Download App
63.78% My Teacher My Husband / Chapter 118: Ch. 118

Chapter 118: Ch. 118

"Eiyoooo mempelai wanita dadakan!" Sapa Suzy saat melintas tepat di depan Jiyeon dan Kris. Pasangan baru yang sangat tak diduga.

"Diam kau!" Sungut Jiyeon. Ia tau apa yang akan dikatakan Suzy. Tak akan jauh dari sesuatu yang berbau ledekan. Lihat saja.

"Ouuu Wu Jiyeon. Santai sayang!" Ujar Suzy merangkul bahu Jiyeon. Sedikit mengeryit saat ia melihat warna pakaian yang begitu kontras dari para mempelai ini. "Yang satu seperti Pangeran Disney yang turun dari Surga. Dan yang satu lagi seperti iblis yang turun dari Neraka." Komentar Suzy.

"Sialan!" Maki Jiyeon dengan mata yang mendelik geram. Jangankan Suzy, ia sendiri juga heran. Pernikahan macam apa ini? Lamaran langsung mengucap janji suci? Jangankan lamaran, pakaian saja sudah sangat ah lupakan. Kepala Jiyeon sakit.

"Oh temanku! Selamat!" Baekhyun datang dan memeluk Jiyeon hangat. Haaah dua wanita mereka sudah memiliki pasangan. Mereka when?

"Kau cantik dengan cincin dijari manismu. Berbicara cincin, aku sedikit kasihan dengan si hitam ini." Ujar Chanyeol santai. Menarik Kai yang hanya bisa menggelang pasrah tanda sudah menyerah pada manusia aneh yang berdua ini.

"Aku bersumpah demi Astronot pertama yang tak pernah ke Bulan. Aku tak memiliki perasaan apapun pada Par- eh Wu Jiyeon aneh ini!" Sungut Kai yang sudah mulai kehabisan stok kata sabar. Persetan dengan Kris yang sekarang menjadi suami Jiyeon.

"Diam kau hitam! Sekali lagi kau bicara aku akan menyumpal mulutmu dengan gelas ini!" Ancam Jiyeon jengah. Sumpah demi apapun. Jiyeon makin sakit kepala sekarang. Kepalanya masih memutar tentang lamaran mendadak, pernikahan tiba-tiba, dan penggantian marga tanpa persiapan.

"Naga tonggos! Selamaat untukmu!" Suzy memekik senang dan melompat kedalam pelukan Kris. Membuat Kris siap siaga menahan pinggang Suzy agar istri adiknya itu tidak terjerembab yang akan mengakibatkan bayi di dalam kandungannya melayang sia-sia.

"Hati-hatilah! Kau ingin Sehun membunuhku?!" Dengus Kris, namun tetap saja membalas pelukan adik ipar yang sudah menjaga dan menemani adiknya itu.

"Sehun tidak akan membunuhmu. Jaga pembantuku ok. Jangan membuat dia menangis!" Ujar Suzy dan mendongak menatap mata Kris.

"Aku akan menjaga pembantumu dengan hidupku." Bisik Kris. Mengusap bahu Suzy agar gadis itu tidak menangis dan mengakibatkan dandanan cantiknya menjadi luntur.

"Janji!" Suzy menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji!"

**

Siwon duduk dengan tenang dikursinya, menikmati segelas anggur dengan sepiring brownies yang terletak di sebelahnya. Mata tajamnya tak lepas dari dua putra kesayangannya yang Siwon akui kelakuan mereka sungguh sialan terkadang.

"Menikmati pesta Tuan?" Suara sekretaris salah satu putranya menyapa, membungkuk lalu memberanikan diri untuk duduk di sebelah kanan Siwon.

"Tentu Suho. Bagaimana denganmu?" Siwon bertanya seraya memutar gelas anggurnya. Masih melirik dua bongkahan es yang sudah ia jaga dan ia rawat sepenuh hati tentu saja.

"Tentu Tuan. Anda tidak ingin bergabung dengan anak anda?" Suho menunjuk Sehun dan Kris yang saat ini tengah berlagak seperti foto model di depan kamera.

