Alif terbangun dengan perasaan cemas. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, saat dia akan berbagi tulisannya dengan sekelompok orang di komunitas penulis lokal. Meskipun ia merasa lebih kuat, ketakutan akan penilaian orang lain masih menghantuinya. Namun, dia tahu bahwa ini adalah langkah penting dalam perjalanannya untuk menemukan diri.
Pagi itu, dia memutuskan untuk mengunjungi Naya di klinik sebelum acara. Dia ingin berbagi kecemasannya dan mencari dukungan. Ketika dia masuk, Naya sudah menunggu dengan senyum cerah.
"Selamat pagi, Alif! Bagaimana perasaanmu hari ini?" tanya Naya, menyilakan Alif duduk.
"Pagi, Naya. Aku merasa campur aduk," jawab Alif, menunduk. "Aku excited, tapi juga sangat takut."
"Normal. Apa yang membuatmu takut?" Naya bertanya, penuh perhatian.
"Aku takut jika orang-orang tidak mengerti tulisanku, atau lebih buruk lagi, mereka menghakimi aku. Aku merasa seperti akan menunjukkan bagian terdalam dari diriku, dan itu menakutkan," ungkap Alif dengan suara bergetar.
Naya mendekat, menaruh tangan di atas tangan Alif. "Ingat, kamu tidak sendirian dalam perjalanan ini. Setiap orang yang hadir di sana memiliki cerita dan ketakutan masing-masing. Kamu sedang melakukan hal yang sangat berani. Berbagi kisahmu bisa memberi inspirasi bagi mereka."
Alif menatap Naya, merasakan kekuatan dari kata-katanya. "Terima kasih, Naya. Kamu selalu bisa membuatku merasa lebih baik. Aku berusaha keras untuk tidak membiarkan Zeta mengambil alih. Dia selalu berkata bahwa aku tidak cukup baik untuk berbagi."
"Zeta mungkin tidak ingin melihatmu terluka, tetapi kamu telah tumbuh jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Ini saatnya untuk menunjukkan kepada Zeta bahwa kamu dapat mengambil alih kendali hidupmu," jawab Naya, memberikan dukungan yang membuat Alif merasa lebih percaya diri.
"Bagaimana jika dia muncul saat aku sedang membaca?" tanya Alif, khawatir. "Apa yang harus aku lakukan?"
Naya tersenyum. "Ingat, kamu adalah tuan atas dirimu sendiri. Jika Zeta muncul, katakan padanya bahwa kamu di sini untuk berbagi, dan kamu berhak mendapatkan dukungan. Kamu tidak perlu menghadapi ini sendirian."
Alif mengangguk, merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. Setelah berbagi dengan Naya, ia merasa lebih siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.
---
Di lokasi acara, Alif berdiri di depan banyak orang, jantungnya berdegup kencang. Suasana di dalam ruangan terasa hangat dan ramah. Beberapa orang tampak antusias, dan Alif merasa sedikit lebih tenang. Dia melihat wajah-wajah akrab, termasuk Naya yang duduk di barisan depan, memberinya anggukan dukungan.
Setelah pengantar, saatnya Alif membaca tulisannya. Ia meraih kertas dan mulai membaca dengan suara yang sedikit bergetar, namun ia berusaha untuk menampakkan keberanian.
"Ini adalah kisah perjalananku, tentang mengenali diri sendiri dan menghadapi kepribadian yang selalu mengintai dalam bayang-bayangku," katanya, menatap penonton. "Aku ingin berbagi bagaimana proses itu membawaku dari ketidakpastian menuju harapan."
Saat ia membaca, kata-kata itu mengalir, dan ia merasakan ikatan yang kuat dengan audiens. Setiap kata membangkitkan emosi yang mendalam, dan Alif bisa melihat beberapa pendengar terharu. Namun, di tengah-tengah pembacaan, suara Zeta mulai membisikkan keraguan.
"Kamu tidak bisa melakukan ini. Mereka semua hanya berpura-pura mendengarkan. Mereka akan tertawa di belakangmu," bisik Zeta, berusaha menjatuhkan semangat Alif.
Tapi kali ini, Alif menolak untuk mendengarkan. "Aku di sini untuk berbagi, dan aku tidak akan membiarkanmu menguasai diriku lagi," jawab Alif dalam hati, mencoba mengusir bayangan negatif itu.
Akhirnya, Alif menyelesaikan bacaan. Seluruh ruangan hening sejenak, lalu disusul dengan tepuk tangan meriah. Dia merasa terharu dan bersemangat. Dia berbalik ke arah Naya, yang tersenyum bangga.
Setelah acara, Alif mendapat kesempatan untuk berbicara dengan beberapa peserta. Salah satu wanita mendekatinya, matanya berkaca-kaca. "Tulisanmu menyentuh hatiku. Aku juga mengalami kesulitan dengan kesehatan mentalku. Mendengar cerita dan keberanianmu memberi harapan."
"Terima kasih. Itu sangat berarti bagiku," jawab Alif, merasakan rasa terhubung yang mendalam.
Saat mereka berbicara, Alif merasa Zeta semakin jauh. Setiap interaksi dengan orang lain memperkuat keyakinannya bahwa berbagi adalah langkah menuju penyembuhan.
Dia bertemu dengan beberapa orang lain yang juga berbagi pengalaman mereka. Alif merasakan beban berat yang mulai terangkat. Dia sadar bahwa meskipun perjuangan kesehatan mental itu sulit, ada banyak orang yang bersedia mendengarkan dan berbagi jalan bersama.
Saat acara berakhir dan Alif berjalan keluar, Zeta tidak lagi mendengung dalam pikirannya. Dia merasa lebih tenang dan kuat. Ketika ia bertemu Naya di luar, senyumnya mengembang. "Aku melakukannya, Naya! Aku benar-benar melakukannya!"
"Kamu luar biasa, Alif! Aku sangat bangga padamu," jawab Naya, memeluknya erat.
"Rasanya seperti aku menemukan bagian dari diriku yang hilang," ungkap Alif, merasakan kegembiraan meluap-luap. "Aku ingin terus berbagi dan membantu orang lain."
"Dan kamu bisa. Ini baru permulaan perjalananmu. Selalu ingat bahwa keberanianmu akan menginspirasi banyak orang lainnya," Naya berkata, menatap mata Alif dengan harapan dan keyakinan.
---
Di malam hari, Alif pulang dengan perasaan yang berbeda. Dia sudah melangkah maju, dan Zeta tidak lagi menguasai pikirannya. Dengan hati yang penuh harapan, dia menyadari bahwa perjalanan ini adalah tentang pengertian, penerimaan, dan kebangkitan diri.
Di atas meja, dia menemukan catatan yang ditulisnya pagi itu. Membaca kembali tulisannya, Alif merasa bangga. Dia sudah melangkah lebih jauh dari yang dia bayangkan. Di saat itu, Alif berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan berhenti di sini. Dia akan terus menulis, terus berbagi, dan terus berjuang.
---