The Randle, sebuah hutan yang sering dijuluki sebagai hutan terlarang karena hutan tersebut merupakan sarang dari monster-monster buas dan makhluk-makhluk mistis.
Namun meski begitu tidak sedikit manusia yang tetap nekat untuk memasuki hutan tersebut.
Odette berjalan sambil mengelus-elus lengan atas tangan kirinya, dia merasa merinding saat dia melihat pohon-pohon yang tumbuh sangat besar.
Odette memperkirakan bahwa pohon-pohon tersebut memiliki tinggi seratus hingga seratus lima dua ratus meter dengan ketebalan batang yang mencapai belasan hingga puluhan meter.
Banyak akar dari pepohonan tersebut yang mencuak keluar, mengekang pohon lain yang berada di sekitarnya, bahkan ada juga di antara akar-akar itu yang melilit dan mencekik batangnya sendiri.
Setelah puas melihat ke sekitar, Odette menengadah melihat daun-daun yang berada di atas. Daun-daun tersebut terbentang lebar dsn saling tumpang tindih dan menutup jalan cahaya matahari dengan sangat rapat dan karena itulab suasana di dalam hutan menjadi gelap, lembap, dingin dan berkabut.
Mata biru Odette kini beralih melihat buah yang tergantung di ranting. Bentuk dari buah-buah tersebut terlihat aneh dan Odette sama sekali tidak pernah melihat buah yang seperti itu.
"Anwen apa kau pernah ke hutan ini sebelumnya?" Sekarsng Odette menatap punggung Anwen yang berjalan di depannya. Odette bertanya karena Anwen terlihat begitu tenang bahkan hampir di sepanjang jalan dia bersiul.
"Tidak. Ini pertama kali," jawabnya.
"Kau terlihat sangat santai. Apa kau tidak merasa merinding? Sejak memasuki hutan ini semua buluku berdiri," ucap Odette sambil menengok ke kanan dan ke kiri, khawatir jika di sekitar mereka ada makhluk buas yang sedang mengintai namun bruk!
"Aw." Dia melangkah mundur saat dia menabrak Anwen yang tiba-tiba berhenti.
"Ada apa?" tanya Odette mengerjap-ngerjap namun Anwen tidak menjawab. Gadis itu terdiam seperti patung dan entah kenapa Odette semakin merinding dan perasaannya mendadak tidak enak.
"A-Anwen ada apa? Jangan bercanda, ini tidak lucu," ucapnya takut-takut namun gadis itu belum juga meresponnya. Bahkan sekarang gadis itu terdengar terkikih.
Hihihihihihi.
Mendengar itu kaki dan tangan Odette gemetar, jantungnya berdetak sangat cepat dan dia mulai berkeringat dingin. Dia merasa sangat ingin lari tetspi dia tidak ingin meninggalkan Anwen yang sepertinya sedang kerasukan.
"A-Anwen."
Hihihihi ....
Glug.
Odette menelan ludah, seluruh tubuhnya saat ini sudah gemetar, rasa dingin terasa menusuk ke tulang-tulangnya namun meski begitu dia mengumpulkan semua keberanian yang dia miliki dan mengangkat tangan untuk menyentuh bahu Anwen. "A-Anwen k-kau …."
AAARRGH!
"AAAAAH!"
Odette langsung berteriak histeris sambil melindungi kepalanya dengan tangan saat Anwen tiba-tiba berbalik dan meraun keras dengan kedua tangan yang diangkat ke udara untuk menakut-nakuti.
Odette masih menjerit ketakutan namun dia berhenti saat mendengar suara tawa Anwen.
"Hahaha, Nona Ody lucu sekali."
Sial!
Odette mengumpat dalam hati saat menyadari dirinya telah menjadi korban prank Anwen.
Dia mrnatap Anwen sebal. "Tidak lucu, hump!" ucapnya lantas membuang muka namun Anwen tanpa perasaan berdosa merangkul bahunya dan berkata, "Maaf Nona Ody. Hehehe."
Odette menoleh melihat Anwen yang sedang tersenyum memperlihatkan barisan gigi putihnya. Gadis itu meminta maaf tetapi terlihat tidak menyesali perbuatannya persis seperti kakaknya.
Menyebalkan.
"Nona Ody, jangan khawatir, selama kita punya ini semuanya akan baik-baik saja," ucap Anwen sambil menunjukkan tiga bola ungu yang ada di telapak tangannya.
"Itukan … bola tidur?" Odette mengingat bola ungu itu adalah bola yang sama yang diberikan Anwen kepadanya saat mereka dikejar oleh empat prajurit berseragam hitam.
