tembakan terdengar seketika. Ini membuat Erza dan Farina tercengang karena tidak ada yang mengira orang-orang di dalam membawa senjata.

Tapi kemudian sesuatu yang lebih mengejutkan Erza terjadi. Ketika Erza mencoba menarik Farina untuk bangkit, dia tidak sengaja menyentuh bagian sensitif Farina.

"Erza, kamu bajingan." Saat ini, Farina tidak bisa mengendalikan amarah dalam hatinya. Singkatnya, saat ini Farina sangat marah.

"Maaf, aku tidak sengaja." Erza dengan cepat menarik tangannya. Namun, saat Erza hendak mengangkat kepalanya, tembakan lain dilepaskan. Erza membungkuk lagi, tetapi ketika dia membungkuk, tangannya kembali ke posisi semula.

"Erza, bajingan! Aku akan membunuhmu." Raungan Farina terus terngiang di telinganya.

"Maaf. Ini terlalu berbahaya sekarang. Aku akan menyelesaikan semuanya sendiri. Mereka memiliki pistol di tangannya." Melihat bahwa Farina akan meledak, Erza juga berusaha mengingatkannya bahwa ini bukan saat yang tepat untuk marah.

Erza benar-benar tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bergegas bangkit. Sekarang setelah tahu bahwa para penculik itu memiliki senjata di tangannya, dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Beri aku senjatanya." Erza melirik senjata Farina.

"Apa?" Farina tercengang sesaat.

"Kubilang beri aku pistol." Ketika Erza sedang berbicara, dia tidak terlalu peduli. Dia langsung menyambar pistol Farina.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Itu pistol detektif. Apa yang kamu lakukan?" tanya Farina tidak terima. Sebelum Farina selesai berbicara, Erza dengan cepat berdiri. Dia langsung menarik pelatuk pistol milik Farina. Ketika melihat ini, Farina benar-benar tercengang karena Erza menembak dengan sangat terampil. Dia bertanya-tanya siapa Erza sebenarnya. Tanda tanya besar sudah tergambar di benak Farina.

Erza melepaskan tiga tembakan berturut-turut. Kemudian, dia jatuh ke tanah. Saat Erza jatuh ke tanah, daerah sekitarnya juga menjadi sunyi. Farina juga mengangkat kepalanya dengan hati-hati dan melihat ke depan. Ketika dia melihat pemandangan di depan, Farina menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya. Ini bukan yang ingin dia lihat. Beberapa puluh meter di depannya, tiga mayat tergeletak di sana, dan pelurunya berada tepat di tengah alis mereka.

Siapa Erza ini? Pikir Farina. Dia pasti adalah seorang penembak jitu. Ini jelas bukan pertama kalinya dia menggunakan pistol. Selain itu, ini pasti juga bukan pertama kalinya dia membunuh orang. Ekspresinya datar.

"Erza, siapa kamu?" Ketika dia memikirkan hal ini, Farina merasa tidak bisa menahannya lagi. Dia dan berjalan ke arah Erza.

"Hati-hati." Erza berlari ke arah Farina tiba-tiba, dan ketika dia mencapai Farina, Erza juga menarik pelatuknya ke suatu tempat.

Dor! Dor!

Bersamaan dengan dua tembakan, tubuh Erza bergetar sedikit, dan seseorang di pintu juga perlahan jatuh.

"Erza, kamu baik-baik saja?" Farina, yang didorong oleh Erza, juga memiliki ekspresi ngeri di wajahnya. Dia berlari di depan Erza dan melihat luka di lengannya. Farina merasa cemas dan gugup. Erza baru saja menyelamatkan dirinya. Tetapi dalam hati Farina, dia lebih memilih agar Erza tidak menyelamatkan dirinya. Dia lebih baik mati.

"Kamu tunggu di sini, aku akan masuk dan menanganinya." Erza menggelengkan kepalanya. Dia menyerahkan pistol di tangannya ke Farina, dan kemudian masuk ke dalam pabrik itu.

