"Pergi ke kamar mandi maksudku." Mata Alaric terbuka sangat lebar, berbinar sempurna bagaikan anak kecil melihat taman bermain.
Tubuhnya perlahan berdiri, berjalan sangat lambat menghampiri suara yang menginterupsinya.
Kakinya terasa sangat berat secara mendadak, membuatnya merasa sulit untuk berjalan meskipun pelan.
Seolah terdapat sebuah besi ribuan Ton di kakinya, Alaric tergeletak di atas lantai, tak mampu melanjutkan langkahnya.
Setetes air mata menitih dari manik cokelatnya, membasahi pipi, turun ke rahangnya yang ditumbuhi bulu lebat.
Air mata turun semakin deras, sama seperti hari-hari sebelumnya. Yang berbeda, ini adalah air mata bahagia.
"Kau tidur seperti kerbau, Pak Mesum." Ledek perempuan cantik di depannya.
Rasanya hati Alaric nyaris runtuh bagaikan bangunan yang dimakan usia. Entah darimana kekuatan datang, Alaric tiba-tiba mampu berdiri, berlari kecil menghampiri suara tersebut dan memeluk di pemilik suara dengan sangat erat.