Anwen bilang itu adalah bola tidur dan menyuruh Odette untuk melempar bola itu kepada para prajurit yang mengejar mereka. Tidak lama setelah bola itu dilempar keempat prajurit tersebut berjatuhan dari kuda.
"Ini … apa ini bisa melumpuhkan monster?" tanya Odette ragu-ragu karena sosok monster di dalam benak Odette adalah makhluk besar yang tingginya mencapai puluhan kaki dan kalau mereka melempar bola itu maka bola itu harus mengenai wajah sang monster agar sang monster bisa menghirup gas tidur yang ada di dalam bola itu.
Kalau mereka melempar di depan kaki sang monster maka kemungkinan gas dari bola tersebut tidak sampai ke hidung monster dan kalau sudah begitu mereka sudah pasti akan tamat.
"Jangan khawatir, ini dosisnya lebih tinggi. Aku pernah melempar ini ke Kak Rion dan Trishy dan mereka berdua mati suri selama dua hari," ucap Anwen dengan nada penuh kebanggaan. Dia tidak memperhatikan bagaimana ekspresi aneh Odette saat mendengar pernyataannya.
'Gadis ini ternyata lebih berbahaya daripada monster,' batin Odette.
Sementara itu, tanpa mereka sadari, dari balik akar-akar yang mencuak keluar serta semak-semak yang berada di belakang mereka, sepasang mata merah yang besar menyala dalam kegelapan dan sepasang mata merah yang sama pun nampak terlihat dari balik semak-semak yang berada di sebelah kiri kedua gadis itu.
Grrrr ….
Odette yang mendengarkan raungan pelan itu tertegun disusul dengan berdirinya bulu-bulu halus di tengkuknya.
"Anwen apa kau mendengarnya?" tanyanya namun Anwen terlihat menatap bingung dan bertanya ada apa.
"Aku mendengar suara raungan ," kata Odette menyisir pandangan ke sekitar dan Anwen pun terlihat melakukan hal yang sama.
Grrrrr ….
Odette dan Anwen terkejut saat melihat semak-semak yang berada di sebelah kiri mereka bergerak-gerak.
Anwen segera melangkah maju mencabut pedang yang sejak tadi dia bawa di punggungnya lalu melangkah maju dan berdiri di depan Odette.
Alis Anwen menukik dan kedus matanya menatap tajam ke arah semak-semak yang bergerak-gerak di hadapannya , menunggu dengan waspada pemilik dari suara raungan yang dia dengar keluar dari persembunyian namun hal yang tidak terduga terjadi..
ROARR!
"Nona Ody awas!"
"Ah!"
Bruk!
Slas!
"ANWEN!
Seekor makhluk besar melompat dari belakan untuk menyerang Odette namun Anwen dengan cepat berbalik mendorong Odette dan menjadikan dirinya sebagai tameng yang menerima serangan makhluk tersebut.
Odette yang baru bangun setelah jatuh tersungkur segera menangkap tubuh Anwen yang terlihat akan tumbang.
Grrrr ….
Grrtr ….
"Hah?" Odette terkejut ketika dua ekor makhluk melompat dari balik semak-semak yang ada di depan dan juga sebelah kanannya. Kedua matanya langsung terbelalak lebar ketika dia bisa dengan jelas melihat wujud makhluk tersebut.
Saat ini di hadapan dan sebelah kiri Odette berdiri dua makhluk yang mengerikan.
"Chimera," kata Anwen. Dia yang sebelumnya bersandar di Odette memaksakan diri untuk bangun. Bagian atas bajunya nampak terkoyak dan dipdnuhi oleh darah.
Odette merasa sangat khawatir melihat keadaan Anwen. "Anwen kau terluka parah," ucapnya dengan wajah menyesal. Anwen terluka karena menyelamatkannya.
"Nona Ody ambil ini dan pergilah dari sini," kata Anwen memberikan tiga bola tidur miliknya. "Pergilah menemui Aathreya. Jika kau bertemu dengan monster lemparkan bola itu kepadanya. Aku akan menahan dua makgluk ini di sini," kata Anwen yang membuat Odette tertegun.
Odette menatap punggung Anwen dengan mata berkaca-kaca sementara itu Anwen fokus melihat dua ekor singa yang memiliki kepala kambing di punggungnya serta memiliki ekor berupa ular.
Grrr …
Kedua makhluk itu meraung sambil melangkah mendekat perlahan-lahan.