"Tidak. Kepalaku semakin sakit di dekat mereka. Dua pria dewasa yang terkadang sialan, dua gadis berisik yang menjabat sebagai menantuku, dan tiga pria yang masih dalam masa pertumbuhan itu kolaborasi yang sangat mengerikan!" Ujar Siwon panjang lebar. Jari telunjuknya menunjuk kerumunan tak jelas yang mengabaikan tamu mereka. Sungguh luar? Biasa!

"Rumah anda akan semakin ramai." Komentar Suho dengan kekehan di akhirnya.

"Ya, belum lagi si kecil Oh yang akan melihat dunia." Balas Siwon. Menunjuk perut membuncit Suzy yang saat ini menjadi objek usapan tangan para sahabatnya.

"Menurutmu, apa rumahku akan baik-baik saja?" Siwon meringis membayangkan keadaan rumahnya nanti. Pasti akan sangat jauh dari kata aman, damai, dan tentram serta sejahtera.

"Jika anda bertanya baik? Maka menurut saya, itu akan sangat jauh dari kata baik-baik saja. Tapi jika anda bertanya apa akan menyenangkan? Maka saya yakin akan sangat menyenangkan. Bukankah rumah anda selama ini sangat sepi?" Ini dia, sekretaris kebanggaan Sehun yang merupakan salah satu aset berharga dari perusahaannya dan kekayaannya.

"Hohoo, Suho sekali. Pantas Sehun begitu mengikatmu ya." Canda Siwon menepuk bahu Suho sekilas sebelum ia berdiri dan merapikan pakaiannya. "Nikmati pesta tak jelas ini ya, aku harus menyambut kolega bisnis sialan ini."

Like father like son.

Pantas saja Sehun dan Kris sangat tidak acuh dengan rekan bisnis. Ayahnya saja serupa. Untung Sehun mendapat sekretaris macam Suho yang sangat sabar dan tabah dalam menjalani segala cobaan ini.

"Aku harap aku mendapat kenaikan gaji." Gumam Suho sedikit mendengus, mengingat masa sulitnya saat harus membatalkan rapat dengan kolega bisnis Sehun yang datang dari Kanada, dan mendapat bonus semburan kemarahan setelah itu.

"Kau mendapatkannya!" Suho terperanjat kaget saat suara Suzy memekik nyaring dari arah belakangnya. Matilah dia.

"Nyo.. nyonya." Gagap Suho saat matanya sudah mendapati Sehun berdiri di belakang Suzy. Kali ia pasti akan benar-benar mati.

"Hanya Suzy. Aku masih sangat muda. Aku tau kau sangat sulit menjalani hari dengan jabatan sekretaris Oh Sehun. Maka dari itu aku akan menaikan gajimu!" Suzy mendeklarasikan dirinya sebagai pendukung kenaikan gaji Kim Suho.

"Ti.. tidak usah Nyo.. eh maksudku Suzy. Aku senang dan baik-baik saja." Tolak Suho dengan senyuman manisnya, yang tidak berfungsi untuk Suzy.

"Eeeyyy tak usah hiraukan patung di belakangku ini. Dia memang datar macam itu. Jadi abaikan. Berapa kenaikan gaji yang kau inginkan?" Tanya Suzy. Merangkul bahu Sehun yang jelas jauh lebih tinggi darinya. Menaikan alisnya naik-turun menatap Sehun.

"Sungguh, tidak usah." Tolak Suho lagi. Tadi sangat ingin dan saat Sehun sudah di depannya ia menolak dengan nada memohon! Maunya apa?

"Dua puluh persen apa cukup?" Tanya Sehun yang sedang mengacak asal rambut Suzy. Membuat calon ibu itu mendengus kesal dengan tangan yang mencubit pinggang Sehun.

"I.. itu terlalu besar. Sungguh aku baik-baik saja." Mata Suho jelas saja membulat tak percaya, dua puľh persen? Yang benar saja. Itu sudah sangat besar.

"Aku tau kau kewalahan." Ujar Sehun merangkul bahu Suho santai. Sekali-kali berbaik hati pada sekretaris tercintanya ini tak apa bukan?

Wajah Suho memerah, bukan karena tersipu malu, tapi karena sudah sangat ingin meledak.

Pletak.

