Download App
22.22% Pembalasan ; Lu Main Bawah, Gue Main Atas / Chapter 2: Dukungan Sahabat

Chapter 2: Dukungan Sahabat

Disudut ruangan cafe, Samudera dan Anton duduk bersebelahan dihadapan Clara, setelah menyelesaikan makan siang kedua laki – laki itu tak sedikitpun beranjak dari tempat duduk mereka, dua pasang mata kini sedang menatap intens wajah cantik perpaduan Jawa – Belanda di hadapan mereka.

"Kalian berdua kenapa sih, liatin gue kayak gitu." Tanya Clara dengan tatapan bingung dengan sikap kedua sahabatnya.

Samudera dan Anton masih setia menatap wajah Clara dengan kedua tangan bersedekap di dada.

"Ga ada yanga ingin Lo ceritakan sama kita berdua, Ra?" Suara Anton memecah kebekuan dirinya dan juga Samudera.

"Maksud kalian?"

Anton lalu menyodorkan ponsel miliknya pada Clara. Perlahan Clara mengambil ponsel Anton dan melihat layar yang masih menyala.

"Hati Lo dibikin dari apa si, Ra?" Tanya Anton Sarkas.

Clara menunduk, Ia melupakan sesuatu jika kedua sahabatnya akan selalu menjadi paparazi abadi untuk dirinya. Apapun yang terjadi pada Clara pasti akan di ketahui oleh keduanya meskipun Clara tak mengucapkan sepatah katapun pada mereka.

Anton yang menganggap Clara sebagai saudaranya sendiri, dengan setia selalu bersamanya dalam suka maupun duka selama ini. Tak pernah absen sedikitpun dalam segala cerita hidup Clara, begitu juga dengan Samaudera, laki – laki yang sedari awal mengenalnya telah menanamkan sebuah rasa melebihi sahabat pun dengan sabar menanti dan mecintai Clara dengan diam karena Ia tahu Clara sangat mencintai Dimas. Cukup dengan melihat Clara tersenyum itu sudah cukup untuk samudera.

Clara menunduk, perlahan air matanya menetes. Samudera menarik nafas panjang kemudian bangakit dari duduknya lalu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Clara yang duduk di kursi cafe.

Pelukan Samudera selalu mampu menenangkan Clara, Anton yang tak mengubah posisinya sedikitpun dapat melihat itu.

'Semoga dengan adanya kejadian ini, kamu dapat membuka mata Lo Ra siapa laki – laki yang pantas kamu cintai dan kamu miliki.' Batin Anton.

"Ada gue dan Anton, Ra. Kita akan selalu ada buat Lo, jangan lagi kau sembunyiin luka sekecil apapun dari kami berdua. Ok?" Ucap Samudera dengan belaian lembut pada rambut panjang Clara.

Clara semakin tergugu, membuat siapapun dapat melihat sesakit apa luka yang sedang Ia rasakan.

"Maafin gue." Ucap Clara terbata.

"Kenapa Lo minta maaf, kita Cuma mau penjelasan dari Elo." Ucap Samudera yang masih memeluk tubuh Clara.

"Karena gue ga jujur pada kalian."

"Dan sekarang Lo mau jujur?" Tanya Anton.

Clara melepaskan pelukan Samudera, dengan telaten Samudera menghapus air mata Clara menggunakan tissu yang tersedia di atas meja.

"Gue ga suka liat air mata, Elo. Lagian Elo jelek banget kalo lagi nangis." Goda Samudera. Sontak Clara menepuk pundak Samudera kesal.

Samudera terkekeh, lalu bangkit dari berjongkok dan memilih duduk di samping Clara.

"Ok, udah tenangkan Lo sekarang?" Tanya Anton dan di balas anggukan oleh Clara.

"Sekarang ceritakan bagai mana Dimas bisa jadian sama adik Lo." Titah Samudera dengan tubuh duduk menyerong menghadap Clara.

Clara menarik nafas panjang, lalu mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada kedua sahabatnya. Kedua jari jemari Anton dan Samudera mengepal erat hingga jemarinya memutih.

"Dan Elo hanya diam aja selama ini, Ra?"

"Belum lama keles, baru dua minggu yang lalu."

Anton dan Samudera memutar bola mata malas.

"Lalu, apa yang akan Lo lakuin? Kalo Lo Cuma mau diem aja, biar gue yang bergerak." Ucap Samudera.

"Jangan! Cukup kalian bantu gue dengan selalu ada buat gue itu sudah cukup."

"Kenapa Lo ga kembali ke perusahaan keluarga Elo aja sih Ra, dengan begitu Elo bisa kasih lihat sama Dimas siapa Elo sebenarnya." Ucap Anton.