Anwen memasang kuda-kuda, mengamati setisp pergerakan yang dilakukan oleh kedua makhluk itu namun sesaat dia melihat ke belakang saat Odette sama sekali tidak bergerak.
"Nona Ody pergilah, aku akan menahan–"
"Jangan konyol! Mana bisa aku lari dan membiarkanmu menghadapi mereka sendirian!"
"Jangan khawatirkan aku dan pergilah! Aku akan segera menyusulmu jika kau tetap di sini aku tidak bisa melindungimu sambil melawan mereka," kata Anwen.
Sesaat Odette terdiam lalu berkata, "Baiklah."
Setelah itu dia melangkah mundur perlahan, berbalik dan segera berlari namun Chimera yang berdiri di sebelah mereka langsung melompat untuk menerkamnya namun Anwen tidak kalah cepat segera melompat sambil melakukan tebasan vertikal yang membelah dua kepala kambing yang berada di punggung makhluk itu dan membangkitkan kemarahan makhluk tersebut.
ROAARR!
Chimera itu meraung sangat keras dan langsung menyerang Anwen. Pertarungan pun tidak dapat dihindarkan.
ROARR!
Tidak berselang lama, seekor Chimera yang lsinnya meraung keras dan bergabung dalam pertarungan.
Slash!
Anwen berhasil melukai kepala Chimera yang ada di hadapannya dan segera membanting tubuhnya ke samping saat dia menyadari serangan lain datang dari belakang. Gerakannya Anwen membuat serangan tersebut mengenai chimera yang kdpalanya telah terluka.
FOARR!
Chimera itu kembali meraung sangat keras saat cakar tajam temannya menghantam wajahnya dan melukai sebelah matanya.
Anwen yang berguling-guling segera bangkit berdiri dan kembali bergerak saat kedua lawannya kembali menyerang. Sementara itu Odette yang telah bersembunyi di balik pohon memperhatikan Anwen yang saat ini sedang bertarung melawan dua ekor monster.
Dia tidak tahu kalau Anwen begitu hebat tetapi dia tidak bisa membiarkan Anwen melawan kedua monster itu sendirian, dia harus membantu.
Dia melihat tiga bola ungu yang ada di tangannya. Dia tahu benda itu bisa membantu tetapi Anwen harus menjauh dari kedua makhluk itu terlebih dulu.
Dia keluar dari balik pihon lalu berseru, "ANWEN MENJAUHLAH DARI SANA, AKU AKAN MEMBERIKAN MEREKA BOLA TIDUR!"
"AKU MASIH BISA MENGHADAPI MEREKA! SIMPAN ITU UNTUK MENGHADAPI MONSTER YANG LEBIH BUAS!" jelas Anwen sambil terus bergerak.
Apakah gadis itu sadar dengan makhluk yang dia hadapi saat ini? Itu adalah salah satu makhluk terbuas yang menghuni Hutan Randle dan apa yang dia katakan? Lebih buas? Odette bahkan tidak bisa membayangkan makhluk yang lebih buas dari yang dihadapi oleh Anwen sekarang.
"ANWEN TURUTI AKU! AKU TIDAK MAU KAU TERLUKA KARENA AKU!" teriak Odette namun Anwen sama sekali tidak berniat untuk melakukan apa yang Odette katakan.
Gadis itu terus bergerak menghindari serangan-serangan yang dilakukan oleh kedua makhluk itu sambil sesekali melakukan serangan balik. Walaupun Anwen telah mengatakan bahwa dia bisa menghadapi kedua makhluk itu tetapi Odette bisa melihat dengan jelas keunggulan makhluk itu dari Anwen.
Anwen memang sangat cepat dalam bergerak tetapi perlahan-lahan kecepatannya mulai menurun. Saat ini Anwen masih bisa menghindari setisp serangan musuh dengsn baik tetapi itu tidsk aksn berlangsung lama. Kekuatan dan stamina makhluk itu berada di atas Anwen.
***
Sementara itu Rion dan Trish terlihat sudah sampai di pintu masuk Hutan Randle dan mereka bertemu dengan Dan.
Rion segera turun dari kudanya, disusul oleh Trish lalu menghampiri kuda putih milik Anwen. Wajah Rion terlihat cemas. "Apa yang terjadi? Di mana Anwen?"
Dan meringkik pelan seolah mengatakan sesuatu yang tidak bisa Rion pahami.
"Apa dia masuk ke dalam hutan?" tanya Rion asal menebak dan Dan memberikan satu anggukan.