"Kemana saja kau selama ini hah?! Dasar sialan! Kau membuat hariku seperti di Neraka! Sekali lagi kau membatalkan rapat dadakan lihat saja! Aku akan menggantungmu terbalik di depan perusahaan!" Amuk Suho. Dasar presdir sialan! Sudah sangat lama dan ia baru sadar sekarang? Oh Sungguh Setan terlalu menguasai jiwa Sehun.

"Santailah sedikit. Sakit tau!" Dengus Sehun.

"Tak urus!" Balas Suho.

**

Jiyeon mendesah lelah dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang king size milik Kris. Bibirnya sudah lelah tersenyum sepanjang hari.

"Aku lelaaaaaah." Teriak Jiyeon.

"Mandilah dan tidur." Ujar Kris dan mengusap pipi Jiyeon.

"Sungguh? Kita tidak akan melakukan apa-apa?" Tanya Jiyeon antusias. Jiyeon itu bukan Suzy yang bodoh-bodoh menyebalkan. Dia hanya ingin tidur nyenyak setelah ini. Kakinya pegal!

"Tidak. Bukannya kau lelah?" Kris kembali bertanya. Sungguh perhatian bukan?

"Huwaaa terima kasih Kris. Aku mencintaimu!" Pekik Jiyeon dan melesat cepat kedalam kamar mandi. Jika tidak ada satupun baju untuknya, baju Kris masih ada.

Kris hanya menggeleng dan menyusul masuk ke kamar mandi. Tentunya bukan kamar mandi yang sedang Jiyeon gunakan. Masih ada kamar mandi di lantai dasar.

Kris merasa sangat senang sekarang. Entahlah, Kris tau pernikahan jauh dari pernikahan idaman semua umat. Tapi tetap saja, Kris merasa senang sekarang.

"Apa karena gadis berisik itu?" Gumam Kris dan tertawa lirih setelahnya. Entahlah. Intinya Kris merasa lebih hidup sekarang.

**

Sehun masuk kedalam kamar dan mendapati Suzy yang sedang merintih menahan sakit. Apa Haowen berulah lagi?

"Suzy, ada apa? Apa yang sakit?" Tanya Sehun khawatir. Kandungan Suzy masih tersisa satu bulan lagi. Tidak mungkin sekarang keluarnya bukan? Sehun sudah sangat pucat sekarang.

"Sehun, sakit." Suzy merintih perih, meraih lengan Sehun untuk dia cengkram kuat. Memberitau bahwa dia benar-benar kesakitan sekarang. Bahkan wajah Suzy sudah sangat pucat dengan keringat yang mengalir di dahinya.

"Kita kerumah sakit." Putus Sehun, mengangkat brydal tubuh Suzy dan menyambar kunci mobil di dekat nakas mereka.

"Sehun.. sakit." Rintihan Suzy semakin menjadi-jadi, menjadi lagu pengiring bagi Sehun yang bagaikan bunyi dari alunan kematian Dewa Eres.

"Tahan sebentar ok sayang?" Bisik Sehun mencium pelipis Suzy. Meletakan Suzy di bangku penumpang tepat di samping bangku kemudinya. Sumpah, jantung Sehun berdegup sangat kencang sekarang.

"Dad, kerumah sakit sekarang. Tolong, Suzy sepertinya akan melahirkan." Ujar Sehun. Jelas sekali nada suaranya begitu bergetar menahan takut.

"Oke, tunggu aku di sana hmm. Tenanglah, semua akan baik-baik saja." Siwon berujar menenangkan, segera meraih kunci mobilnya, dan meraih asal jas apapun yang tergeletak di sofa kamarnya.

Sehun sungguh ketakutan sekarang, menginjak pedal gas dengan tak sabaran karena rintihan Suzy benar-benar membuat kacau fungsi otaknya. "Sabar sebentar sayang. Semua akan baik-baik saja." Gumam Sehun menenangkan Suzy. Meski pada kenyataannya Sehun seperti menenangkan dirinya sendiri.

"Sehun, apa aku dan Haowen akan baik-baik saja?" Tanya Suzy takut. Menahan sekuat tenaga air matanya yang hendak jatuh berurai. Tak mau membuat takut Sehun yang sedang kalut saat ini.