Clara menggeleng cepat.

"Ga! Gue belum bisa balik ke keluarga gue."

"Kenapa?" Tanya Anton dan Samudera bersamaan.

"Gue ingin tahu mengapa Dimas menghancurkan keluarga gue, gue ingin tahu apa yang sebenaranya terjadi."

Anton dan Samudera saling tatap.

"Biar itu menjadi urusan kita, Ra." Ucap samudera.

"Enggak Sam. Kalian udah selalu gue repotin selama ini."

"Lo apa – apaan sih Ra, kita itu sahabatan ga sehari dua hari Lho, Ra." Ucap Anton.

"Gue ga rela, Lo disakitin segini dalamnya sama Dimas, Elo itu dah kayak adik gue Ra, Gue ga bisa liat Elo diginiin."

"Apa lagi gue, Ra. Gue lebih ga rela Lo sakit hati kayak gini, mana bisa seorang raja melihat ratunya sakit begini, Ra." Godaan yang sebenarnya adalah perkataan jujur dari dalam hati Samudera meluncur begitu saja, membuat senyuman Clara terbit walau hanya senyuman tipis.

"Kalian memang terbaik." Clara mengengam kedua tangan sahabatnya yang ada di atas meja.

"Kita akan selalu ada buat Lo, jadi hangan pernah ragu untuk mengatakan apapun sama kita." Ucap Samudera membelai penuh sayang rambut Clara yang duduk tepat di sampingnya.

"Makasih abang dan rajanya akuhhh..."

"Weeeeekkk!! Gue mau muntah dengernya Ra." Ucap Anton.

"Dasar Lo." Clara menepuk pelan tangan Anton yang tadi Ia gengam.

"Jadi, langkah pertama apa yang ingin kamu lakukan?" Tanya Samudera.

Clara menatap Samudera, "Langkah pertama.." Ucap Clara dengan tatapan menerawang.

"Gue akan ikuti terus permainan Dimas, selama dia ga tahu identitas asli gue, gue yakin gue masih amankan?" Clara menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Yap!" Jawab keduanya mantap.

"Lalu?" Tanya Anton.

"Dengan begitu, gue bisa menyelidiki mengapa keluarga Dimas ingin menghancurkan keluarga gue dengan lebih mudah karena akses utama udah gue dapatin."

"Lalu bagai mana dengan adik, Lo?" Tanya Anton, sedangkan Samudera masih diam menyimak setiap kata yang keluar dari Clara.

"Gue akan buka siapa Dimas sebenarnya secara perlahan, gue juga ga mau kalau adik gue jadi korban Dimas, apa lagi gue tahu kalau Dimasga benar – benar cinta sama adik gue, sedangkan gue yakin adik gue cinta banget sama Dimas."

"kenapa Elo bisa seyakin itu?"

"Dimas adalah cinta pertama adik gue, selama ini adik gue di larang pacaran sama bokap, jadi setelah bokap ga ada, adik gue bebas pacaran, tapi sayangnya adik gue ketemu sama laki – laki yang salah."

"Oya Sam, gue harap ga ada orang yang tahu kalau kita bersahabat, gue ga mau Dimas merasa terancam, kalau tahu Lo temen Gue."

Samudera menarik nafas panjang, lalu mengangguk." Ok."

"terus, apa yang bisa kita lakukan buat bantu Elo?"

Clara mengigit bibir bawahnya.

"Ga usah ragu." Ucap Samudera seolah tahu apa yang sedang dipikirkan sahabatnya itu.

"Sam, bisa tidak perusahaan Lo, bekerja sama dengan perusahaan bokap gue dan juga perusahaan Dimas." Clara lalu menunduk setelah mengucapkannya. Ia tahu kecil kemungkinan Samudera bisa mengabulkannya, karena bidang usaha ketiga perusahaan tersebut berbeda.

"Tentu saja bisa." Jawaban dari Samudera membuat Clara tiba – tiba mendongak menatap wajah tampan yang selalu menatapnya dengan tatapan yang meneduhkan.

"Tapi perusahaan Lo kan..."

"Santai aja kali Ra..." Ucap Anton, yang sudah tahu jalan pikiran Samudera.

"Tunggu kabar dari gue, dan siap – siap dapat tugas bari juga dari gue, OK?" Ucap Samudera dengan senyumannya yang menenangkan Clara.

Clara mengangguk, "Maksih.... Makasih banyak – banyak sampai ga bisa ngitung." Kata Clara girang.

'Gue akan lakukan apapun itu buat Elo, Ra.' Batin Samudera.


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login