Download App
11.23% Pacarku Ketua BEM / Chapter 30: Akibat Sebuah Pelukan

Chapter 30: Akibat Sebuah Pelukan

Yuna dan Putra sangat kaget saat melihat Yola dan Ardilo. Keduanya terdiam di tempat. Mereka tidak mau mengganggu, mereka diam saja disana sambil melihat dan mendengarkan apa yang mereka lakukan. Yuna dan Putra yakin mereka tidak akan berbuat macam-macam. Tapi mengingat mereka hanya berdua, Yuna dan Putra entah kenapa berpikiran yang sama untuk mengawasi mereka.

"Yola, lo kenapa? Kenapa nangis?" tanya Ardilo sambil berusaha melepaskan pelukan Yola. Jujur dia tidak nyaman Yola memeluknya seperti ini. Ardilo terlalu fokus dengan Yola sehingga tidak tahu kalau Yuna dan Putra ada disana. Bahkan mereka tidak tahu kalau Taera ada di belakang Yuna dan Putra melihat Yola memeluk Ardilo.

"Ardi... gue sedih banget. Gue habis diputusin sama Hendo. Dia jahat banget mutusin gue disaat masa-masa ujian gini. Gue sedih banget, gue hancur. Lo tahu kan gue sayang banget sama dia," jawab Yola kemudian menangis lagi. Yola berbohong, sayangnya Ardilo tidak tahu akan hal itu.

"Hendo mutusin lo kenapa?" tanya Ardilo. Yola masih belum melepaskan pelukannya.

"Katanya gue ganggu waktu dia, Ardi. Gue ganggu skripsi dia. Gue ganggu fokus dia. Padahal gue udah berusaha ngertiin dia di tengah kesibukan gue. Dia bilang gue nggak pengertian. Gue sedih Ardi. Gue kan udah berusaha sebaik mungkin," kata Yola sambil menangis sesenggukan.

"Ya udah, sekarang lo tenang dulu ya, gue ambilin minum," kata Ardilo. Akhirnya Yola mau melepaskan pelukannya ke Ardilo dan duduk di bawah sementara Ardilo mengambilkan minum untuk Yola.

"Nih minum dulu biar tenang," kata Ardilo memberikan segelas air mineral kepada Yola.

Yola meminumnya. Ardilo merasa kasihan dengan Yola. Dia tahu disaat masa UAS ini setiap orang pasti butuh pikiran yang tenang dan fokus. Ardilo tahu Yola sedih dan tidak bisa fokus. Akhirnya Ardilo memutuskan untuk menghibur Yola.

Air mata Yola masih menetes. Dia meminum air mineral itu sambil menangis. Ardilo tidak tega. Dia mengambil tisu dan mengelap air mata Yola dengan lembut.

"Udah jangan nangis lagi. Habis ini kita ujian. Lo harus fokus. Coba ceritain semuanya ke gue," kata Ardilo. Dia memang sempat kesal dengan Yola kapan hari yang membuat Taera dan Stefa hampir salah paham, tapi bagaimanapun Yola adalah salah satu teman baiknya.

"Kapan hari gue ketemuan sama Hendo. Dia marah-marah sama gue di cafe. Dia bilang gue nggak ngertiin dia. Dia sibuk tapi gue ganggu. Katanya gue harus fokus ke dia juga, nggak boleh ikut organisasi karena selama pacaran sama dia, gue jarang meluangkan waktu sama dia. Gue dimarah-marahin Ardi. Orang-orang lihat kita berantem. Gue sedih banget. Gue kecewa sama sikap dia. Gue nggak nyangka dia bakalan kayak gitu ke gue," curhat Yola yang sebenarnya penuh dengan bumbu-bumbu.

Ardilo merasa kasihan dengan Yola. Dia tidak menyangka kalau Hendo akan seperti itu. Padahal dulu saat mereka awal pacaran, Hendo paling mendukung Yola dan Ardilo untuk aktif ikut organisasi. Entah apa yang membuat Hendo berubah pikiran, Ardilo bingung sekaligus ikut marah.

"Mungkin bang Hendo udah berubah. Sekarang lo jangan pikirin itu dulu. Sebentar lagi kita ujian, lo harus fokus. Nilai lo harus bagus. Jangan sampai hal-hal kayak gini bikin lo lemah. Lo kuat Yola. Gue yakin lo bisa menghadapi ini semua. Lo Yola yang selalu ceria, lo nggak boleh sedih karena ini," kata Ardilo menyemangati.

Yola kemudian memeluk Ardilo lagi. Ardilo yang kaget hanya bisa terdiam saja.

"Makasih ya, Ardi. Lo memang temen dekat gue yang paling baik dan pengertian," kata Yola sambil memeluk erat Ardilo.