"Kau dan Haowen akan baik-baik saja." Jawab Sehun meyakinkan.

"Jika aku tidak baik-baik saja, apapun yang terjadi selamatkan Haowen. Aku mohon." Runtuh sudah bendungan Suzy terhadap air matanya. Membayangkan Haowen tumbuh tanpa campur tangannya pasti akan sangat menyakitkan. Belum lagi Sehun, siapa yang akan mengurus tembok berjalannya?

"Hiks, kau harus baik-baik saja tanpa aku. Kau harus merawat Haowen baik-baik. Hiks berjanji hiks padaku." Isak Suzy tak tahan. Dada Suzy berdenyut sakit, dan Suzy tau bahwa Sehun juga merasakan hal yang sama.

"Berhenti bicara omong kosong sayang. Aku mohon." Sehun makin kalut saat ini. Tangisan Suzy, wajah pucatnya, dan juga pikiran tentang hidupnya tanpa Suzy. Rasanya Sehun mau mati saja.

"Aku takut Sehun. Hiks aku takut."

**

"Kris." Jiyeon memanggil nama suaminya dengan kepala yang menyandar nyaman pada dada bidang Kris. Oh, menyebut Kris dengan kata 'suami'nya membuat pipi Jiyeon memanas tak wajar.

"Hmm." Kris bergumam dengan tangan yang mengusap sayang kepala Jiyeon.

"Kenapa kau memilihku?" Tanya Jiyeon.

"Karena jantungku berdegub lebih dan sangat kencang saat bersamamu." Jawab Kris simpel. Simpel memang, tapi berefek luar biasa pada Jiyeon.

"Bagaimana bisa kau langsung menikahiku tanpa meminta restu orang tua atau keluargaku?" Jiyeon kembali bertanya. Dia penasaran, sangat.

"Untuk restu orang tuamu, kau tak usah tau. Lebih baik tak usah. Untuk restu keluargamu? Aku mendapatkannya dengan sangat amat teramat susah." Dengus Kris menjitak pelan kepala Jiyeon. Keluarga Park itu sangat sialan saat pemintaan restu. Terlalu banyak tanya dan Kris kehilangan banyak energi untuk itu.

"Benarkah?" Tanya Jiyeon antusias. Mengabaikan rasa sakit dikepala dan rasa kesal dihatinya.

"Ya." Simpel, padat, dan jelas.

Kris mendengus kesal saat ia tau keluarga Jiyeon sempat menyiksa calon istrinya. Pasti Jiyeon sangat tersiksa waktu itu. Dan kenyataan bahwa keluarga Jiyeon tak mempedulikan anaknya membuat rahang Kris mengeras murka.

"Brengsek!" Maki Kris.

"Kau mencari siapa anak muda?" Tuan Park bertanya dengan tatapan meremehkan.

"Aku mencari orang tua Park Jiyeon untuk meminta restu karena aku ingin menikahi Park Jiyeon minggu ini." To the point. Ciri khas Kris Wu dan keluarga Oh.

"Aku tak memberi restu."

"Aku tak butuh. Semenjak aku tau kau menyiksa calon istriku, restumu tak ada gunanya untukku. Tanpa restumu aku akan tetap menikahi Jiyeon. Permisi." Ujar Kris. Untuk alasan apapun, Kris membenci pria tua tak tau diri ini.

"Tunggu. Bisa aku tau namamu?" Nyonya Park bertanya dengan mata berkaca-kaca.

"Kris Wu Nyonya." Jawab Kris sopan. Karena apa? Kris tau, Nyonya Park tak berniat menyiksa anaknya. Itu hanya ancaman dari suami brengseknya itu. Kris tau semuanya pemirsa.

"Aku mohon jaga Jiyeon. Jika kau tidak sibuk tolong beri tau aku bagaimana keadaan Jiyeon. Aku mohon Kris." Nyonya Park memohon dengan linangan air mata yang membuat hati Kris semakin luluh.

