Ren membawa Gin dan ibunya ke penthouse dia. Tentu saja kedua orang itu melongo kaget melihat seperti apa hunian Ren.
"Kau … kau tinggal di tempat seperti ini … Ren … kenapa kau malah bersekolah di SMA Harapan Luhur kalau kau bisa tinggal di rumah semacam ini?" Gin masih terpukau.
"Hn, aku terjebak di sekolahmu karena aku harus membuat tobat preman-preman seperti kau dan kawan-kawanmu itu." Ren berkata ketus sambil memimpin jalan ke kamar khusus terapi yang dulu pernah dihuni Pak Din.
"Gin preman di sekolah?" Ibunya menoleh ke sang putra.
Sontak, Gin jadi malu dan salah tingkah, dia menjawab, "Itu … itu dulu, kok Bu. Sekarang sudah tidak. Sekarang aku sudah ingin belajar untuk ujianku." Sambil dia mengusap tengkuknya.
Sang ibu tersenyum dan berkata, "Syukurlah kalau kamu sudah mau serius dengan pelajaranmu, Ibu ikut senang dan bangga kalau kau jadi orang sukses nantinya."