"Aku sudah melakukannya. Aku menyayangimu Alaric." Ucap Rosea.
Alaric baru saja akan melengkungkan bibirnya, membentuk sebuah senyuman yang sangat indah dan setulus yang dia bisa. Tetapi, sebelum itu akhirnya terjadi... ucapan Rosea membuat bibirnya kembali datar tanpa ekspresi. Bahkan, matanya terlihat penuh kekecewaan.
"Sebagai seorang sahabat." Lanjut Rosea.
Jika ini adalah jaman dimana orang-orang masih berperang dengan tombak dan panahan, mungkin tombak terbesar dan anak panah ter tajam sedang melesak menembus jantung Alaric saat ini. Napasnya terasa sesak tiba-tiba. Dia seolah tak bisa melakukan apapun. Rasa marah dan kecewa bercampur aduk menjadi satu.
"Tidak bisakah kau mencintai dan menyayangimu sebagai seorang pria? Apa kau pernah melihatku sebagai seorang pria, My Rose?" Tanya Alaric. Manik matanya tanpa ekspresi. Meski begitu, Rosea tahu apa yang ada di dalam hati pria itu.