"Berhenti!" Farina tiba-tiba menodongkan pistol ke Erza. "Siapa kamu?" ​​Tangan Farina yang memegang pistol bergetar.

"Jika menurutmu aku orang jahat, tembaklah." Setelah mengatakan itu, Erza mengabaikan Farina dan langsung masuk. Farina tertegun. Meskipun dia ingin menembak Erza saat ini, dia tidak bisa melakukannya. Mata Farina sudah basah, dan dia berteriak keras.

Erza menghela napas tak berdaya, dan mencapai ambang pintu pabrik dengan kecepatan penuh.

"Jangan khawatir, orang yang kamu cari masih ada di tangan kami." Erza baru saja membuka pintu dan mendengar orang Amerika berbicara.

"Tim serigala memiliki peraturan. Kita harus menyelesaikan masalah ini. Sekarang meskipun kita melarikan diri, kita akan mati saat kita kembali. Tidak apa-apa. Kamu pergi dan bawa sandera sekarang juga," kata orang yang lain.

Saat mendengar nama "Kelompok Serigala", Erza berpikir sejenak. Dia pernah mendengar nama kelompok itu. Itu adalah kelompok pembunuh kelas tiga di dunia, tetapi Erza tidak dapat memahami mengapa Kelompok Serigala ini menculik Lana. Siapa sebenarnya yang membayar Kelompok Serigala untuk menculik Lana?

Tetapi saat ini, Erza terlalu malas untuk berpikir banyak. Melalui percakapan barusan, Erza tahu bahwa mereka berdua tidak jauh dengan Lana. Erza bergegas masuk.

"Siapa kamu?" Orang pertama menemukan Erza dan berteriak dengan cepat. Mendengar teriakan itu, temannya yang lain juga bereaksi. Mereka mengangkat pistol dan bersiap untuk menembak Erza. Namun, sebelum terdengar suara tembakan, Erza menusukkan dua jarum ke telapak tangan mereka hingga membuatnya mati rasa. Senjata itu jatuh ke tanah.

"Kamu siapa?" Melihat Erza, para anggota kelompok yang lain juga memiliki ekspresi ketakutan di wajahnya. Dia bertanya pada Erza dengan sedikit bergetar.

"Siapa yang mengirimmu?" Suara dingin Erza terdengar. Tidak jauh dari situ, Lana, yang matanya ditutup, sedang duduk di bangku.

"Erza, itu kamu?" Lana tidak menyangka Erza ada di sini. Ketakutannya seketika hilang karena suaminya sudah muncul saat ini. Dia akan melindungi dirinya. Saat ini, mata Lana sudah basah.

"Kamu… apa yang akan kamu lakukan?" Melihat Erza berjalan selangkah demi selangkah, wajah para anggota kelompok itu menjadi semakin ketakutan.

"Siapa yang mengirimmu ke sini?" Saat ini, Erza telah berada di depan para penculik itu. Di mata mereka, Erza seperti iblis yang mendominasi.

"Aku… Aku tidak tahu," jawab si penculik yang merupakan anggota Kelompok Serigala.

"Kalau begitu mati saja." Erza terlalu malas untuk berbicara omong kosong. Dia langsung mencengkeram tenggorokan orang itu dengan keras, dan menjatuhkannya ke tanah. Setelah berhadapan dengan orang ini, Erza juga menghela nafas lega karena Lana selamat. Entah kenapa, Erza tiba-tiba menyadari bahwa Lana sedang gugup.

"Erza, kamu di sini?" Setelah melepaskan tali, Lana langsung berlari ke pelukan Erza dan menangis sejadi-jadinya. Dia tiba-tiba merasa aman dan nyaman dalam pelukan pria ini.

"Tidak apa-apa, semuanya sudah berakhir." Erza menepuk bahu Lana dan menenangkannya dengan lembut. Lana memegang erat Erza.

Pada saat ini, Farina juga masuk. Saat melihat adegan ini, Farina tidak tahu kenapa, tapi dia merasa sedikit cemburu. Perasaan itu sangat aneh.


next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C31
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login