Kris membalik badan dan duduk bersimpuh di depan ibu Jiyeon ini. Meminta restu dengan menggenggam tangan yang sudah mulai berkeriput dimakan usia itu. "Aku akan menjaganya dan akan mengabarimu, mama." Ujar Kris dan membalik badannya untuk masuk kedalam mobil mewahnya.

"Keluarga Park yang lain." Titah Kris pada bawahannya. Dia terlalu malas membawa mobil, maka dari itu ia meminta sekretarisnya untuk ikut. Menjelma sebagai sopir pribadi untuk sementara waktu.

"Baik Tuan."

Sekitar tiga puluh menit, Kris sudah duduk dan berhadapan dengan salah satu keluarga Jiyeon yang lain. Park Joongki.

"Wu Yifan?"

"Yes."

"Kau yang ingin menikahi Jiyeon?"

"Tentu."

"Kenapa?"

"Aku mencintainya."

"Alasan lain?"

"Dia hidupku."

"Restu orang tua Jiyeon?"

"Nyonya Park aku dapat. Tuan Park? Aku tak peduli dengan bajingan itu."

"Kau menyebut mertuamu bajingan?"

"Hanya ayah mertua. Tak ada ayah yang akan menyiksa anaknya."

Kris menahan amarah. Berapa lama lagi sesi tanya jawab ini? Kris sudah lelah. Ada pistol? Kris lupa membawa Revolvernya. Jika ada tinggal tembak kepala manusia di depannya ini.

"Jaga keponakanku."

"Tak perlu kau minta."

"Terima kasih."

"Sama-sama."

"Kau serius?" Tanya Jiyeon terbahak-bahak. Kris berani sekali pada pamannya.

"Aku bersungguh-sungguh." Balas Kris jengah. Kenapa Jiyeon menyebalkan sekali? Seharusnya Jiyeon bangga bukan?

"Aku tak melihat ibumu Kris. Beliau kemana?" Tanya Jiyeon hati-hati. Entah kenapa raut wajah Kris berubah sendu.

"Mama sudah meninggal, tiga bulan setelah Sehun menikah." Jawab Kris membuat Jiyeon mendongak menghadap suaminya.

"Maafkan aku." Ujar Jiyeon dan memeluk leher Kris erat. Turut berduka walau ia sudah sangat terlambat.

"Tak apa." Dan sebagai suami yang baik maka Kris membalas pelukan Jiyeon.

"Dad, dimana mommy?" Kris bertanya dengan raut khawatirnya dengan Sehun yang bernafas tersendat-sendat karena berlari.

"Masih di dalam ruang operasi." Siwon menjawab lesu. Jantungnya dipaksa berlari kencang karena kabar istrinya yang kecelakaan.

"Semua akan baik-baik saja dad." Sehun mencoba menghibur dan memeluk Siwon yang Sehun akui selalu menghiburnya kapanpun.

"Ya, semua akan baik-baik saja." Ulang Siwon terkekeh lirih.

Mereka bertiga duduk dalam diam menunggu ruang operasi yang tak kunjung terbuka. Menunggu kabar gembira yang sangat ingin mereka dengar.

Ceklek.

"Bagaimana keadaan ibuku?" Tanya Kris lebih dulu. Mewakili Siwon dan Sehun yang masih terdiam dengan wajah pucat.

"Nyonya Oh Yoona meninggal hari ini. Dua puluh dua September dua ribu lima belas. Pukul satu dini hari."

Siwon, Kris, dan Sehun terdiam duduk dengan genangan air mata yang menumpuk di pelupuk mereka. Ini mimpi! Ini pasti candaan ibu mereka lagi. Kali ini wanita kesayangan tiga pria tampan ini sudah sangat keterlaluan.

Dengan langkah besar Sehun memasuki ruang operasi dan mendekati ranjang ibunya. Menatap wajah pucat yang mendingin itu dengan linangan air mata. "Mom, ini sangat tidak lucu. Bangunlah. Kau keterlaluan. Siapa yang akan mengurus daddy dan Kris mom?" Tanya Sehun terisak kecil. Ini bukan April moop.

"Sayang, candaanmu tidak lucu." Gumam Siwon tak kalah terpukul dari Sehun.

