Sepulang sekolah, Dewa dan Amor sedang menunggu makanan pesanan mereka di kafe tempat Dewa bekerja. Dewa menepati janjinya untuk pergi makan bersama dengan Amor. Tadinya Benny hendak ikut. Namun, dia tidak ingin menjadi pengganggu di antara Dewa dan Amor.
"Wa, gue mau nanya sesuatu, boleh nggak?" tanya Amor. Laki-laki itu hanya menjawab dengan anggukan.
"Gimana sih rasanya jadi anak indigo?" tanya Amor. Laki-laki itu menghela napas panjang. Ia sedikit kesal, bagaimana gadis itu bisa tahu soal itu? Padahal, Dewa berusaha untuk selalu menutupi dari semua orang.
"Pasti Benny yang bocorin. Awas aja kalau ntar ketemu,"
"Yakin mau tahu? Kalau gue ceritain, lo pasti nggak bakalan bisa tidur. Soalnya, lo pasti nggak akan bisa ngebayangin apa yang gue rasain," sahut Dewa. Laki-laki itu tampaknya enggan untuk menceritakan masalah itu kepada Amor. Tapi, Amor tidak menyerah begitu saja.
"Gue emang nggak bisa ngerasain apa yang lo rasain. Tapi, gue percaya kok, bahwa alam ghaib itu emang ada," ujar Amor. Laki-laki itu mengeluarkan senyum miringnya yang seolah-olah mengatakan bahwa dia muak dengan pembicaraan ini. Tapi, di sisi lain, ia juga tidak ingin mengecewakan gadis itu. Lagipula, Dewa tahu bahwa Amor adalah orang yang bisa dipercaya.
"Apa lo tahu gimana rasanya ngeliat sesuatu yang nggak mau lo lihat?" tanya Dewa. Gadis itu diam. Sejujurnya, ia tidak pernah mengalami hal-hal seperti itu. Amor pun menggelengkan kepalanya.
"Gue nggak pernah ngalamin itu. Tapi, pasti rasanya berat banget," sahut Amor. Laki-laki itu memutar bola matanya sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Lebih dari berat. Takut, depresi, marah, dan semua perasaan negatif lainnya bercampur jadi satu. Gue ngerasain itu semua, dan gue nggak bisa kontrol itu semua selama bertahun-tahun," ucap Dewa. Amor pun mendengarkannya dengan seksama.
"Saat gue masih nggak bisa mengontrol itu semua, selama itu juga gue terus dikecilin, dibully, dan nggak punya teman," lanjut Dewa dengan pandangannya yang kosong. Amor merasa iba mendengar cerita dari Dewa. Gadis itu tersenyum dan membungkuk di hadapan Dewa, serta menepuk bahu laki-laki itu.
"Nggak usah khawatir, gue bakalan jadi teman lo," gumam gadis itu, ia pun kembali ke posisi duduknya di tempat semula. Dewa memandang gadis itu dengan sedikit aneh, laki-laki itu merasa baru kali ini dirinya dipercaya oleh orang lain. Dewa merasa bahwa yang dikatakan oleh Amor barusan adalah perkataan yang tulus dari dalam hati Amor.
Dewa merasa sesuatu sebentar lagi akan terjadi. Seorang pelayan tengah membawa gelas panjang yang berisi jus pesanan para pelanggan. Beberapa detik sebelum pelayan itu melewati mereka, Dewa pun berlari menuju Amor, dan membungkukkan badan hingga wajah mereka menjadi sangat dekat seperti hendak berciuman.
Dewa merasakan punggungnya basah akibat jus-jus itu yang tumpah secara tidak sengaja. Tapi, daripada menghiraukan punggungnya, laki-laki itu terlihat gugup karena pandangan mata mereka bertemu. Sedangkan Amor juga terlihat tak kalah gugup mendapat tatapan itu dari Dewa.
"Eh, sorry, Wa. Gue nggak sengaja," pelayan laki-laki sekaligus rekan kerja Dewa di kafe itu terlihat merasa tidak enak sembari membersihkan pecahan gelas yang berjatuhan di lantai. Dewa tak menghiraukan ucapan pelayan itu. Laki-laki itu langsung duduk di tempatnya dan melepaskan jaketnya. Laki-laki itu mencoba menyembunyikan rasa gugup itu. Sedangkan Amor sangat terkejut melihat apa yang baru saja Dewa lakukan.
"Lo ngapain barusan? Biar gue keringin," ujar gadis itu. Ia pun menghampiri Dewa, dan membersihkan punggung laki-laki itu menggunakan jaket Dewa yang sebagian basah.
Dewa merasa semakin gugup berhadapan dengan gadis itu. Dia tidak mengerti, kenapa dirinya menjadi seperti ini? Bahkan jantungnya menjadi tidak karu-karuan. Ada apa dengan Dewa?
*****
Pada malam hari seusai mengantar Amor pulang, Dewa melewati halte bus, dan melihat seorang pria yang begitu frustasi dengan earphone yang terpasang. Pria itu berteriak-teriak berkali-kali tanpa henti, orang-orang yang ada di sana hanya memandang pria itu sembari ketakutan. Dewa sangat mengenal pria itu. Pemuda itu adalah kakak Benny yang bernama Rio.
Dewa menghentikan motornya dan mengambil salah satu earphone yang terpasang di telinga pria itu. Rupanya, kakak Benny sedang mendengarkan lagu Reverse. Yaitu, lagu yang membuat orang menjadi sakit jiwa setelah mendengarkannya dalam waktu yang lama.
Ia pun segera melepaskan earphone yang masih terpasang di telinga Rio. Dewa membawa Rio menuju ke rumah Benny. Ia berharap, kakak Benny baik-baik saja, tidak sampai gila seperti beberapa orang yang mengalami gangguan kejiwaan setelah mendengarkan lagu itu.
***** TBC *****