Yuna dan Putra yang memperhatikan mereka ikut kesal dengan tingkah Yola yang main peluk Ardilo begitu saja. Mereka memang teman dekat, tapi cewek dan cowok berpelukan, rasanya aneh bagi mereka karena mereka hanya sebatas teman. Sementara Ardilo sudah punya pacar.

"Main peluk aja sih dia?" umpat Yuna.

"Ssstt....nanti mereka dengar. Udah ayo pergi, jangan ganggu," kata Putra.

Saat mereka berbalik, Yuna dan Putra sangat kaget ketika melihat Taera yang sudah bercucuran air mata.

"Waduh..." kata Putra spontan, sementara Yuna berteriak karena kaget. Karena mendengar suara teriakan dari luar sekret, Yola dan Ardilo segera keluar. Saat mereka keluar, Taera berlari pergi sambil menangis.

"Kenapa kalian nggak bilang kalau ada Taera disini?" tanya Ardilo dengan kesal.

"Kita juga nggak tahu kalau ada Taera," kata Yuna.

Ardilo langsung memakai sepatunya dan berlari mengejar Taera.

***

Ardilo mengejar Taera ke arah jurusannya, sayangnya dia tidak menemukan Taera dimanapun. Dia bertanya kepada anak-anak Fakultas Ekonomi yang sudah datang untuk siap-siap ujian, tapi mereka tak ada yang melihat Taera. Ardilo rasanya putus asa. Bagaimana kalau Taera melihat Yola memeluknya tadi? Dia pasti salah paham. Ardilo ingin mencari Taera tapi waktu memaksanya untuk segera kembali karena dia harus bersiap untuk ujian. Ardilo sudah berusaha menelpon Taera tapi tidak diangkat. Ardilo kini hanya bisa berharap semoga Taera tidak salah paham.

Sementara itu, Taera bersembunyi di bilik toilet yang ada di jurusannya. Dia menangis dalam diam. Dia tidak mengangkat telepon dari Ardilo. Dia sudah melihat semuanya, Yola memeluk Ardilo dan Ardilo membiarkannya begitu saja. Apakah Ardilo tidak ingat kalau dia sudah punya pacar? Taera nggak habis pikir. Apakah mungkin yang dikatakan Ardilo selama mereka kencan beberapa hari yang lalu hanya kebohongan kalau dia mencintai Taera saja? Taera sangat kesal dan terus menangis.

Akhirnya dia ngechat Stefa agar segera datang. Untungnya Stefa sudah berada di kampus. Tentu saja Taera sudah memberi tahu Stefa untuk tidak memberi tahu siapapun dimana keberadaan Taera. Setelah sampai di toilet, Stefa bertemu dengan Taera.

"Taera, lo kenapa?" tanya Stefa.

Taera tidak menjawab, dia memeluk Stefa sambil menangis.

"Taera, cerita ke gue! Ada apa? Lo kenapa sembunyi di toilet? Ada apa?" tanya Stefa penasaran. Dia khawatir karena selama ini belum pernah melihat Taera menangis.

Taera kemudian menceritakan apa yang baru saja dia lihat di sekret BEM Fakultas Ekonomi. Stefa sangat kaget dan ikut kesal. Dia kemudian memeluk Taera dan berusaha menenangkannya agar Taera tidak menangis lagi.

"Sekarang, lo fokus ujian dulu, oke. Ini penting. Nanti setelah selesai ujian, lo selesaiin semuanya sama kak Ardilo. Lo tenang dulu oke," kata Stefa.

Taera hanya mengangguk. Mereka kemudian keluar dari toilet dan segera bersiap untuk masuk ke ruang ujian.

***

Ardilo mengerjakan ujian hari ini dengan kecepatan kilat. Bukan hanya karena dia pintar, tapi karena kesalahpahaman yang dilihat Taera tadi membuatnya mengerjakan ujian secepat mungkin. Dia kemudian segera ke jurusan Akuntansi dan mencari ruang ujian Taera. Dia menunggu disana. Beberapa saat Taera keluar dari ruang ujian karena ujian sudah selesai.

"Taera, aku..." kata Ardilo.

"Jangan ngomong disini kak, nggak enak dilihatin orang. Kita pindah ke tempat sepi aja," ajak Taera.

Ardilo menuruti permintaan Taera. Mereka pergi ke tempat yang cukup sepi. Ardilo dapat melihat mata Taera yang sedikit sembab. Dia tahu Taera pasti menangis. Ardilo jadi merasa bersalah. Dia benar-benar ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik.

"Taera, tadi itu...."

"Aku mau kita putus kak," kata Taera.


CREATORS' THOUGHTS
mirnanata mirnanata

Halo, aku update lagi nih. Wah kira-kira gimana nih kelanjutannya ya? Apakah Taera dan Ardilo akan putus? Ikuti terus ceritanya ya. Jangan lupa commentnya :)

next chapter
Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C30
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login