Kris diam mematung, ia tak mungkin lebih terpukul dari ayah dan adiknya. Kris harus kuat kali ini. Kris tersenyum kecut dengan linangan air mata dan memeluk ayah serta adiknya bersamaan. "Ini bukan candaan atau tingkah jahil mommy lagi. Mommy akan sangat sakit jika kalian seperti ini." Ujar Kris dengan air mata yang terus mengalir.

Siwon dan Sehun terdiam. Menatap dalam-dalam wajah Yoona dan mencium dahi wanita kesayangan mereka. Untuk kali terakhir dan ini sangat menyakitkan.

"Kami mencintaimu mom."

"Jangan sedih lagi." Hibur Jiyeon saat Kris selesai menceritakan kisahnya. Miris memang.

"Tentu." Balas Kris.

Ddrt.. drrt.. drrt..

Jiyeon menatap Kris yang juga tengah menatapnya. "Kau tak akan mengangkatnya?" Heran Jiyeon.

Kris berdecak kesal. Meraih ponselnya dan cukup terkejut dengan nama Siwon sebagai pemanggil. Angin apa ini?

"Siapa?" Tanya Jiyeon. Kris mengacuhkan dan memilih menspeakerkan ponselnya.

"Ya dad?" Tanya Kris.

"Cepat kerumah sakit. Beritau juga istrimu dan teman-temannya itu." Siwon menjawab cepat dan segera mematikan sambungan telfon mereka.

"Kau dengar?" Tanya Kris pada Jiyeon yang hanya dijawab dengan anggukan patah-patah Jiyeon.

Sret.

"Chan. Ajak Baek dan Kai kerumah sakit. Suzy disana. Sekarang." Seperti itulah jika keadaan mendesak diantara mereka. Tak ada sapaan dan langsung pada point utama.

**

"Dad." Panggil Sehun saat melihat Siwon sudah ada di depannya.

"Semua akan baik-baik saja." Bisik Siwon memeluk bahu Sehun. Semoga saja.

"Sehun!" Itu pekikan khas dari Jiyeon dan tiga manusia lainnya. Menepuk pundak Sehun dan tersenyum kecil. "Semua akan baik-baik saja." Bisik Baekhyun dengan senyuman kecilnya. Begitu juga dengan tiga makhluk lainnya.

Ini sudah masuk jam kedua mereka semua menanti di depan pintu operasi. Dua jam yang sangat menyiksa karena mereka menanti dua nyawa dari dalam sana. Haowen dan Suzy.

Sehun berdoa dalam hati agar Suzy dan Haowen baik-baik saja. Jika tidak mungkin Sehun akan mati saat itu juga. "Mom, doakan menantumu dan cucumu. Aku tidak bermaksud jahat, hanya saja jika mereka berdua atau salah satu dari mereka memasuki tempatmu, ku mohon usir saja. Cubit jika perlu, tapi jangan terlalu keras. Aku tak mau mereka kesakitan. Aku mohon mom." Sehun berdoa dalam hatinya. Memohon pada Tuhan dan juga pada mamanya.

Ceklek.

"Bagaimana?" Tanya Sehun bergegas dari tempatnya saat ia mendengar suara pintu yang bergeser.

"Tuan Oh Sehun?" Sang Dokter yang bernama Yoo Kihyun ini memastikan. Membuat Sehun mengangguk cepat. Tak sabar.

"Nyonya Oh memanggil anda." Kihyun tak menjawab, tapi langsung pada tujuannya. Memanggil Oh Sehun.

Bukan hanya Sehun yang masuk. Melainkan semuanya, meski mereka tau itu dilarang, tapi apa boleh buat? Mereka penasaran.

"Suzy." Sehun memanggil dan menggenggam tangan Suzy yang dingin. Mengusap keringat yang mengalir dari dahi istrinya. Melirik perut Suzy yang sudah mengempis dan itu artinya Haowen sudah keluar. "Terima kasih sayang. Terima kasih." Bisik Sehun.

Suzy mengangguk dengan air matanya yang mengalir deras. Dadanya sesak sekarang.

"Tuan Oh Sehun." Suster memanggil dengan dahi berkerut heran. Kenapa banyak sekali?

"Ya?" Sehun bersuara dan menerima bayi yang disodorkan padanya. Oh Haowen.

"Bayi anda sehat." Sehun hanya mengangguk dan mencium dahi Haowen bergantian dengan dahi Suzy yang masih terus terisak. "Ada apa?" Tanya Sehun heran.

"Sangat sakit?" Suzy menggeleng sebagai jawaban. Menatap Haowen dalam pelukan Sehun dan tersenyum manis. "Sangat tampan." Ujar Suzy.

"Sangat mirip dengan Sehun." Baekhyun menambahkan. "Tapi dibeberapa bagian Haowen sangat mirip denganmu." Senyum Baekhyun merekah senang. Menatap Haowen dan Suzy bergantian.

"Eumm!" Jiyeon mengangguk setuju.

"Hiks." Isakan Suzy makin terdengar menyakitkan. Membuat Sehun dan yang lainnya mengeryit cemas dan bingung.

"Ada apa hmm?" Tanya Sehun dengan mata berkaca-kaca. Firasatnya tidak enak.

"Maafkan aku hiks. Aku hiks.. aku.. jaga dirimu baik-baik. Sayangi Haowen hmm." Isak Suzy menjadi-jadi. Beberapa bagian tubuhnya sudah mati rasa sedari tadi. Tangannya mengelus wajah tampan Sehun dan wajah Haowen dengan hati-hati.

"Jaga daddy ok sayang. Jangan nakal hiks, turuti apa kata daddy mengerti?" Bisik Suzy pada Haowen yang sudah berpindah tangan kedalam pelukannya.

"Suzy ada apa denganmu?" Air mata Sehun menitik tak karuan. Dadanya sangat sesak sekarang. Suzy yang seperti ini membuatnya cemas. "Katakan sayang ada apa?" Tanya Sehun lagi.

"Hiks, aku benar-benar minta maaf. Maaf karena tidak bisa menemanimu dan membantumu merawat Haowen. Hiks,, aku minta maaf. Jaga dirimu dan Haowen. Hiks,, aku mencintai kalian hiks.. katakan hiks, katakan pada Haowen bahwa aku sangat mencintainya. Maafkan aku hiks." Suzy terisak lagi.

"Dad, titip Sehun dan jaga suamiku. Hiks, ku mohon. Dia akan sangat lupa waktu jika bekerja sendirian. Ingatkan jam makannya dan Haowen hiks, aku tidak bisa melakukannya hiks. Berjan.. hiks berjanji padaku dad." Suzy menatap Siwon dengan mata sembabnya.

Siwon seperti Sehun, menitikan air matanya namun tetap mengangguk. "Jaga diri dad, sehat selalu dad hiks."

"Kris, titip Jiyeon dan tiga sahabatku hiks, jaga hiks mereka dan juga jaga suamiku hiks,, hiks.. sayangi juga anakku hiks.. Kris."

"Aku akan menjaga mereka." Air mata Kris menggenang menatap Suzy.

"Jiyeon, jaga hiks, sahabat kita hiks.. titip Sehun dan anakku hiks.. ok."

"Berhenti bicara seperti itu hiks, kau menyakiti kami hiks, apa yang kau katakan hiks.." Jiyeon tak kalah parah, menangis tersedu dengan Kris yang mengusap bahunya.

"Kai, titip sahabat kita dan anak serta Sehunku hiks.. cepat cari pacar ok hiks.." Kai mengangguk pelan dengan mata berkaca-kaca.

"Yeol, Baek.."

"Aku tak mau mendengarnya hiks." Baekhyun menangis dengan keras. Memotong ucapan Suzy dengan wajah merengut yang ia buat-buat.

"Kalian hiks, akurlah.. cepatlah menikah dan jaga sahabat serta anak dan suamiku hiks.. aku mohon hiks."

Chanyeol mengangguk pelan, berusaha mati-matian menahan aliran air mata yang begitu mendesak keluar dari matanya.

"Suzy aku mohon hmm? Hentikan hm hiks. Ku mohon." Sehun menggenggam tangan Suzy dan mengecup dahi istri mungilnya ini.

"Ingat pesanku hm? Jangan terlalu lama bersedih, aku akan sangat sedih di sana. Hiks.. aku sangat mencintaimu sayang." Isak Suzy dan mengusap pipi Sehun yang basah karena air mata. Menatap Haowen yang menggeliat tak nyaman dalam pelukannya.

Suzy makin menangis saat sesak di dadanya tak kunjung hilang, malah makin menjadi-jadi saat mengingat Sehun dan semua yang ia tinggalkan. Belum lagi orang tuanya yang belum Suzy lihat untuk terakhir kalinya. Suzy sangat merindukan mereka, sungguh.

"Sehun, sampaikan pada kedua orang tuaku bahwa aku sangat menyayangi mereka dan sangat merindukan mereka. Hiks,, maaf karena harus pergi mendahului mereka dan katakan aku sangat mencintai mereka selamanya hiks.."

"Ku mohon Suzy hiks hentikan hiks ok?" Bujuk Sehun dengan deraian air matanya. Sehun tidak menginginkan ini.

"Aku mengantuk." Adu Suzy makin membuat Sehun panik.

"Tidak, hiks.. jangan tutup matamu hiks.. kau tak ingin melihat Haowen tumbuh? Hiks.. ku mohon bertahanlah Suzy." Pinta Sehun dengan seluruh isakannya yang menyesakkan.

"Aku ingin hiks, sangat ingin.. aku tak mau menutup mata hiks, aku takut Sehun, sangat takut hiks, aku takut hiks.." isak Suzy lagi. Ini yang Suzy cemaskan selama ini. Ia akan pergi tanpa persiapan apapun. Meninggalkan Sehun, putra kecil mereka, dan keluarganya. Suzy takut.

"Aku sangat hiks,, sangat takut.." nafas Suzy mulai terputus-putus dan tatapannya menyayu. Inikah saatnya? "Jaga dirimu sayang, ingat Haowen ada bersamamu, dan aku sangat mencintaimu selamanya." Bisik Suzy pelan. Genggaman tangannya mulai melemah.

"Aku menyayangi kalian semua. Jaga diri, titip Sehun, Haowen, dan orang tuaku. Sampai jumpa." Lirih Suzy. Menatap manik hitam Sehun yang makin lama makin menghilang dalam penglihatannya. Dapat Suzy rasakan pelukan Sehun dan teriakan kesakitan Sehun sebelum semuanya benar-benar gelap untuk selamanya.

"Tidak! Tidak! Suzy! Sayang, bangunlah hey.. Suzy. OH SUZY!" Sehun memekik kesakitan. Hidupnya pergi? Sehun mohon bunuh saja ia sekarang. Rasanya sangat sakit.

Semuanya terisa sakit saat Suzy benar-benar pergi, membuat Siwon mengeratkan pelukannya pada Haowen yang mulai menangis kali ini. Menutup matanya saat ia tau tak akan ada cara lain selain menangis saat ini. Menangis untuk Haowen dan Sehun.

Jiyeon bersembunyi di dalam pelukan Kris, mencengkram kuat punggung Kris sebagai sarana pelampiasan rasa sakitnya.

Kai, Baekhyun, dan Chanyeol menangis dengan wajah tertunduk dalam. Sahabat mereka, hidup lain mereka, dan keluarga mereka sudah pergi untuk selamanya.

Suzy kesayangan mereka.

**

"Suzy, tetaplah disana. Temani anakku dan cucuku." Yoona menangis dengan mata menatap pada putra kecilnya yang meraung sakit.

"Aku ingin, tapi Yang Kuasa tak memberiku izin, ma." Jawab Suzy dengan isakan sakitnya.

Selamat tinggal pada cinta dan hidupnya.

Aku mencintaimu Sehun, hiduplah dengan baik sayang. Jangan lama bersedih.

Dad, aku menyayangimu. Terima kasih sudah merawat Sehun.

Kris, naga tonggos bau. Jaga Sehun dan Haowen. Jaga juga Jiyeonku.

Kai, Yeol, Baek.. aku menyayangi kalian, terima kasih sudah menjadi sahabat dan keluargaku.

Ayah, ibu.. aku menyayangi kalian. Jaga diri, aku akan mengawasi kalian dari sini. Titip Haowen dan Sehun ya.

TBC

THANK U

DNDYP


next chapter
Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C118
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login