"Lalu kenapa kau tidak ikut bersama mereka?" kali ini Trish yang bertanya dan Dan menggeleng.
"Apa kau takut?" Trish kembali bertanya dan Dan mengangguk.
Setelah mendapat jawaban dari kuda putih itu, Rion dan Trish kembali menaiki kuda mereka namun kuda-kuda mereka memberikan reaksi seperti yang diberikan Dan sebelumnya.
Kuda-kuda itu tidak ingin meninggalkan tempat mereka dan berlari memasuki hutan, bahkan kuda Rion yang telah menemani Rion dalam berbagai perang pun tidak ingin beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.
Rion dan Trish akhirnya menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan kuda-kuda mereka di pintu masuk Hutan Randle bersama Dan setelah itu mereka mulai memasuki hutan namun seketika mereka dibuat terkejut dengan suara raungan keras yang berasal dari dalam hutan. Hal itu membuat jantung Rion berdebar-debar memikirkan adiknya.
"Ayo!" ucapnya segera berlari diikuti oleh Trish.
***
Kegaduhan terjadi di tengah hutan terlarang. Anwen masih bertarung menghadapi kedua chimera. Noda darah terlihat menghiasi beberapa bagian dari pakaiannya.
Dia bergeser ke kiri menghindari hantaman cakar makhluk buas itu lalu berputar dan memberikan sayatan melintang pada otot yang membungkus rusuk makhluk itu namun di saat yang bersamaan dia tekena patukan ular dari ekor chimera yang lain.
Secara naluriah, Anwen berbalik dan memotong kepala ular tersebut namun punggungnya mendapat hantaman keras dari cakar chimera yang ada di belakang.
"ANWEN!" Odette terpekik saat melihat Anwen jatuh tersungkur di depan kaki salah satu Chimera sedangkan chimera yang lain berdiri di belakangnya.
Luka di punggung Anwen mengeluarkan banyak sekali darah membuat baju putih-ungu yang dia kenakan menggelap karena menyerap darah.
"Ahk." Anwen meringis, dia merasakan rasa perih yang mengerikan menyengat punggungnya ketika dia berusaha untuk bangun.
Melihat Anwen bergerak, kedua makhluk itu langsung bersisp untuk menerkam dan memberi serangan penyelesaian namun sebelum mereka sempat menyentuh gadis itu kepala mereka dihantam oleh sebuah batu.
"JANGAN SENTUH DIA MAKHLUK JELEK!" teriak Odette berkecak pinggang sambil melotot dan membuat wajah seram agar kedua makhluk itu berpikir bahwa dia kejam.
Makhluk itu menoleh dan menatap Odette dengan tatapan sangat tajam sambil meraung pelan. Hal itu sudah membuat Odette menelan ludah dan merasa ingin mengompol di tempat. Namun dia harus bisa mengalihkan perhatian makhluk itu dan membuat mereka bergerak menjauhi Anwen.
"Nona Ody …." Anwen berucap lirih.
"Jangan menatapku seperti itu atau aku akan mencongkel mata kalian, mematahkan batang leher kalian dan memakan jantung kalian! Aku ini psikopat kejam!" kata Odette membual.
Kedua chimera itu mulai bergerak dan berjalan perlahan meninggalkan Anwen.
Odette kembali menelan ludah saat dua ekor monster tersebut mulai mendekat ke arahnya. Dia melangkah mundur dengan kaki gemetar sambil berkata,"A-ayo maju a-agar aku bisa menghancurkan kepala kalian hingga be-berkeping-keping."
ROARRR!
"AAAAGH!"
Kedua makhluk itu meraung keras yang membuat Odette segera berbalik dan lari terbirit-birit sementara itu Anwen segera bangun, meraih pedangnya dan memotong kepala ular dari ekor salah satu makhluk itu, membuat makhluk itu berbalik menyerangnya sementara yang lain mengejar Odette.
Di sisi lain, Rion dan Trish yang kembali mendengar raungan keras dari dalam hutan semakin mempercepat larinya.
Raut wajah Rion terlihat tegang, dia diliputi kecemasan. Kadang-kadang dia merasa menyesal karena telah mengajari Anwen cara berkuda dan cara bertarung, karena semua itu Anwen menjadi gadis barbar yang tidak berpikir dua kali untuk datang ke tempat berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
'Saat ini kau baik-baik saja, kan? Jika kau dalam masalah atau sedang dalam bahaya, bertahanlah sebentar lagi kakak akan segera datang untuk menyelamatkanmu.' Mata Rion menatap tajam ke arah yang ada di depannya.
You may also Like
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT